Lihat ke Halaman Asli

Jhon Sitorus

TERVERIFIKASI

Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Curhat Pilu Seorang Fans Arsenal

Diperbarui: 9 Maret 2017   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengabadikan diri saat di stadion Gelora Bung Karno Sumber : Dokumen pribadi

Perkenakan, nama saya Jhon Miduk Sitorus. Pemuda Batak yang tergila-gila dengan Arsenal. Rasanya tiada hari tanpa membaca berita  dan membayangkan  Arsenal. Di media sosial, berita online, Koran, hingga majalah bola. Saya jatuh hati kepada klub asal London Utara ini sejak  akhir tahun 2005. Saat itu, saya menemukan sebuah Koran bola yang headline news nya bergambarkan sang legenda Thierry Henry yang sedang menggiring bola mengenakan kostum tandang warna merah maroon, celana putih, lambang arsenal di dada tengah. Saya menemukan Koran itu di tempat sampah samping rumah kakek saya.

Saat itu, saya tertarik dengan warna kostum Arsenal. Di lembaran kedua, saya menemukan Robert Pires, Fabregas, dan Jose Antonio Reyes melakukan selebrasi dengan berpelukan bersama mengenakan kostum warna merah lengan putih bertuliskan O2. Sungguh takjub kala itu karena baru pertama kali itulah saya melihat koran bola. Maklum, rumahku berada di pelosok desa sehingga koran adalah sesuatu yang langka di kampungku. Hanya koran Sinar Indonesia Baru (SIB) yang terkenal disana, itupun koran bekas bungkus martabak dan bungkus cabai bekas belanjaan ibu-ibu dari pasar.

Saat itu, sepakbola belum setenar sekarang ini yang bisa di tonton lewat apa saja. Saat itu, sepakbola hanya bisa ditonton lewat TV saja, maklum internet belum ada disana. Jadi, untuk menonton Arsenal berlaga, saya terpaksa bangun jam 01.30 WIB saat Arsenal berlaga di Liga Champions. Beberapa pertandingan Arsenal juga ditayangkan langsung di TV lokal, namun itu hanya beberapa kali karena fasilitas tayangan TV lokal terhadap liga inggris dibagi berdasarkan jatah klub.

Saya sebenarnya bukanlah pria yang doyan bermain sepakbola, menendang bola pun kadang melengceng kemana-mana. Praktis, saya sangat jarang bermain sepakbola di sekolah sebagaimana teman-teman saya yang selalu bermain setiap hari yang melawan kelas lain setiap jeda jam pelajaran. Meski demikian, setiap hari minggu saya selalu bermain bola sehabis pulang gereja karena memang teman saya kekurangan pemain. Jadilah saya penambal barisan pertahanan karena dikampung siapa yang tidak jago main sepakbola sudah pasti jadi pemain bertahan atau penjaga gawang.

Kembali ke Arsenal, sejak saya menemukan koran itu setiap hari saya selalu berusaha mencari informasi tentang Arsenal. Saya selalu menonton berita olahraga sebelum berangkat sekolah, dan ulasan sepakbola di TV tertentu setiap hari sabtu dan minggu. Jika ada siaran ulang tentang Arsenal, saya selalu antusias menontonnya.

Saking cintanya dengan Arsenal, saya juga selalu membeli poster pemain Arsenal. Tetapi karena sulit mencari poster pemain Arsenal saat itu, saya hanya bisa menggunting pemain Arsenal dari berbagai koran kemudian saya tempelkan di balik pintu kamar dan dinding kamar saya.

Meski sudah lama menjadi fans Arsenal, tetapi saya belum pernah melihat Arsenal mengangkat Trofi Juara bergengsi macam Liga Inggris dan Liga Champions. Padahal, materi pemain setiap musim sudah cukup mumpuni untuk mendapatkan gelar juara. Meski beberapa kali mendapatkan trofi minor macam piala FA, Emirates Cup, dan Community Shield, tetapi tidaklah cukup untuk melihat mereka sekali saja untuk mengangkat trofi bergensi tersebut. Arsenal memang pernah melaju ke final Liga Champions 2006, tetapi ditaklukkan oleh Barcelona dengan skor 2-1.

Semua pendukung Arsenal merindukan gelar juara. Harapan tinggi tetap dibebankan kepada sang pelatih Arsene Wenger setiap awal musim tetapi harapan itu selalu pupus sejak melewati bulan Januari. Siklus ini sudah menjadi kebiasaan sejak tahun 2006 dimana sejak itu pula Arsenal tidak pernah mengangkat trofi.

Siklus ini menjadi kebiasaan dalam hidupku selama menjadi pendukung Arsenal. Sudah lebih dari 11 tahun tidak merasakan bagaimana rasanya berteriak sekeras-kerasnya karena tim kesayangan mengangkat trofi. Setiap akhir musim, saya hanya bisa melihat teman-teman dengan begitu senangnya dikala tim yang mereka dukung mengangkat trofi. Setiap tahun jaminan juara selalu ada pada tim kesayangan mereka seperti Manchester United, Chelsea, Barcelona, Real Madrid, Juventus, Inter Milan, dan lain-lain.

Sering di Bully

Saya adalah salah satu korban bully sepakbola karena tim kesayangan saya paling sering kalah terutama jika menghadapi klub-klub raksasa. Tahun 2008 misalnya ketika perempat final piala FA yang mempertemukan Arsenal dengan Manchester United. Saat itu Arsenal dibantai 4-0 oleh Man United pada hari minggunya. Senin pagi, saya menjadi bahan candaan teman-teman disekolah karena kekalahan tim kesayangan. Mereka semua tahu jika aku begitu cinta dan loyal kepada Arsenal. Pada tahun tersebut, hanya kemenangan atas AC Milan yang patut dibanggakan sebagai pendukung Arsenal karena AC Milan adalah juara bertahan Liga Champions edisi sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline