Habib Rizieq Shibab adalah salah satu tokoh yang terkenal di republik ini. Ketua umum FPI ini memiliki massa yang begitu loyal, setia, dan sangat banyak. Hampir diseluruh daerah di Indonesia ada, atau jangan-jangan di luar negeri juga ada mungkin. Bagi pendukungnya, Habib ini adalah Habib yang untouchableatau tidak boleh tersentuh oleh hukum. Jika ada hukum yang memprosesnya, maka sudah barang tentu keramaian dan ancaman sana sini yang terlihat didepan gedung kejaksaan dan kepolisian.
Habib ini juga yang katanya berhasil mengumpulkan jutaan umat muslim untuk aksi damai 2 Desember tahun lalu. Jika itu benar sudah barang tentu dirinya akan memiliki basis massa yang kuat karena yang datang itu katanya masih didominasi oleh perwakilan dari daerah-daerah. Belum lagi suara dari istri-istri yang ikut aksi damai dan anak-anak dari mereka.
Fanatisme yang ditimbulkan olehnya jelas sangat berakibat besar kepada pendukungnya. Loyalitas harga mati adalah ganjarannya. Dengan mengatasnamakan pembelaan agama Islam sehingga kelompoknya dinamakan Front Pembela Islam.
Akhir-akhir ini, sering terdengar wacana ingin mengusung sang habib untuk ikut bertarung dalam capres 2019 nanti, sudah barang tentu dia akan berhadapan dengan sang petahana, Joko Widodo pemenang pilpres 2014 lalu. para pendukungnya pasti setuju untuk mengusung dirinya menjadi capres nantinya. Tetapi, jika dirinya jadi capres, siapa yang cocok untuk mendampinginya? Partai mana yang akan mengusungnya?
Soal partai pendukung, sang habib belum memiliki partai resmi yang terdaftar sebagai partai politik peserta pemilu, kecuali jika dirinya menjadikan FPI menjadi PFPI (Partai Front Pembela Islam). Jikapun partai itu sudah resmi, sang habib masih belum bisa menjadi capres/cawapres karena belum ada anggota partainya yang memiliki kursi legislatif, jadi setidaknya menunggu hingga 2024 itupun jika jumlah kursi memenuhi (lebih dari 20%).
Nah, bagaimana jika dirinya mencari partai lain? sudah barang tentu PKS membuka pintu lebar-lebar untuk dirinya karena banyak krooni-kroninya yang berkeliaran disana. tetapi, apakah suara legislatif PKS sudah cukup untuk mengusung dirinya untuk menjadi capres? PKS ternyata hanya memiliki suara 6,79 % di legislatif, masih jauh dari target minimal. Bagaimana dengan Gerindra? Gerindra sudah punya Capres sendiri, Prabowo yang sudah berulang kali kalah sejak 2009 lalu. bagaimana dengan PPP? PPP juga hanya memiliki 6,53% suara jadi masih jauh dari jumlah kursi legislatif minimal.
Bagaiamana dengan partai lain? sudah jelas jawabannya mustahil. Tidak mungkin PDIP memasangkan seorang Jokowi dengan sang habib, karena habib pun tidak mau jadi wapres, harus jadi presiden. Golkar? Golkar sudah menyatakan tekadnya untuk mendukung Jokowi di 2019 nanti. Demokrat? Demokrat agaknya akan mengusung Agus Yudhoyono, terlepas dari gagal atau berhasilnya dirinya di Pilkada DKI, tetapi kelihatannya SBY mempersiapkan Agus untuk jadi Presiden suksesor sang ayah.
Jadi, siapa yang cocok menjadi pasangan sang habib untuk bertarung di Pilpres nanti? Sangat sulit untuk menentukan pasangannya karena sang habib terlalu hebat jika disandingkan dengan kelasnya Jokowi atau Prabowo sekalipun. Sang Habib ini harus berpasangan dengan tokoh yang 100% terlihat islami, terlihat bergamis, berbaju putih, sorban, berjanggot, dan jauh dari unsur kafir-kafiran.
Barangkali tokoh yang paling tepat adalah ketua umum partai berlambang cinta, Rhoma Irama. Mereka berdua ini agaknya sehati, satu tujuan, dan memiliki misi dan visi yang sama. Jika sang habib berkampanye nanti lewat ceramahnya yang mengatakan Pancasila ada di pan***, maka sang raja dangdut akan berkampanye melalui konser-konser megah dangdutnya bersama grup sonetanya.
Rhoma Irama adalah salah satu tokoh yang gagal menjadi capres 2014 silam karena tidak ada pasangan yang islami. Jadi, jika keduanya dipasangkan, maka Indonesia akan memilki capres/cawapres yang islami, suci, bergamis, dan barangkali para tim suksesnya pun akan bergamis, berbaju putih, bersorban, dan selalu melantunkan ayat-ayat yang sesuai dengan prinsipnya.
Tetapi, semua ini agaknya hanya mimpi karena partai Rhoma Irama pun tidak memiliki jumlah kursi di DPR. Huuuuu, semua ini hanya mimpi, inginnya sang Habib jadi presiden agar negara ini menjadi negara toleransi, tetapi apa daya hanya dalam mimpi. Maafkan aku Rhoma.