Lihat ke Halaman Asli

Akhir yang Indah Bagi Gregoria Mariska

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13876274881973749573

[caption id="attachment_310335" align="alignleft" width="300" caption="Sempat gagal tiga kali, Gregoria menutup tahun dengan penuh kesuksesan."][/caption] Nama Gregoria Mariska benar-benar naik ke permukaan di tahun 2013 ini. Deretan prestasi gemilang ditorehan oleh Gregoria. Namun, sebelum meraih deretan prestasi itu, Gregoria juga banyak menemui hambatan dan kegagalan. Naik kelas ke kelompok umur remaja di seri Sirkuit Nasional (Sirnas) setelah sebelumnya meraih sukses di kelompok pemula, Jorji (sapaan akrabnya) tetap menunjukkan eksistensinya. Jorji memulai tahun dengan mencetak hattrick juara Sirnas di seri Kalimantan, Lampung, dan Jakarta. Rentetan gelar Jorji berakhir setelah tumbang di babak pertama di seri Sirnas Jawa Barat. Saat itu Ia mengatakan shuttlecock yang digunakan terasa sangat berat sehingga sulit bagi dirinya untuk mengeluarkan semua kemmapuan terbaiknya. Kegagalan di Jabar tak menyurutkan motivasi gadis yang lahir di Wonogiri ini, malah Ia sukses merebut dua gelar Sirnas selanjutnya di seri Sulawesi dan Sumatera Utara. Nama Jorji semakin terangkat ketika Ia secara mengejutkan berhasil lolos ke final Tangkas Specs Junior International Challenge 2013. Tangkas Open merupakan turnamen junior yang banyak diikuti pemain yang bermain di kelompok umur taruna (U19), setingkat di atas Gregoria yang masih berada di kelompok remaja (U17). Perjalananannya ke final pun sangat berat karena harus mengalahkan unggulan kelima, kelimabelas, dan keempat. Langkah Jorji akhirnya terhenti di final usai ditaklukan oleh Fitriani, pemain yang saat itu begitu digandrungi karena kemampuannya yang di atas rata-rata dan permainannya yang mirip dengan Susi Susanti, legenda hidup bulu tangkis Indonesia. Keberhasilan Jorji ke final Tangkas Open membuat namanya dilirik untuk mengisi skuat Indonesia yang tengah dipersiapkan ke Kejuaraan Dunia Junior di Thailand. Jorji pun dipanggil ke Pelatnas (Pusat Pelatihan Nasional) PBSI di Cipayung, Jakarta untuk menjalani seleksi. Kegagalan kembali menghampiri saat dirinya kalah dari Intan Dwi Jayanti dalam seleksi itu. Jorji pun harus menunda hasrat untuk berangkat ke Thailand. Kegagalannya di seleksi itu tak membuat Jorji kecewa, malah Ia menjadikan kekalahan itu sebagai motivasi untuk terus meraih prestadi demi prestasi. "Saat bertanding, saya tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaik saya, karena saya tegang di lapangan. Tetapi saya tidak kecewa tidak terpilih, malah ini semakin memacu semangat saya supaya bisa lebih berprestasi lagi. Usia saya masih muda, saya punya banyak kesempatan kedepannya," ujar Jorji ketika diwawancarai oleh PBSI. Gagal ke Kejuaraan Dunia Junior, Jorji pun berangkat ke Kudus, Jawa Tengah untuk megikuti Asia Youth Championships U15 and U17. Walaupun usianya masih 14 tahun, Jorji percaya diri untuk berkompetisi di kelompok U17. Namun, lagi-lagi Ia harus menerima kenyataan pahit usai tumbang dari Kim Ga Eun (Korea) di babak kedua. Tiga kegagalan berturut-turut membakar semangat dan motivasi Jorji untuk kembali berprestasi. Pemain kelahiran 11 Agustus 1999 ini menjadi kampiun di Sirnas seri Jawa Tengah. Namun, seminggu berselang, Jorji kembali menemui batu sandungan setelah kalah di babak semi final di Sirnas Yogyakarta. Tak puas hanya bersaing di seri sirnas, Jorji mengkampanyekan diri untuk mengikuti Kejuaraan Nasional (PBSI) Perorangan Taruna 2013. Jorji harus mengikuti Kejuaraan (Kejurda) terlebih dahulu sebelum mengikuti Kejurnas. Hasilnya, Jorji berhasil keluar sebagai juara dan meraih satu tiket menuju Kejurnas. Di Kejurnas lalu, Jorji tak diunggulkan sama sekali karena lawan-lawannya banyak yang berusia beberapa tahun di atasnya. Memulai langkah di babak pertama, Jorji dengan mengalahkan unggulan ketiga, Rena Arsela dengan skor ketat 21-19 24-22. Jorji akhirnya keluar sebagai juara Nasional 2013 setelah di partai final menaklukan Arinda Sari Sinaga. Jorji pun mencatatkan namanya sebagai salah satu pemain termuda yang berpredikat sebagai juara nasional. Tak hanya berprestasi secara individu, Jorji juga meraup sukses di nomor beregu usai mampu mengantarkan klubnya, Mutiara Cardinal Bandung menjadi juara Pembangunan jaya Cup untuk pertama kali setelah menang atas Djarum Kudus di final. Keberhasilan di Kejurnas Pembangunan Jaya Cup dan menambah kepercayaan diri Jorji untuk berkompetisi di Junior Master, turnamen khusus yang dibuat oleh PBSI untuk mengumpulan para pemain muda terbaik di kelompok umur U17 dan U19. Status sebagai juara juara nasional, membuat Jorji lebih memilih berkompetisi di kelompok U19. Jorji kembali menemui hambatan berat karena harus berada di satu grup bersama Rena Arsela, Fitriani, dan Afni FAdhilah. Apalagi, hanya juara grup saja yang dapat lolos ke babak empat besar untuk memperebutkan gelar juara. Gregoria memulai kompetisi setelah mengalahkan Rena Arsela, lawan yang sama yang dihadapi Jorji di kejurnas. Di pertandingan kedua, Jorji kembali bersua dengan Fitriani, pemain yang mengalahkannya di final Tangkas Open. Pertemuan keduanya menjadi pertandingan paling fenomenal karena mempertemukan dua calon pemain putri andalan Indonesia di masa mendatang. Jorji pun sukses membalas kekalahannya usai menang dengan skor 21-17 15-21 23-21. Jorji menancapkan diri sebagai juara grup setelah di pertandingan ketiga menang dua game langsung dari Afni, sedanghkan Fitriani harus puas berada di posisi kedua dan akan memperebutkan peringkat kelima sampai kedelapan. Di babak semifinal, Jorji berhadapan dengan Intan Dwi Jayanti, pemain yang sempat mengalahkannya di seleksi Kejuaraan Dunia Junior dan Pembangunan Jaya Cup lalu. Lagi-lagi, Jorji berhasil menuntaskan dendamnya setelah menang 21-16 15-21 21-18 dan memastikan diri lolos ke final. Jorji menyempurnakan penampilan gemilangnya dengan menjadi juara setelah di final berhasil mengandaskan perlawanan Priskila Siahaya dua game langsung, 21-14 22-20. Orang bijak berkata bahwa semua akan indah pada waktunya. Demikian juga yang dialami oleh Gregoria Mariska. Tiga kegagalan beruntun di final Tangkas Open, Seleksi Kejuaraan Dunia Junior, dan Asia Youth Championships berbalas dengan meraih gelar juara di Kejuaraan Nasional, Pembangunan Jaya Cup, dan Junior Master. Semoga saja dengan kesuksesan tahun ini, Jorji dapat terus termotivasi untuk terus belajar agar meraih prestasi-prestasi lainnya. Tak cukup sampai di situ, seperti harapan kita semua, semoga Jorji dan para pemain lainnya dapat menjadi andalan Indonesia di masa mendatang dan mengembalikan kejayaan tunggal putri Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline