Dua makam itu berdampingan, seolah memang dibuat demikian. Bukan karena kebetulan.
Salah satunya diberi lambang jangka dan mistar dengan nama yang sudah mulai memudar, lalu di sebelahnya dengan gambar daun accacia tanpa nama.
Kedua makam tersebut dipenuhi dengan tumbuhan liar, dipenuhi nyamuk dan persis ada di bawah pohon yang rindang. Praktis ketika kami menjejakkan kaki di sana, betapa nyamuk-nyamuk yang mungkin jumlahnya ribuan itu menggigiti kami tanpa ampun. Tempatnya agak terpencil dibanding makam-makam Londho yang lain di TPU Nasrani Sukun.
Dulunya, makam ini adalah makam Londho, banyak pula tempat peristirahatan bule-bule alias Londho-londho yang dimakamkan sebelum zaman kemerdekaan. Lalu kini TPU tersebut dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang.
Mengunjungi Makam Eyken, Tokoh Freemason di Kota Malang
Setelah mengunjungi makam Dolly sebagaimana yang sudah saya ceritakan di artikel sebelum ini, kami beranjak ke makam salah satu tokoh Freemason berpengaruh di Kota Malang.
Freemason di tahun 1930-an mulai masuk ke kota Malang yang dibawa oleh orang-orang Eropa. Salah satu tempat yang paling terkenal dan melekat dalam ingatan, sekaligus terekam jelas dalam sejarah atas peninggalan yang pernah ditempati/dijadikan markas oleh Freemason di kota Malang adalah Shalimar Boutique Hotel yang berada di Jalan Cerme, Klojen, Kota Malang.
Sebelum menjadi Shalimar Boutique and Hotel, dulunya gedung tersebut dinamakan Macconieke Lodge yang sengaja dibangun sebagai markas komunitas Freemason di kota ini. Sampai akhirnya Freemason dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan dilarang beroperasi pasca kemerdekaan oleh Presiden Soekarno.
Beruntung kemarin kami sempat berkunjung ke jejak-jejak peninggalan yang sampai saat ini menjadi perbincangan, yakni makam Eyken, salah satu tokoh Freemason di kota Malang.
Siapa sebenarnya Eyken ini?
Bersama guide dari DLH dan pihak TPU Nasrani Sukun, disebutkan bahwa Eyken sendiri adalah seorang apoteker terkenal saat itu. Yakni Direktur apoteker di Institusi Kerajaan Hindia-Belanda. Salah satu tokoh yang berjasa dalam penemuan obat PES yang saat itu menjadi wabah yang sangat berbahaya.