Tahun lalu saya membaca karya Dee Lestari berjudul Rantai Yang Tak Putus, sebuah karya yang memuat kumpulan cerita inspiratif tentang wirausaha dan bagaimana merawat mereka untuk kemajuan ekonomi di Indonesia. Saya tuliskan di sini semata ingin mengadopsi ide-ide yang tertuang di dalam buku tersebut.
Ide-ide yang menguatkan saya, atau bahkan kita semua bahwa UMKM di Indonesia bisa bangkit bersama, bergandengan tangan dan saling menopang untuk membangun bangsa.
Seperti yang pernah dikatakan oleh Rodrigo A. Chaves (County Director, Indonesia The World Bank dalam Executive Summary) bahwa Indonesia telah melalui transformasi yang mengagumkan dalam lima belas tahun terakhir. Rerata pertumbuhan ekonomi bertahan di angka sekitar 6% dalam dasawarsa terakhir. Indonesia bahkan menjadi anggota G-20, satu-satunya di Asia Tenggara.
Tentu saja transformasi yang mengagumkan tersebut tidak terlepas dari upaya UMKM. Kekuatan yang mereka miliki meskipun kecil, namun jika terkumpul banyak, mampu menggerakkan ekonomi Indonesia bahkan sesaat setelah lesunya ekonomi di Indonesia pasca dihantam pandemi.
Alhamdulillah, saya masih bisa makan, masih bisa menyekolahkan anak bahkan membiayai cucu yang mau masuk TK. Banyak tetangga dan langganan yang masih setia membeli sayur mayur dari saya.
Begitulah tutur Ibu Kasiani, salah satu penjual di pasar krempyeng Jalan Jombang, Kota Malang. Menurutnya, pandemi memang membuat segalanya berubah. Pendapatannya pun menurun. Namun karena semangat gotong royong dari masyarakat sekitar, usahanya masih bisa berjalan dengan baik. Meskipun ia tahu bahwa di luar sana, banyak usaha yang terpaksa harus gulung tikar, banyak pegawai yang harus legawa karena PHK, dan masih banyak lagi nasib tak beruntung lainnya.
Namun, adanya bantuan dari Pemerintah yang mengkolaborasikan program Pahlawan Ekonomi dan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) serta PKH (Program Keluarga Harapan) ternyata berdampak baik bagi masyarakat. Kolaborasi tersebut seperti Rantai Yang Tak Putus sebagaimana judul buku karya Dee Lestari.
Yakni semangat yang menggambarkan bahwa bangsa kita ini pulih lebih cepat karena gotong royong. Bahwa membangun bangsa memang tak bisa dilakukan sendirian. Oleh Pemerintah saja atau oleh pelaku ekonomi saja.
Pemerintah tak hanya memberikan "ikan", namun juga memberikan "kail" pada pelaku usaha agar mereka bisa berdaya dan mandiri secara ekonomi melalui program ProKUS (Program Kewirausahaan Sosial) yang diterima oleh mereka yang telah "lulus" dari KPM dan PKH yang merintis usaha. Sasaran akhirnya tentu saja tidak hanya sekadar berhenti di maju bersama, tapi juga mandiri bersama.
Ilmu yang diberikan melalui ProKUS ini bagai Rantai yang Tak Putus, yang diharapkan menjadi warisan yang langgeng. Ketika mata rantai dana berakhir dengan cepat, maka rantai ilmu tak pernah putus.