Lihat ke Halaman Asli

AKU TIDAK MAU KALAU IBU CERITA "si KANCIL"

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bercerita atau mendongeng adalah media paling ampuh untuk menyampaikan suatu pesan terutama untuk anak-anak yang masih kecil. Pesan tentang kejujuran, kesetiaan, kegigihan, cinta pada sesama dan yang paling banyak adalah kemasan tentang si jahat dan si baik yang berakhir dengan kemenangan si baik. Hampir setiap ibu yang memiliki anak kecil jago mendongeng dengan gaya bahasanya sendiri dan  bobot serta luas sesuai wawasan dan kemampuannya.

Di masa kecilku cerita yang sering kudengar adalah TIMUN MAS, BAWANG MERAH  BAWANG PUTIH dan yang paling panjang serta seru adalah cerita si KANCIl. Cerita si kancil ini selalu mengasyikkan karena dia selalu bisa lolos dari segala musibah dan kesulitan dengan menggunakan akalnya yang mana orang meganggap kancil itu cerdik dan pandai. Aku pun menurunkan cerita si Kancil ini pada anakku yang masih balita. Beberapa malam menjelang tidur tokoh Kancil meluncur dari mulutku dalam berbagai versi. Kancil yang berpenampilan menawan, lincah dan pandai berbicara manis serta janji yang muluk supaya bisa mengecoh lawannya atau meloloskan diri dari kesalahannya. Hebat dan cerdik walau selalu menyengsarakan atau merugikan teman dan sekitarnya. Semula anakku terpesona dengan ceritaku tetapi setelah seri Kancil yang ke empat dia mulai memberi komentar dan bertanya. Apa menurut ibu Kancil itu pintar dan cerdik?!. Pastilah kujawab iya. Tapi dia menjawab seakan bergumam, "menurutku kancil itu tidak pintar juga tidak cerdik". Lho, kok bisa?!  "Kancil itu cuma sombong, penipu juga licik....." Ganti aku yang terpesona mendengar kalimat anakku yang masih balita dan jarang membantah itu. Ternyata otakku lemot loadingnya dan menelan segala cerita tanpa dicerna. Aku jadi malu sama anakku yang masih imut apalagi waktu dia berkata tanpa ekspresi " aku nggak mau lagi dengar cerita si Kancil...dia jahat".

Si Kancil akhirnya tamat dengan senyum malu si pendongeng. Kecerdasan menangkap cerita tidak bisa diukur dengan umur, dan sebaiknya orangtua memberikan cerita yang masuk akal mengikuti dan disesuaikan dengan jamannya si anak. Semoga banyak orangtua yang tidak egois dan merasa selalu benar serta lebih pintar dari anaknya. Penampilan dan tutur kata yang manis dan renyah tidak menjamin adanya sebuah kebaikan.

Mendidik anak balita dengan ringan, nyaman dan sederhana adalah dengan bercerita dan mengajak membaca.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline