Lihat ke Halaman Asli

Jessyka Malau

Psikolog Klinis

Puisi | Keniscayaan

Diperbarui: 30 September 2019   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

unsplash.com/@eduardmilitaru

Jutaan butiran hujan begitu dingin merongrong bumi.
Merebak wangi ratusan bunga menyelimuti dada.
Harumnya memabukkan jiwa.
Bersorak-sorailah ribuan asa sembari mengintip jendela, "Lihat, dia t'lah tiba!"

Terdengar seruan,
"Aku pria bertangan hampa!
Sebutir janji tak ada padaku.
Sebongkah cinta takkan kau temukan di diriku."

Sebuah suara membalasnya,
"Mungkinkah siang mampir merayu bulan yang terlelap?
Atau bolehkah malam merengut tatkala mentari berpaling?"


Keniscayaan adalah rumahku.
Kala kemustahilan mengetuk, pintunya diam seribu bahasa. Terkunci rapat tanpa celah.

Keniscayaan adalah namaku.
Bila masa depan mengundang, aku yakin yang menuliskannya bukanlah dirimu.

Jakarta, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline