Lihat ke Halaman Asli

jesslynptrmrll

Pelajar/Mahasiswa

Membangun Budaya Literasi Digital

Diperbarui: 30 Maret 2024   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DIGITAL

            Di era revolusi keempat atau 4.0 yang  dikenal dengan revolusi digital,  informasi apapun dapat diperoleh secara real time dan cepat dimana saja dan kapan saja. Adanya mesin pencari membantu seseorang dengan cepat menemukan referensi yang diinginkan . Memang interaksi informasi dan komunikasi telah terdigitalisasi berkat kemajuan teknologi kunyit. Friedman pada tahun Afandi dkk. menggambarkan perubahan ini dengan "dunia datar" -- referensi pada situasi di mana dunia tidak  terbatas pada batas negara dan zona waktu  karena perkembangan teknologi  (Afandi et al., 2016; Friedman, 2007).

Perkembangan teknologi informasi telah menciptakan  "ruang baru" buatan dan virtual,  disebut dunia maya (Pilliang, 2012). Perkembangan  teknologi informasi  direspon dengan  penetrasi dan perilaku penggunaan internet di Indonesia yang semakin meningkat dari  tahun ke tahun. Hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Seluruh Indonesia) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengguna Internet di Indonesia sejak tahun 2016. Hal ini mendorong perkembangan teknologi informasi, bagian dari dimulainya era baru. revolusi digital era di Indonesia. 

Perkembangannya yang sangat pesat mampu  memberikan pengaruh dan penguasaan yang sangat besar terhadap seluruh bidang kehidupan  masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan. Persyaratan pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan  di Indonesia berbeda-beda (Akbar & Anggraeni, 2017). Era digital dalam dunia  pendidikan khususnya perguruan tinggi  membawa konsekuensi berupa desain pembelajaran yang menggunakan media digital  sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.

Media digital bisa memberikan atau  menyajikan sebuah materi pembelajaran yang secara  kontekstual, audio dan visual secara  menarik dan interaktif (Umam, Kaiful; Zaini, 2013). Perguruan tinggi yang tergabung dalam perguruan tinggi harus beradaptasi untuk mencapai proses  pembelajaran  berbasis digital tersebut. Kemajuan teknologi informasi dan internet saat ini menjadikan sumber  informasi  digital sangat kaya (Kurnianingsih et al., ). Sebaliknya, perkembangan teknologi, informasi  diibaratkan  dua sisi mata uang, dan berdampak positif dan negatif terhadap masyarakat . Mempelajari pengetahuan digital tidak mungkin bisa dihindari.

            Penguasaan ilmu pengetahuan terhadap segala  aspek kehidupan sesungguhnya merupakan faktor kunci kemajuan peradaban  bangsa. Jumlah penduduk Indonesia banyak dan kualitasnya rendah,  padahal  kuantitas dan kualitas harus seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber  daya manusia  di Indonesia masih rendah, bahkan semakin menurun dari tahun ke  tahun. Salah satu faktor yang menurunkan kualitas sumber daya manusia  adalah  rendahnya tingkat pendidikan. 

Hal ini semakin  diperburuk dengan masih didominasinya budaya lisan (berbicara) dibandingkan budaya membaca. Secara umum, kemampuan menggunakan teknologi  dan informasi dari perangkat digital membantu semua pekerjaan menjadi efektif dan efisien dalam berbagai konteks kehidupan, seperti: belajar, karir dan kehidupan sehari-hari  (Gilster, 1997). Konsep  pengetahuan telah berkembang dan  digunakan dalam berbagai bentuk,  termasuk literasi digital, khususnya kemampuan hingga memahami dan menggunakan  informasi dari berbagai sumber digital (A'yuni, 2015).

            Berdasarkan uraian yang diberikan, dianggap penting, menyampaikan pemikiran tentang tiga hal, secara spesifik (a) apa yang dimaksud dengan  budaya digital?, (b) Mengapa budaya digital penting dalam membangun peradaban suatu bangsa dan ( c) bagaimana mengembangkan keterampilan dalam budaya digital?

            Literasi Digital menurut UNESCO, kemampuan literasi dalam mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, untuk membuat, mengkomunikasikan, menghitung dan menggunakan bahan cetak dan tertulis  terlibat dalam mencapai berbagai tujuan dalam pengembangannya pengetahuan dan potensi, serta  berpartisipasi penuh  dalam komunitas  serta masyarakat  (A'yuni, 2015). Pandangan Gilster seolah menyederhanakan media digital  yang sebenarnya terdiri dari  berbagai  bentuk informasi sekaligus, seperti suara, tulisan, dan gambar.

Oleh karena itu, Eshet menekankan bahwa pengetahuan digital  lebih dari sekedar kemampuan menggunakan berbagai sumber digital secara  efektif. Budaya digital juga membentuk cara berpikir tertentu (Eshet, 2004). Bawden menawarkan pemahaman baru tentang budaya digital yang berakar pada budaya komputer dan literasi informasi  (Bawden, 2001). Pengetahuan komputer berkembang pada tahun 1980-an, ketika komputer menjadi lebih banyak digunakan tidak hanya dalam bisnis tetapi juga dalam masyarakat. Sementara itu, literasi informasi mulai populer pada tahun 1990an, ketika informasi menjadi lebih mudah untuk diatur, diakses, dan disebarluaskan melalui jaringan teknologi informasi. 

Sedangkan menurut Martin, literasi digital merupakan gabungan dari beberapa bentuk literasi seperti: informasi, komputasi, visual dan media (Martin, 2008). Menurut Gilster yang dikutip oleh A'yuni, literasi digital harus berupa kemampuan  memahami dan menggunakan informasi dari berbagai format (A'yuni, 2015; Gilster, 1997). Gilster menjelaskan bahwa konsep literasi bukan sekedar kemampuan  membaca tetapi juga membaca dengan makna dan pemahaman. Literasi  digital  terdiri dari penguasaan  ide, bukan  penekanan  tombol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline