"Kita memiliki satu misi: untuk melindungi dan menyerahkan planet ini kepada generasi berikutnya." - Francois Hollande
Maldives. Pulau indah yang disebut-sebut sebagai destinasi wisata surga ini menjadi tempat impian yang wajib dikunjungi setidaknya sekali seumur hidup. Menyaksikan pemandangan keindahan laut di malam hari sambil mendengar suara deburan ombak dan merasakan segarnya angin sepoi-sepoi, merupakan pengalaman yang didambakan oleh semua orang.
Namun, siapa sangka, lantaran es di kutub perlahan meleleh akibat perubahan iklim, Maldives, sebagai negara kepulauan datar yang berhadapan langsung dengan lautan, diprediksikan akan tenggelam dalam 100 tahun mendatang. Tak hanya Maldives, namun Solomon, Tuvalu, Vanuatu, Kiribati, Fiji, dan Palau, merupakan negara kepulauan lain yang terancam hilang dari peradaban.
Di belahan dunia lain, Indonesia, negara maritim di Asia Tenggara, dari 17.000-an pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, 115 diantaranya diperkirakan akan tenggelam.
Bukan hanya terancam tenggelam, akhir-akhir ini seluruh penjuru dunia seolah menjadi langganan datangnya musibah, bahkan tak sedikit diantaranya yang memakan korban jiwa.
Mirisnya, sebagian bencana tersebut terjadi pada ruang lingkup hidrometeorologi yang dipengaruhi oleh cuaca sebagai akibat dari perubahan iklim (climate change).
Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer Bumi, seperti suhu dan curah hujan, yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Bayangkan hidup di tengah-tengah cuaca ekstrem yang sulit ditebak, atau hidup berdampingan dengan kekeringan sehingga harus menahan dahaga sepanjang hari.
Keadaan seperti itulah yang akan dialami manusia apabila mereka acuh tak acuh dalam menangani isu perubahan iklim. Generasi Z adalah generasi yang memegang nasib manusia di masa kini dan di masa yang akan mendatang. Oleh karena itu, mereka perlu melakukan berbagai perubahan serta inovasi, untuk memerangi perubahan iklim yang sedang terjadi.
Manusia mulai menyadari masalah perubahan iklim pada akhir 1970-an. Peristiwa yang mengarah ke titik ini terjadi pada tahun 1800-1870, yaitu ketika orang-orang memperhatikan bahwa tingkat gas karbondioksida di atmosfer meningkat setelah revolusi industri.
Permasalahan tersebut timbul akibat berbagai aktivitas manusia yang mencemari udara dan air, sehingga gas rumah kaca lepas ke atmosfer dan meningkatkan suhu udara, lalu memicu terjadinya pemanasan global di wilayah Arktik.