Lihat ke Halaman Asli

Jessica Christina

Hospitality and Tourism student of Trisakti Institute of Tourism

Kangen Makan-makan dan Kangen Angpao

Diperbarui: 22 Februari 2021   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya Jessica Christina, mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti prodi S1 Hospitaliti dan Pariwisata 2017 - dan salah satu penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud Republik Indonesia. Tulisan yang saya buat biasanya berdasarkan pengalaman atau pendapat pribadi saya.

Ah, penutup 2020 dan awal dari 2021 memang sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada kemeriahan, tidak ada perayaan besar-besaran, beberapa keluarga berusaha semaksimal mungkin untuk merayakan dari rumah - agar mendapatkan sedikit rasa kebersamaan seperti biasanya. Dari Lebaran, Natal, Tahun Baru, hingga Imlek, tidak terasa pandemi COVID-19 sudah berjalan hampir satu tahun lamanya.

Biasanya, Imlek menjadi momen yang paling ditunggu oleh saya dan keluarga karena kami masih menjalani tradisi yang cukup kental. Tidak hanya sekedar makan-makan atau berkumpul bersama, tapi tradisi dari Imlek sendiri pun masih terus kami laksanakan setiap tahunnya. Sayangnya, untuk tahun ini harus ditiadakan demi kebaikan bersama - terutama bagi orang tua kita, om dan tante, maupun kakek nenek. 

Setiap tahunnya, kami merayakan Imlek selama 2 hari. Satu hari untuk keluarga besar, dan satu hari untuk keluarga inti. Namun, tradisi seperti dilarang menyapu, dilarang potong rambut dan kuku, tradisi minum teh manis dan kue lapis bisa berjalan hingga beberapa hari setelah Imlek. Dan yang paling ditunggu-tunggu oleh anak muda - contohnya saya, adalah pembagian angpao dari keluarga yang sudah menikah. Jujur, pembagian angpao pada hari Imlek membuat saya merasa sangat bersyukur belum menikah.  

Tahun 2021, kami berusaha menjalani tradisi-tradisi tersebut walaupun hanya di rumah saja. Karena tidak ada acara makan bersama, ibu saya memutuskan untuk mengirimkan masakan ke kakak-kakak saya yang ada di kota yang berbeda. Tidak lupa, masakannya pun disesuaikan dengan tradisi sesuai Imlek - adanya Misua sebagai lambang panjang umur, kue Nastar lambang sepanjang tahun akan manis bagi kita, dan Jeruk sebagai lambang kemakmuran. 

Sungguh berterimakasih dengan adanya kemajuan teknologi dan adanya sameday delivery service yang sangat berjasa bagi kita. Pada hari H Imlek, yang biasanya keluarga inti kami berkumpul untuk makan-makan dan kiong hi dipecah menjadi 3 waktu yang berbeda. Hal ini dilaksanakan agar mencegah penularan virus COVID-19. Ada pula saudara yang berkunjung, namun tetap dibatasi dari luar rumah, menjaga jarak, tidak bersentuhan dan menggunakan masker double

Walau kali ini tidak seperti biasanya, namun saya bersyukur masih bisa merayakan bersama keluarga walaupun tidak secara bersamaan. Berharap tahun depan kondisinya dapat lebih baik dari sekarang, dan semoga dapat merayakan Imlek dan hari besar lainnya secara normal kembali dalam 3 tahun yang akan datang..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline