Lihat ke Halaman Asli

jessica adriana

Selamat datang!

Jakarta Perlahan Tenggelam

Diperbarui: 5 September 2022   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Wal Adhuna (Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2022/01/05/17000821/luhut-isu-jakarta-tenggelam-jadi-alarm-bagi-pemerintah)

Topik mengenai prediksi kota Jakarta yang akan tenggelam, ramai dibicarakan sejak bertahun-tahun yang lalu. Bukan hanya melalui cuitan atau komentar netizen di sosial media, tetapi peneliti bahkan petinggi dunia juga sudah membuka suara. Pada 27 Juli 2021, Biden mengeluarkan pernyataan bahwa 10 tahun lagi, Jakarta akan tenggelam dan hal tersebut merupakan ancaman bagi Indonesia. Biden mengatakan hal tersebut saat membahas mengenai perubahan iklim dalam pidato sambutan di Kantor Direktur Intelijen Nasional, Amerika Serikat.


Sebagai manusia yang lahir dan tumbuh di Jakarta, pernyataan tersebut cukup membuat saya khawatir. Gedung-gedung tinggi yang saya lihat hampir tiap hari akan berada di bawah permukaan air beberapa tahun lagi. Monas yang menjadi ikon kota Jakarta juga akan tenggelam pada tahun-tahun yang akan datang jika kita tidak segera bertindak.


Mendapat julukan sebagai "The Fastest-Sinking City in The World", Jakarta diprediksi akan tenggelam pada tahun 2050. Jakarta juga berada di peringkat teratas dari 100 kota di dunia dengan resiko-lingkungan yang paling tinggi. Prediksi tersebut bukan isapan jempol belaka, melainkan sudah ada bukti nyata di depan mata bahwa Jakarta perlahan-lahan sudah mulai tenggelam. Misalnya, Masjid Wal Adhuna yang berada di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta. Dulu, masjid tersebut merupakan salah satu tempat ibadah yang ramai dikunjungi di kawasan Sunda Kelapa. Namun, naiknya permukaan air laut Jakarta membuat sebagian bangunan masjid Wal Adhuna digenangi oleh air laut. Genangan tersebut juga menimbulkan berbagai kerusakan pada masjid seperti seng yang terdapat pada atap masjid hancur, dindingnya yang awalnya bercat putih sekarang diselimuti oleh lumut, dan sampah-sampah yang terbawa arus mengelilingi masjid tersebut.


Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan tenggelamnya kota Jakarta, yaitu gabungan dari penurunan tanah atau land subsidence dan kenaikan air laut atau sea level rise. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh bapak presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, diketahui bahwa tanah di Jakarta menurun sekitar 6 cm/tahunnya. Penurunan tanah dapat disebabkan oleh kehampaan aquifer atau lapisan tanah yang berbatu akibat penyedotan air tanah secara berlebihan, sehingga aquifer menjadi kehilangan kekuatannya dan permukaan diatasnya menjadi menurun. Dilansir dari Kompas.com, Direktur Utama Perumda PAM Jaya, Arief Nasution mengatakan bahwa pengambilan dan penggunaan air tanah masih sangat besar di kota Jakarta sehingga menimbulkan banyak efek ekologi yang menjadi ancaman. Ia juga memprediksi pada tahun 2050, 90 persen wilayah Jakarta akan tenggelam terutama pada bagian Utara.


Selain penurunan tanah, kenaikan air laut juga menjadi salah satu faktor utama yang membuat kota Jakarta tenggelam. Adanya emisi karbon yang membuat suhu  bumi menjadi lebih panas atau meningkat membuat es di kutub lebih cepat untuk meleleh. Oleh karena itu, permukaan air laut akan semakin tinggi dan beberapa tempat yang terletak di garis pantai akan tenggelam. Dilansir dari royalsociety.org, riset menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan air laut adalah 3,6 millimeter per tahun. Namun, ada kemungkinan besar bahwa pada 2100, rata-rata kenaikan air laut bisa mencapai 1,3 meter. Penurunan permukaan tanah dan kenaikan air laut yang bersamaan membuat Jakarta sering mengalami banjir dan jika hal ini terus terjadi, tenggelamnya Jakarta bukan hanya gurauan belaka, tetapi hal yang akan menjadi kenyataan. Kurangnya infrastruktur juga dapat menjadi salah satu penyebab tenggelamnya Jakarta. Jaringan pipa yang hanya menjangkau 60% dari jumlah populasi membuat masyarakat membuang sampah ke sungai yang pada akhirnya tidak dapat mengakses air bersih. Secara tidak langsung, warga harus memompa air langsung dari tanah.


Dilansir dari Kompas.com, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rizal Patria mengatakan bahwa pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan dinilai efektif untuk mencegah tenggelamnya kota Jakarta. Ia menilai bahwa pemindahan ibu kota yang diikuti dengan pemindahan satu juta aparat negeri sipil dapat mengurangi penggunaan air tanah. Namun, hal tersebut dibantah oleh Walhi Jakarta.


Menurut Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, Suci Fitria Tanjung mengatakan bahwa Walhi Jakarta menilai pemindahan IKN tersebut tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada penurunan masalah lingkungan hidup di Jakarta. Ia mengatakan bahwa akar masalah dari prediksi tenggelamnya kota Jakarta adalah gagalnya pemerintah untuk merencanakan tata ruang, menyediakan layanan pipa air bersih, dan kurangnya penegakan aturan terkait ekstraksi air tanah dalam aquifer pada sektor komersil dan industri. Oleh karena itu, Walhi Jakarta mengatakan bahwa perpindahan IKN dari Jakarta ke Kalimantan dengan tujuan membantu mencegah tenggelamnya kota Jakarta adalah suatu hal yang keliru. Walhi Jakarta menilai bahwa Jakarta akan masih menjadi pusat bisnis dan jasa global pasca pemindahan IKN. Oleh karena itu, kebutuhan ruang akan terus tinggi dan Jakarta akan sulit pulih.


Prediksi Jakarta tenggelam adalah salah satu bukti nyata yang menyadarkan saya bahwa perubahan iklim memang ada dan memberikan dampak yang akan merugikan manusia. Dampak dari perubahan iklim memang tidak instan, tetapi timbul secara perlahan dan membunuh. Bukan hanya merugikan masyarakat yang bermukim di Jakarta, kota yang terancam tenggelam akan menghancurkan tempat tinggal jutaan orang yang ada di seluruh dunia dan memaksa mereka untuk mengungsi atau yang disebut sebagai climate refugee. Dilansir dari worldbank.org, diperkirakan bahwa ada 140 juta orang yang harus mengungsi di tahun 2050.


Oleh karena itu sebagai warga negara Indonesia, salah satu cara yang paling efektif untuk membantu mencegah tenggelamnya kota Jakarta adalah dengan peduli terhadap lingkungan sekitar. Aksi kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, dan menghemat air dapat dilakukan setiap hari untuk mengurangi penurunan permukaan tanah. Beberapa ahli juga memberikan rekomendasi untuk membangun tanggul dan membuat sistem pengairan dalam kota seperti yang diterapkan di Belanda.

Referensi:
Arbar, T. F. (2021). Pidato Biden soal RI, Ungkap Jakarta Terancam Tenggelam. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210730103607-4-264827/pidato-biden-soal-ri-ungkap-jakarta-terancam-tenggelam


Bloomberg News. (2021, Mei). Asian Cities Face Greatest Environmental Risks, Report Shows. https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-05-12/asian-cities-face-greatest-environmental-risks-report-shows

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline