Tepat pukul 12 malam, Ardi kembali ke ruang utama. Jam tua itu berhenti berdetak, menciptakan keheningan yang lebih menegangkan. Namun, di tengah keheningan itu, Ardi mendengar sesuatu yang membuat darahnya membeku,suara napas. Bukan napasnya, tapi napas berat, dalam, dan pelan, datang dari arah jam. Ia berbalik perlahan. Di depan jam, berdiri bayangan hitam, tanpa wajah, hanya mata hitam kosong yang menatapnya. Tubuh Ardi kaku, mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara. Sosok itu tak bergerak, hanya memandangi, seolah menunggu.
Dengan panik, Ardi mencoba melangkah mundur, tapi tubuhnya tidak bisa bergerak. Rasa dingin menjalari tubuhnya, membuatnya tak mampu berpikir jernih. Sosok itu mendekat perlahan, mengulurkan tangan hitamnya yang panjang, siap meraih Ardi. Dengan segenap tenaga, Ardi akhirnya bisa berlari keluar dari ruang utama, menuju tangga yang menuju lantai dua. Namun, saat ia menaiki tangga, langkah kaki sosok itu bergema di belakangnya, semakin cepat. Napasnya memburu, dan kegelapan di sekelilingnya terasa semakin pekat. Di lantai dua, Ardi berlari dari satu ruangan ke ruangan lain, mencari jalan keluar. Tetapi setiap pintu yang ia buka, hanya berujung pada dinding kosong atau cermin yang memperlihatkan sosoknya dengan bayangan hitam yang terus mengintai.
Apakah Ardi akan terus berlari? Lanjut part 4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H