Soekarno pernah berkata, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Pada suatu waktu, Tan Malaka pun melontarkan sesuatu, “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali."
Arah Angin ke Kabupaten Domba
Kuberanikan diri menelpon Papa. Beliau sosok yang sangat aku segani. Nasihatnya selalu aku patuhi. Aku memohon restu sekaligus izin untuk pergi mengabdi bersama 1000 Guru Garut pada peringatan Hardiknas 2016 kemarin. Aku memang telah berencana untuk berangkat dari Bandung ke Garut sendirian. Meskipun aku buta arah dan tak tahu jalur transportasi yang bisa membawa aku kesana. Kusampaikan niat ku kepada papa. Pertimbangan beliau adalah aku seorang perempuan yang tidak mengenal wilayah Garut (aku mahasiswa rantau asal Palembang) dan seorang diri menuju Garut. Namun tekadku bulat. Dengan sedikit bujuk rayu, izin itu pun aku dapatkan. Dan segera aku menyiapkan segala sesuatu yang akan berguna bagi pengabdianku disana.
Untuk Sebuah Kehormatan
Aku bukan mahasiswa dengan basic keguruan. Aku juga bukan seorang calon guru. Aku hanyalah seorang mahasiswa Psikologi yang menyukai teaching dan mencintai anak-anak. Minatku terhadap pendidikan begitu kuat. Salah satu cita-cita terbesarku adalah menjadi bagian dalam proses pendewasaan anak-anak yang kurang beruntung dan menjadi pacuan untuk mereka melompat tinggi meraih semesta. Memang benar ungkapan bahwa pendidikan adalah gerakan semesta. Pendidikan mampu menarik para pemuda dari seluruh belahan semesta untuk bersama membangun negeri. Para volunteer traveling and teaching 1000 Guru Garut spesial Hardiknas ini terdiri dari para pemuda bangsa dengan latar belakang profesi, kejuruan, suku, serta wilayah demografis yang berbeda. Semua berkumpul dan dipertemukan disini oleh semesta melalui kecintaan terhadap pendidikan. Sebuah keberuntungan bisa berada di tengah-tengah pemuda dengan jiwa 'mendidik' yang selalu berkobar.
Cobaan Berwujud Jalanan Terjal
Salah satu PR di bidang pendidikan adalah pendidikan yang merata di seluruh pelosok Indonesia. Salah satu penyebab lambatnya pemerataan pendidikan di Indonesia adalah faktor demografis. Begitu pula SDN Jagabaya 1 yang terletak di pedalaman Kp. Cijaringao Desa Jagabaya Kecamatan Mekarmukti Kabupaten Garut. Untuk mencapai sekolah ini, kami harus menempuh perjalanan kaki selama kurang lebih 2 jam. Jalanan menuju SDN Jagabaya 1 cukup berbatu tajam ditambah musim hujan yang menyebabkan jalanan licin. Hal ini cukup menyulitkan bagi pejalan kaki. Di sisi kanan dan kiri jalan merupakan hutan dan kebun milik warga. Selain itu, jalanan juga menurun dan menanjak dengan terjal ditambah tebing-tebing curam yang membentuk jurang kecil. Pantas saja jika pendidikan yang bermutu sedikit lebih lambat sampai ke sekolah ini. Kembali lagi, pendidikan yang lebih baik menjadi harapan utama kami sehingga menambah kekuatan kaki ini untuk terus menapak.
Sekolah Sarat Cerita
Gedung sekolah SDN Jagabaya 1 sudah cukup memadai. Terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 Mushola dan 1 toilet. Ketersediaan di ruang kelas juga cukup lengkap (meja guru, meja dan kursi siswa, sebuah blackboard, dan alat kebersihan). Perpustakaan menyatu dengan ruang guru. Hanya saja, tenaga pengajar masih sangat minim. Hanya ada 1 guru PNS di sekolah ini. Sisanya adalah para tenaga sukarelawan yang tak jarang hanya memiliki ijazah SMA. Inilah potret pendidikan bangsa kita. Tenaga pengajar masih jarang yang bersedia ditempatkan di pelosok-pelosok. Padahal justru mereka yang sangat membutuhkan. Percayalah, niat berbagi itu indah. Semua akan terbayar saat melihat antusiasme anak-anak belajar dan menuliskan cita-cita mereka. Kita tidak pernah tau siapa di antara mereka yang akan menggiring kita ke surga.
Menulis di Sebuah Pohon Impian