Lihat ke Halaman Asli

Jesica Nazla fahrezy

mahasiswa pendidikan non formal,universitas negeri padang

Manajemen Konflik dalam Keluarga

Diperbarui: 3 Juni 2024   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kata konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang berarti “bersama” dan fligere yang berarti “benturan” atau “tabrakan”. konflik biasanya terjadi bila ada perbedaan pandangan atau kepentingan. karena itu, konflik selalu melibatkan dua orang (pihak) atau lebih, sebab tidak ada dua orang yang sama persis. selanjutnya, dua orang (pihak) itu dapat berkonflik hanya bila mereka berinteraksi satu sama lain, dan itu dimungkinkan bila keduanya tinggal di satu wilayah yang sama, entah rumah yang sama, sekolah yang sama, atau negara yang sama. dalam kehidupan berkelompok maupun pribadi kita selalu berdampingan dan dihadapkan dengan konflik, karna pada dasarnya kesalahpahaman dan perbedaan pendapat menjadi faktor utama penyebab konflik.Jika kita pandang lebih dekat, konflik dalam keluarga merupakan konflik yang paling dekat dengan Kita, maka dari itu dalam mengatasi kontlik tersebut kita perlu memahami bagaimana managemen konflik dalam keluarga.

PENGERTIAN MANAJEMEN KONFLIK DALAM KELUARGA


Menurut Ismail Solihin (2012), pengertian manajemen adalah suatu rangkaian proses yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/perusahaan, baik  sumber daya manusia (human resource capital), modal (financial capital), material (land, natural resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan
organisasi/perusahaan

Di samping itu masih ada pengertian manajemen dari para ahli dengan sudut pandang yang berbeda. Berikut adalah pengertian manajemen menurut para ahli:
Pendapat berbeda terkait pengertian managemen juga di utarakan oleh George R. Terry. Pengertian manajemen menurut Terry adalah sebuah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari uaraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian managemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan berbagai pemecahan masalah yang sitematis.
Disamping itu Konflik dalam rumah tangga tidak bisa kita hindari, bahkan setiap insan yang bernyawa pasti akan mengalami yang namanya konflik, dimanapun, kapanpun, siapapun dan bagaimanapun. hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Sillars dkk., (2004) bahwa konflik dalam rumah tangga lebih kerap terjadi dibanding konflik dalam konteks sosial masyarakat. Sadarjoen (2005) mengemukakan bahwa konflik dalam rumah tangga muncul karena adanya perbedaan persepsi dan harapan-harapan di antara kedua belah pihak. Hal inilah yang merupakan sumber konflik dalam rumah tangga. sumber konflik lainnya muncul karena adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, budaya, pola pikir,bahasa, kelas sosial, kebutuhan, egoisme, kurangnya perhatian dan lain-lain.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Manajemen konflik dalam keluarga adalah proses mengelola dan menyelesaikan perselisihan atau ketegangan antara anggota keluarga dengan cara yang konstruktif dan damai. Iini melibatkan komunikasi efektif, pemahaman, empati, dan penyelesaian masalah untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. manajemen konflik bertujuan untuk memperkuat hubungan, meningkatkan kerjasama, dan menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis. ini melibatkan mengidentifikasi sumber konflik, mengeksplorasi solusi yang memadai, dan mengimplementasikan strategi untuk menghindari konflik yang merugikan. dengan demikian,manajemen konflik membantu membangun fondasi yang kuat untuk hubungan yang sehat di dalam keluarga.

Jenis-Jenis Konflik Dalam Keluarga

Dalam kehidupan rumah tangga, terdapat beberapa jenis-jenis konflik, yakni konflik eksternal dan internal. Lewis Coser mengelompokkan konflik menjadi 2 jenis, yakni konflik internal dan eksternal. selain itu, Husaini (2006) mengelompokkan jenis konflik menjadi dua, yakni (1). konflik pertentangan antara dua atau lebih terhadap satu hal atau lebih dengan sesama anggota organisasi atau dengan organisasi lain dan (2). konflik pertentangan dengan hati nurani sendiri.
1.⁠ ⁠Konflik Eksternal
Konflik eksternal merupakan konflik yang bersumber dari mertua, tetangga, teman, adik ipar, pihak ketiga, finansial, miskomunikasi (miscommunication), kurang perhatian atau kurangnya sikap peduli (peka), intoleransi, selera pribadi, gaya komunikasi (tidak nyambung), doktrin budaya, beda bahasa dan lain-lain.
2.Konflik Internal
Lewis Coser mengemukakan bahwa konflik Internal adalah suatu konflik yang muncul dalam sebuah kelompok yang memiliki hubungan yang sangat intim. Konflik in muncul karena terdapat ketegangan perasaan negatif dan sensitif terhadap individu yang memiliki prestasi, kesejahteraannya, kekuasaan, dukungan sosial dan lain-lain. Stanton dalam (Nurgiyantoro, 2010) mengemukakan bahwa Konflik internal adalah konflik kejiwaan, hal in muncul dikarenakan adanya ketidaksamaan persepsi antara manusia dengan dirinya sendiri. Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik internal merupakan konflik batin yang disebabkan oleh diri-sendiri atau orang lain.
3.Basic dan Non-Basic Conflict
Basic conflict merupakan konflik dasar yang terjadi pada rumah tangga lantaran adanya ekspektasi dari kedua pasangan (suami-istri) yang tidak sesuai dengan realitas yang dinginkan. Konflik in biasanya dilatarbelakangi oleh faktor biologis, finansial dan sebagainya. Fenomena seperti ini tidak hanya dialami oleh beberapa orang saja, melainkan hampir dialami oleh setiap orang yang berkeluarga. Fenomena ini memang sulit untuk diatasi bahkan fenomena ini merupakan kasus yang terbanyak melahirkan perceraian. Namun hal tersebut bukan merupakan hambatan atau akhir kebersamaan bagi rumah tangga, melainkan hal tersebut merupakan ujian pendewasaan, keteguhan dan kesetiaan bagi rumah tangga.

Faktor Penyebab Konflik Dalam Keluarga


Konflik sering dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam  suatu interaksi. Dalam berorganisasi, ini sangat mungkin untuk terjadi adanya konflik baik individu ataupun kelompok. Ciri-ciri terjadinya konflik adalah sebagai berikut:
1. Terdapat dua pihak secara perorangan maupun kelompok terlibat dalam suatu interaksi yang saling berlawanan.
2. Saling adanya pertentangan dalam mencapai tujuan.
3. Adanya tindakan yang saling berhadap-hadapan akibat pertentangan.
4. Akibat ketidak seimbangan.

Erikson dalam (Lestari, 2012) menegaskan bahwa munculnya konflik dalam rumah tangga disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya adalah adanya tuntutan dari orang tua; keyakinan dan kepercayaan; tidak mampu beradaptasi dan lain-lain. Beberapa sumber konflik di atas merupakan konflik interpersonal (interpersonal conflict) yang disebabkan oleh dirinya sendiri yang tak mampu meminimalisirnya. Dengan demikian, konflik yang terjadi dalam rumah tangga bukanlah merupakan pemicu atau tolak ukur yang utama dalam menentukan kegagalan dalam membina keluarga, melainkan hal itu akan menjadi proses pendewasaan dalam rumah tangga.

Cara menyelesaikan konflik dalam keluarga

Mengatasi konflik dalam keluarga memerlukan kesabaran, komunikasi yang baik, dan
komitmen untuk memperbaiki hubungan. Berikut adalah tujuh cara yang dapat membantu mengatasi konflik dalam keluarga:
1. Komunikasi Terbuka
Buka diri untuk mendengarkan pendapat anggota keluarga lainnya tanpa menghakimi atau  mengkritik. Berbicaralah secara jujur tentang perasaan dan kebutuhan masing-masing.
2. Berkolaborasi dalam Pencarian Solusi
Cari solusi yang menguntungkan semua pihak. Diskusikan bersama dan berikan masukan secara adil.
3. Hindari Kesimpulan Prasangka
Jangan membuat asumsi tentang niat atau motivasi anggota keluarga lainnya. Beri kesempatan bagi mereka untuk menjelaskan diri sendiri.
4. Menetapkan Batasan yang Jelas
Jelaskan harapan dan batasan dengan jelas untuk mencegah konflik di masa depan. Ini bisa meliputi pembagian tugas rumah tangga atau waktu bersama.
5. Menerima Perbedaan
Setiap anggota keluarga memiliki kepribadian dan pandangan yang berbeda. Penting untuk menghormati perbedaan tersebut dan mencari cara untuk bekerja sama meskipun memiliki pendapat yang berbeda.
6. Berlatih Empati
Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang anggota keluarga lainnya. Mempertimbangkan perasaan dan pengalaman mereka dapat membantu memecahkan konflik dengan lebih baik.
7. Minta Bantuan Jika Diperlukan
Jika konflik terus berlanjut atau sulit diselesaikan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau konselor keluarga, yang dapat membimbing dan memberikan strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan kesabaran dan komitmen, konflik dalam keluarga bisa diatasi dengan baik, memperkuat ikatan keluarga dan menciptakan lingkungan yang harmonis. Nah dari uraian diatas terkait managemen konflik dalam keluarga diharapkan setiap individu mampu mengimplikasikan upaya-upaya dalam menghindari dan menyelesaikan konflik dalam keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline