Indonesia menjadi saksi betapa pesatnya pertumbuhan teknologi dalam sepuluh tahun terkahir. Awal pertumbuhan di era milenial ini bermula dengan ditemukannya komputer dan berkembang lagi dengan muncul alat komunikasi pintar atau smartphone. Pada awalnya komputerisasi ini hanya menjadi alat untuk mempermudah aktifitas perekonomian seperti pada sektor industri.
Namun, dengan kehadiran internet dan dengan kemudahan akses internet tersebut melalui smartphone, industri bergerak melenceng dari proyeksi-proyeksi yang dibuat 10-15 tahun lalu.
Dalam era kemajuan teknologi yang begitu masif ini, hampir semua sektor ekonomi berlomba-lomba mengubah pola pelayanannya dan menambahkan fasilitas digital dalam menyediakan jasa. Para pelaku ekonomi melihat fitur digital ini memberi peluang lebih bagi mereka untuk menjangkau pasar dan mengurangi biaya operasional dari pengusaha itu sendiri.
DUA SISI FITUR DIGITAL
Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah kenapa fitur digitalini menjadi faktor pengurang biaya produksi dan faktor dari efektifitas untuk menjangkau pasar. Jika dilihat dari sisi supply chain,kehadiran fitur digital ini memangkas jarak hubungan pemilik usaha dan konsumen. Fitur digital ini secara kasat mata menggantikan posisi pekerja yang dalam susunan struktur organisasi adalah sebagai perantara atau middle-men.Apakah ini hal yang bagus? Tentu situasi ini harus dikaji sisi positif dan negatifnya.
Dari sisi positif, ada beberapa hal yang dapat memperkuat kehadiran fitur digitalini diantaranya (1) turunnya harga karena pengusaha dapat meminimalkan operasional costs,(2) memperluas jangkauan pemasaran, (3) hilangnya barrier to entrybagi usaha-usaha rintisan. Operasional costsdisini adalah biaya setelah proses produksi selesai.
Biaya ini misalnya biaya sewa gedung untuk mendirikan toko, biaya perawatan, biaya gaji karyawan dan biaya lain guna mendukung proses distribusi. Ambil contoh toko onderdil kendaraan di jalan Dewi Sartika, Jakarta. Untuk membuka toko, si pengusaha harus sewa ruko atau pun membelinya. Untuk operasionalnya tentu saja perlu listrik dan air serta perawatan seperti alat kebersihan. Selain itu, si pengusaha harus membayar gaji karyawan tiap bulannya.
Biaya-biaya seperti ini tidaklah sedikit. Memang secara teori si pengusaha dapat membebankan biaya-biaya ini ke konsumen dalam bentuk proporsi harga barang tergantung tergantung dari tingkat elastisitas harga barang yang dijual. Jika bisnis ornderdil ini dijalankan secara digital, si pengusaha dapat menekan operasional coststadi dengan cara menyimpan barang dagangan dirumah, tidak ada kebutuhan memiliki karyawan dalam jumlah besar dan biaya-biaya lainnya.
Terlepas dari operasional costs tersebut, fitur digital memudahkan pengusaha untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Karateristik borderlessdari sistem internet ini membuka peluang bagi pengusaha untuk dapat secara instan memasarkan barangnya melalui baik media sosial atau aplikasi perdagangan lainnya.
Pada pola ekonomi sebelumnya, pemasaran membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dan batasan biaya tersebut yang membuat pengusaha kecil-menengah mengalami kesulitan menjangkau pasar yang lebih luas dan tentu saja berimbas pada besaran skala usaha mereka.
Fitur digitaldan akses ke internet ini juga menjadi insentif bagi pengusaha perintis yang dahulu kesulitan untuk memulai usahanya dikarenakan besarnya biaya establishment. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk melakukan penetrasi ke pasar atau sering disebut barrier to entry menjadi minimal.