Lihat ke Halaman Asli

Jerri Irgo

Consultant, Tutor and Trainer working in Local-Regional Economic Development (L-RED) mainly on the perpetrators of SMEs ; Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter

Menikmati Wonosobo dan Mie Ongkloknya

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13898732811021156908

Tujuanku ke kota ini adalah berjumpa Yunus, teman saat aku kuliah. Tidaklah terlalu sulit menemukannya, karena Yunus memiliki tempat usaha yang sangat representatif di jalan utama Wonosobo ke Temanggung. Sebelumnya telah berkali-kali membuat janjian untuk bertemu sahabatku ini, namun karena masing-masing belum ketemu waktu yang sama, akhirnya kesampean juga (15/01/14). Suasana selama perjalanan ke Wonosobo tidaklah banyak berubah, tetap membuat aku kagum akan indahnya alam Indonesia yang hijau royo-royo, serta keramahan masyarakat yang mantaaapsss meen .. !! Ga kerasa telah menempuh 114 km perjalanan darat dari kota Yogyakarta dan akhirnya tibalah di Wonosobo, sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. “Nama Ibukotanya juga sama ya Wonosobo”, gitu kata Yunus, seolah  meberikan ucapan selamat datangnya. Yunus, sahabatku ini, walo dah lama ga jumpa, tetep ga berubah, masih sama seperti saat sama-sama selesaikan S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, kalau bicara selalu gunakan bahasa Indonesia namun dialeknya Wonosobo-an, ini yang selalu membuat aku tersenyum (sebenarnya mau ketawa) dan yang pasti inilah Indonesia .. seruuu kaannnn ... hehehehe. Dinginnya kota Wonosobo, karena sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan, mulai dari bagian timur perbatasan dengan Kabupaten Temanggung terdapat dua gunung berapiGunung Sindoro (3.136 mdpl) dan Gunung Sumbing (3.371 mdpl). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 mpld) dan di sebelah selatan, terdapat Waduk Wadaslintang, membuat obrolan kami ga jauh-jauh dengan membahas kuliner .. “anyes-anyes marakno ngelih yaa”ujar Yunus kalau bahasa Indonesianya “dingin-dingin membuat laper”.. hahaha akhirnya Yunus gunakan bahasa lengkap dengan dialek Wonosobonya. Menu favorit yang kami cari Mie atau Bakmi Ongklok. Ehmmmm tawaran yang menarik.. Mie Ongklok adalah mi rebus khas Wonosobo. Mie rebus ini dibuat dengan racikan khusus ada kubis, potongan daun kucai dan kuah kental berkanji yang disebut loh .. Mauuuuuu !! “Mie ini banyak dijajakan di berbagai warung dan rumah makan di Wonosobo, makanan pendamping biasanya adalah sate sapi bumbu kacang, tempe kemul atau tempe goreng lapis tepung, serta keripik tahu .. plus teh panas manis sedang” ujar Yunus kembali gunakan bahasa Indonesia dengan dialek Wonosobonya .. hehehehe Atas rekomendasi Yunus dan dipertegas ma Thea Erlin yang juga sahabatku, namun sayangnya aku ga jumpa, melalui pesan singkatnya, “Bang, Mie Ongklok di Pak Muhadi, ke arah Sapen Terminal Wonosobo”. Kami pun bergeser ke sana .. emang beda, saat disajikan .. waaah ..sangat menggiurkan .. sruputan pertama, langsung aku harus menambah satu indikator tentang rasa, karena selama ini, dengan makanan yang aku suka, aku hanya punya dua rasa, yaitu enak dan enak banget, namun saat menikmati Mie Ongklok Wonosobo, apalagi dengan paduan sate sapi yang khas bumbu kacangnya itu, aku harus menambah satu kriteria lagi yaitu .. enak buangeet meenn !! . hahahaa Baru separo, tanpa sungkan aku langsung meng-iya-kan tawaran Yunus “kita perlu tambah lagi!!” Menurutku, minimal kalau makan Mie Ongklok perlu 2 porsi apalagi dengan makanan pendamping sate sapi bumbu kacang yang baru diangkat dari tungku, cukup 10 tusuk dan tempe kemul anget dengan bumbu cabenya” Menikmati Mie Ongklok, dinginnya Wonosobo, hilang sesaat, yang ada adalah rasa anget di badan disertai tetesan air keringat yang membasahi sebagian wajah .. hahaha ...bener dech, bikin ketagihan !! Menyelesaikan porsi pertama dan menunggu porsi kedua, Yunus cerita “Pak Muhadi, dulunya buat resep Mie Ongklok ini ga sengaja, saat masih muda, beliau sempat bekerjasama dengan juragan bakmi di wonosobo dan suatu saat setelah sekian lama mereka bekerjsama, Muhadi muda punya ide membuka sendiri dengan resep yang berbeda. Muhadi muda saat pertama kali jualan dengan cara keliling dan terus melakukan inovasi membuat resep mie baru yang kemudian kelak jadilah resep Mie Ongklok ini”. Ongklok sendiri adalah alat bantu merebus mie, semacam keranjang kecil dari anyaman bambu yang dipakai untuk membantu perebusan mie. Penggunaan alat bantu ini khas di Wonosobo setempat sehingga diberikanlah nama mie rebus ini sesuai dengan alat tersebut. setelah menyelesaikan porsi kedua, kami tidak dapat berlama-lama di sini, karena warung ini ramai terus. Sebelum pamit, aku langsung teringat salah satu pokok bahasan bersama teman-teman UMKM Indonesia padaprogram GIZ RED (Lembaga Bantuan Teknis Milik pemerintah Jerman) dan CEFE International (Lembaga Internasional berkantor pusat di Jerman, khusus untuk program pengembangan UMKM yang telah digunakan di lebih 120 Negara), kita telah bertemu dengan salah satu Entrepreneur Indonesia yang hebat!! Menurutku, profil pak Muhadi bukanlah pengusaha biasa-biasa saja. Aku jadi inget 10 Ciri Utama Pengusaha Suksesnya David Mc Cleland, pak Muhadi memiliki ciri tersebut, diantaranya adalah tekun, mencari peluang, berani ambil resiko, menetapkan tujuan, mencari informasi dan percaya diri. Ga ada kata laen, UMKM Indonesia .. Mantaapppp Meennn !!! >>  Jerri Irgo - Freelance Photographer ; Traveler : Travel Writter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline