Agrikultur di Indonesia sudah dikenal sejak dahulu kala dengan hasil pertanian dan tanah yang subur, bahkan membuat negara ini dijajah karena hasil alamnya. Hasil-hasil pertanian yang banyak berasal dari Indonesia berupa padi, jagung, kopi, kelapa sawit dan rempah-rempah yang menambah cita rasa bahan makanan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2022 dari 135,3 juta penduduk yang bekerja , 29,96% bekerja dibidang pertanian sehingga 40,64 juta orang Indonesia bekerja dalam sektor pertanian.
Meski dikenal dengan negara agraris, namun tahun 2023 pertanian di Indonesia hanya menyumbangkan 11,77 % dari total PDB (Produk Domestik Bruto). Menandakan bahwa ada masalah dalam sektor pertanian Indonesia, karena jika dibandingkan dengan pertambangan, yang mampu menyumbangkan 11,85 % dengan tenaga kerja hanya sebesar 1,13 %. Dengan perbandingan 28,83 % tenaga kerja, pertambangan menghasilkan 0,08 % PDB yang lebih besar dibandingkan dengan pertanian. Dapat dipastikan bahwa ada problematika pada sektor pertanian di Indonesia.
Karena negara Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan hasil alamnya yang melimpah maka pertanian tentu sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi yaitu penyumbang PDB dalam satu negara. Berdasarkan data yang ada saat ini maka tentu harus diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya sumbangsih pertanian terhadap PDB.
Faktor yang menyebabkan menurunnya sumbangsih pertanian terhadap PDB adalah:
- Rendahnya Pendidikan Petani di Indonesia
70% petani di Indonesia memiliki pendidikan rendah yakni hanya tamat SD bahkan ada yang tidak tamat SD, ini merupakan data yang diungkapkan oleh KEMENTAN (kementerian pertanian) pada tahun 2023. Untuk yang tamat SMP 17% kemudian yang tamat SMA 15 %, serta yang lulus perguruan tinggi < 2%. Keadaan ini mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan pertanian tersebut, baik dari pembibitan, perawatan dan proses panen hasil pertanian sehingga dikenal dengan petani kolonial. Memang benar pendidikan bukan penentu tingkat kesuksesan pertanian akan tetapi pendidikan mampu memperbaiki pola prosedur pengelolaan pertanian menjadi lebih modern dan maju.
- Peralatan dan Teknologi yang Masih Tertinggal
Dalam pengelolaan pertanian dibutuhkan peralatan dan teknologi yang dapat membantu proses pengolahan dan pengelolaan pertanian. Di Indonesia memang sudah ada beberapa peralatan pertanian yang canggih namun karena minimnya pendidikan maka penggunaan dari peralatan tersebut diabaikan dan dianggap berlebihan jika menggunakan peralatan yang baru dan lebih canggih. Namun, jika penggunaan teknologi pertanian diterapkan secara maksimal maka tentu sangat membantu proses pengelolaan pertanian di Indonesia.
- Pasar yang Tidak Mendukung Petani
Sering sekali petani mengeluh dengan tingginya harga pupuk dan pestisida yang menyebabkan banyak modal untuk memulai pertanian akan tetapi harga hasil pertanian yang sangat rendah bahkan tidak sesuai dengan modal awal memulai pertanian tersebut. Karena ketidaksesuaian harga ini menyebabkan banyak petani mengalami kerugian tenaga dan modal. Selain harga yang tidak sesuai distribusi hasil pertanian kadang tidak merata dan hanya berpatok pada satu tempat saja yang menyebabkan harga ditetapkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
- Iklim yang Tidak Menentu
Prosedur pertanian sangat bergantung pada iklim dan cuaca, di mana pada saat proses pembibitan dibutuhkan hujan dan ada momen dibutuhkan panas, Sehingga seorang petani harus mampu memprediksi keadaan iklim sebelum memulai penanaman. Dahulu petani bisa memprediksi kapan musim hujan dan kemarau. Keadaan alam sekarang tidak menentu yang menyebabkan terjadinya gagal panen.
Hambatan-hambatan yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi dalam sektor pertanian ini sudah banyak terjadi sehingga dibutuhkan solusi dan perbaikan bidang pertanian negara Indonesia yaitu dengan
- Sosialisasi Pertanian
Pemerintah berperan penting dalam proses sosialisasi pertanian terkhusus kementerian pertanian di mana jika melihat tingkat pendidikan petani di Indonesia maka perlu diberikan pembelajaran yang intensif yang dapat menambah wawasan dan pengalaman para petani baik dalam bidang teknologi dan pengolahan hasil pertanian. Proses penyuluhan dan sosialisasi dapat diterapkan dalam bentuk kelompok tani dan Koperasi Unit Desa.
- Pengenalan Proses Pemasaran dan Peningkatan kebijakan Harga yang mendukung Petani
Seluruh aspek pertanian sangat bergantung pada pasar dan harga sehingga campur tangan pemerintah dalam menentukan harga sangat perlu dan dibutuhkan untuk mendukung kesejahteraan petani. salah satu yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan sistem subsidi pupuk dan bibit. Proses ekspor juga dapat dibantu oleh pemerintah agar petani dapat lebih berkembang dan tidak hanya setingkat lokal saja.