Lihat ke Halaman Asli

Jerico Christianto

Mahasiswa Teknik Elektro di Universitas Tidar

Antara Harapan dan Ketidakpuasan di Tangan Para Pemimpin Baru

Diperbarui: 21 Desember 2024   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tabloid Indonesia Maju yang digunakan saat masa kampanye Prabowo Gibran (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Tanggal 22 Oktober 2024, di Indonesia telah dilaksanakan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang baru. Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Pasangan nomor urut dua tersebut menang dengan memperoleh suara sekitar 58.6% diambil dari hasil rekapitulasi tingkat nasional oleh KPU RI terhadap perolehan suara di 38 provinsi dan 128 wilayah luar negeri. Mereka diamanahi untuk menjalankan tugas negara selama lima tahun kedepan.

Pendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mengatakan mereka memiliki potensi untuk memimpin masa depan Indonesia, tetapi ada beberapa alasan untuk meragukan apakah mereka adalah pilihan yang tepat. Prabowo berpengalaman tetapi tidak lepas dari kontroversi terutama terkait dengan isu pelanggaran HAM di masa lalu. Hal ini bisa mengganggu kepercayaan masyarakat dan menciptakan ketidakstabilan politik yang bisa merugikan negara. Pendekatan otoriter yang sering diasosiasikan dengan gaya kepemimpinannya juga dapat menghambat partisipasi demokratis yang diperlukan untuk menciptakan pemerintahan yang transparan dan akuntabel

Sementara Gibran masih tergolong pemimpin yang baru dan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menangani masalah-masalah besar di tingkat nasional. Sebagai Wali Kota Solo, ia memang telah menunjukkan kemampuannya dalam mengelola pemerintahan daerah tetapi tantangan di level nasional jauh lebih kompleks. Selain itu, keberadaannya sebagai anak Presiden Joko Widodo bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi ia mendapatkan keuntungan dari nama besar ayahnya tetapi di sisi lain hal ini juga dapat menimbulkan keraguan tentang sejauh mana ia bisa berdiri sendiri dan mengambil keputusan yang tidak terpengaruh oleh kepentingan politik keluarga.

Kombinasi antara Prabowo-Gibran tidak menjamin bahwa mereka dapat memenuhi harapan masyarakat atau mengatasi tantangan yang ada. Masyarakat harus tetap kritis dan menuntut kepemimpinan yang transparan, akuntabel, dan berfokus pada kepentingan rakyat. Masa depan Indonesia yang lebih baik sangat bergantung pada pemimpin yang mampu menunjukkan integritas dan visi yang jelas bukan sekadar mengandalkan pengalaman atau reputasi keluarga.

Masyarakat Indonesia perlu semakin kritis dan menuntut transparansi serta akuntabilitas dari para pemimpin mereka. Jika Prabowo dan Gibran tidak mampu menunjukkan komitmen yang kuat terhadap reformasi dan perbaikan, maka ketidakpuasan masyarakat akan semakin meningkat dan potensi untuk terjadinya ketidakstabilan sosial pun akan semakin besar. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk tidak hanya mengandalkan pengalaman dan popularitas tetapi juga untuk membangun kepercayaan dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline