Lihat ke Halaman Asli

Kendal Ngisor Im in Love

Diperbarui: 12 Januari 2016   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

       Pada waktu itu sekitar tanggal 23 November 2015, sekolah saya mengadakan kegiatan live in. Kami semua pergi ke Dusun Kendal Ngisor, Kecamatan Banyu Biru, Ambarawa, Semarang. Kami berkumpul di sekolah dan berangkat pada malam hari pukul 9 malam. Kami berangkat menggunakan bus yang sudah disewa oleh sekolah. Kami menggunakan 2 bus. Kami berangkat pada malam hari dengan tujuan agar dapat sampai di Dusun keesokannya pada pagi hari.
       Akan tetapi perjalanan kami sedikit terganggu dikarenakan bus angkatan saya atau angkatan kelas 12 mengalami pecah pipa karburator pada pukul 01.30 pagi. Akhirnya kami harus menunggu petugas tol datang membantu. Namun petugas tol yg membantu kami sempat salah membawa ukuran pipa karburator, alhasil kami harus menunggu lagi dan sampai akhirnya bus kami diderek sampai pintu keluar tol pada pukul 5 subuh. Setelah itu perjalanan kami kembali berjalan dengan lancar.
       Akhirnya kami sampai di Ambarawa di tempat dimana kami harus berganti kendaraan dari bus menjadi angkot atau charter. Kami bertukar kendaraan di Rumah Makan Bintangan di Ambarawa. Kami sampai di dusun pada pukul 4 sore. Sesampainya di dusun kami di sambut oleh warga setempat dengan tarian daerah mereka yaitu tari Kontulan. Tari Kontulan termasuk unik. Penari Kontulan adalah laki-laki yang diiringi oleh alat musik gendang, rebana, dan nyanyian daerahnya. Kostumnya pun sangat unik. Mereka menggunakan kemeja putih, dasi hitam, kacamata hitam, kipas, dan pernak pernik.
       Setelah sambutan, kami dibagi tempat tinggalnya dan akhirnya ke rumah masing-masing untuk ramah tamah. Makanan yang dibuat oleh Ibu angkat saya sungguh nikmat. Rata-rata keluarga di sana masih menggunakan bumbu dapur yang alami. Seperti kecap buatan sendiri, kopi dan teh buatan sendiri, garam murni, dan kompor pun mereka masih menggunakan tungku dengan kayu bakar.
       Kegiatan kami sehari-hari di sana adalah membantu keluarga kami masing-masing untuk bekerja di sana. Ada yang mengurus sapi dan kambing, mengambil kayu bakar di hutan, mengambil rumput untuk sapi dan kambing, memanen padi, dan lain-lain. Siangnya biasa kami isi dengan kegiatan bersama warga sekitar seperti bermain bola dan voli bersama. Malamnya kami isi dengan berlatih kesenian sekitar. Ada yang berlatih Kontulan, Rebana, dan Tari Soreng.
       Warga di sana semua saling bergotong royong untuk memasak nasi jagung yang nantinya akan kami nikmati secara bersama di lapangan dusun. Nasi jagungnya sungguh nikmat. Favorit saya adalah sambalnya. Rasa sambal yang nikmat dan masih sangat alami. Makanan lauk pauknya pun sungguh nikmat dan terasa segar serta bersih.
       Kami para siswa pun menyusun acara untuk warga sekitar. Acara pertama adalah lomba rakyat. Di sana kami para siswa yang sudah disusun kepanitiaannya diharuskan membuat perlombaan-perlombaan untuk para warga dusun dari umur anak-anak sampai orang tua. Lomba-lomba yang kami adakan di antara lain, makan kerupuk, memindahkan air, lempar pingpong, kursi joget, dan sedotan panjang. Antusias warga pun sangat baik. Saya dapat melihat wajah mereka yang berseri-seri dan kami semua dapat merasakan kehangatan dan kekeluargaan yang masih sangat erat di dusun.
       Keesokannya kami mengadakan acara Pasar Murah untuk warga dusun dengan mengadakan penjualan sembako murah. Akan tetapi, kami para siswa merasa bahwa sudah seharusnya kami membantu sedikit dengan membayar sembako untuk keluarga masing-masing dan warga di sana. Selanjutnya kami mengadakan Pasar Sandang. Kami menjual pakaian-pakaian yang sudah kami kumpulkan dan kami sortir untuk dijual dan hasilnya diberikan kepada warga dusun Kendal Ngisor untuk pembangunan dusun. Setelah itu kami mengadakan kegiatan kesenian. Pada kegiatan itu kami para siswa menampilkan kesenian daerah sekitar yang sudah kami pelajari. Selain itu kami juga menampilkan pentas seni dari kelas masing-masing dan kami juga membagikan door prize untuk warga di sana. Akhirnya hari itu kami tutup dengan makan malam bersama keluarga masing-masing.
       Akhirnya sampai pada hari Sabtu tanggal 29 November 2015. Pada pagi hari sebelum pulang, kami bersama-sama pergi menuju 2 air terjun tersembunyi yang ada di dusun. Air terjun itu bernama air terjun Mbah Senggol. Konon dikatakan dahulu kala ada seorang yang tinggal di sana bernama Mbah Senggol yang menjaga air terjun di sana. Warga desa special membuka jalan menuju air terjun untuk kami para siswa. Memang saat menuju air terjun medannya masih sulit. Air terjun pertama tidak begitu sulit, akan tetapi saat menuju air terjun kedua medannya sangat terjal dan licin karena masih tanah. Namun air terjun di sana masih sangat jernih karena belum tersentuh oleh banyak orang. Airnya masih bersih dan sejuk sekali. Kami sempat berfoto-foto dan bermain-main sebentar sampai akhirnya kembali ke rumah untuk makan dan perpisahan dengan keluarga.
       Akhirnya pada sore hari kami pulang menuju Jakarta pada pukul 4 sore dari dusun. Banyak warga yang menangis saat kami pergi. Bahkan para siswa pun ikut menangis. Tetapi akhirnya kami berangkat menuju Ambarawa. Kami bertukar kendaraan menjadi bus di Rumah Makan Bintangan. Kami bereangkat pukul 7.30 malam. Kami sampai di Jakarta pukul 6 pagi. Perjalanan live in itu sangat bermanfaat.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline