Lihat ke Halaman Asli

Radja Jeremy P. Sipayung

SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Opini: Penggunaan Media Sosial sebagai Instrumen Penyuaraan Pertobatan Ekologis

Diperbarui: 17 September 2024   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kehidupan di era teknologi telah merubah cara hidup dan bagaimana orang bertindak saat ini. Namun, terdapat satu masalah yang hingga saat ini masih berlanjut, yaitu sampah. 

Sampah di Indonesia menjadi sebuah PR yang sampai sekarang belum mampu diatasi dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia telah menyumbang kurang lebih 31,9 juta ton sampah per 21 Juli 2024. Sampah tersebut disumbangkan oleh 290 kabupaten dari seluruh Indonesia. Sedangkan pada tahun 2023 silam, Indonesia menyumbangkan 69,9 juta ton sampah. 

Kebanyakan sampah di Indonesia merupakan sampah anorganik, terlebih sampah plastik. Tercatat, Indonesia menyumbangkan sekitar 1,3 juta ton sampah setiap tahunnya. Hal ini membuat Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia di belakang Cina. Akan tetapi hal ini masih diragukan kebenarannya, karena teknik pengolahan sampah di Cina dan di Indonesia yang berbeda. Menurut M. Reza Cordova, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional mengatakan bahwa ia melihat Cina yang lebih baik dalam mengatasi sampah sehingga bisa-bisa Indonesia menjadi penyumbang terbesar. 

Untuk mengatasi hal tersebut, tentunya diperlukan perhatian dari seluruh khalayak. Baik itu dari pihak pemerintah, lembaga nonpemerintah, maupun seluruh masyarakat untuk bisa menanggulangi masalah tersebut. Sebagai bagian dari Indonesia, tentunya SMA Kolese De Britto ikut mendukung gerakan pemerintah untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang cinta dan peduli terhadap lingkungan. Akan tetapi, para siswa atau, "Cah JB" masih banyak yang belum sadar akan kondisi lingkungan. 

Menanggapi hal tersebut, diperlukan sebuah sarana yang dapat digunakan untuk menyadarkan kembali masyarakat terlebih di kalangan para siswa sekolah untuk peduli terhadap kondisi lingkungan yang makin hari makin sekarat. Ada banyak cara yang dapat digunakan, namun artikel ini akan lebih banyak membahas tentang penggunaan media sosial. 

Mengapa harus media elektronik? Mengapa bukan media cetak atau media lainnya? Penggunaan media sosial sebagai instrumen penyalur ide atau gagasan sudah menjadi opsi yang populer bagi banyak orang. Platform media sosial seperti instagram reels, youtube shorts, dan tiktok telah menjadi populer di kalangan anak muda. Indonesia memiliki 139 juta pengguna sosial media per Januari 2024 menurut data dari We Are Social. Hal tersebut menunjukkan bagaimana masyarakat Indonesia begitu aktif di media sosial, tak terkecuali kalangan anak sekolah. 

Data juga menunjukkan bahwa rata-rata rentang perhatian (attention span) orang dewasa hanyalah 8,25 detik, bahkan lebih pendek dari seekor ikan mas yaitu 9 detik. Dengan berpegang pada data tersebut, penggunaan platform media sosial dengan fokus video berdurasi pendek dapat menjadi solusi efektif untuk menyampaikan pesan ke khalayak umum dan kalangan pelajar. 

Selain itu, penggunaan konten yang atraktif juga terbukti dapat membuat orang-orang tertarik. Dengan memanfaatkan attraction content, perhatian orang-orang yang memiliki rentang perhatian yang pendek juga akan terikat untuk menonton video sampai habis sehingga pesan yang ingin disampaikan melalui video tersampaikan dengan baik. 

Platform media sosial seperti instagram reels dan youtube shorts terbukti dapat membantu pengembangan kanal atau akun. Hal ini sangat signifikan untuk tujuan penyebaran pesan karena dengan begitu, maka video yang dibuat dapat semakin tersebar sehingga semakin banyak orang dapat menonton video tersebut dan mau melakukan pertobatan ekologis. 

Pada akhirnya, berlandaskan modal yang sudah dirangkai di atas maka dapat dilihat bagaimana penggunaan media sosial dapat memiliki dampak yang signifikan untuk penyebaran ide atau gagasan terkait dengan pertobatan ekologis. 

Sumber:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline