Lihat ke Halaman Asli

YEREMIAS JENA

TERVERIFIKASI

ut est scribere

Einstein dan Hidup Bermakna

Diperbarui: 23 Februari 2019   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Albert Einstein (LifeSun) | Kompas.com

Meski tidak sering disadari, pertanyaan-pertanyaan mendasar soal apa makna hidup, apakah hidupmu bermakna, apa yang ingin dicapai dalam hidup, bagaimana Anda memberi makna pada sepotong pengalaman hidupmu, narasi apa yang Anda pilih dan gunakan dalam menjelaskan pengalaman-pengalaman hidupmu dan mengapa demikian, semuanya adalah problem perennial yang tidak bisa disepelehkan. Kalau pun orang menunda menjawabnya, pertanyaan-pertanyaan ini akan tetap hadir, bahkan kadang mengganggu pikiran.

Salah satu dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah soal makna hidup dan hidup yang bermakna (meaningful life). Jawaban terhadap pertanyaan ini hampir tidak mungkin diharapkan dari ilmu pengetahuan yang mementingkan objektivitas, kuantifikasi, pengukuran, metodologi yang ketat, konstruksi pengetahuan yang formal dan ketat dan sebagainya.

Menariknya, dalam peradaban manusia, kisah, mitos, legenda, telah menjadi alat yang digunakan manusia untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan ini.

Berbagai disiplin ilmu dewasa ini mulai serius menjawab persoalan ini, terutama sebagai upaya serius membantu manusia mencapai hidup yang bahagia.

Dalam psikologi positif, misalnya, hidup bermakna dimengerti sebagai berbagai upaya, aktivitas, kegiatan, usaha, dan semacamnya, yang dilakukan seseorang untuk mencapai kepenuhan, tujuan, kepuasan dalam hidupnya (Steger, Michael F. (2009). "Meaning in Life". In Snyder, C.R.; Lopez, Shane J. Oxford handbook of positive psychology. 1 (2nd ed.). Oxford: Oxford University Press).

Pemahaman seperti ini berangkat dari sebuah keyakinan mendasar bahwa hidup itu sendiri memang bermakna dan bahwa hidup yang bermakna itu bisa dicapai atau direalisasikan. Karena itu, pertanyaan lain yang juga serius menghampiri hidup manusia adalah soal ukuran atau patokan seperti apa yang membuat seseorang dapat mengatakan secara meyakinkan, bahwa hidupnya memang bermakna.

Filsafat termasuk disiplin ilmu yang mencoba memberi makna pada pencarian dan usaha manusia memberi makna pada hidupnya. Bahkan salah satu perkara filsafat sejak awal adalah menjawab pertanyaan soal makna hidup. Salah satu cara yang bisa kita tempuh untuk memahami apa makna hidup kita masing-masing adalah dengan menelusuri dan membaca berbagai usaha filsuf, tokoh, pemikir tentang makna hidup secara filosofis.

Tidak sengaja saya membaca buku "The World as I See It" (Dunia Sebagaimana Saya Memahaminya). Buku ini merupakan kumpulan tulisan Albert Einstein sejak tahun 1935. Menariknya, dalam buku ini Einstein menulis mengenai apa artinya hidup bermakna. Hasil bacaan saya atas teks itu -- masih terbatas -- ingin saya bagikan di sini, dengan harapan, refleksi ini memperkaya usaya kita dalam memberi makna hidup kita.

Keyakinan pada Yang Absolut Sebagai Dasar

Apa yang Einstein pikirkan mengenai hidup bermakna? Einstein menegaskan bahwa siapa saja yang berusaha menjawab pertanyaan "apa artinya hidup bermakna", pada saat bersamaan dia memilih menjadi religious. Fisikawan keturunan Yahudi ini juga lebih lanjut mengatakan bahwa setiap individu seharusnya tidak mengatakan bahwa sesamanya atau orang lain memiliki hidup yang tidak bermakna. 

Jika dia melakukan hal ini, maka dia sebenarnya dia sebenarnya tidak hanya sedang memperlihatkan bahwa orang lain memiliki hidup yang tidak bermakna, tetapi pada saat bersamaan, mengklaim bahwa orang lain itu memiliki hidup yang tidak cocok atau tidak sesuai dengan [tuntutan] hidup. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline