Physical Distancing atau yang sebelumnya kita kenal dengan Social Distancing sudah menjadi salah satu gaya hidup baru yang wajib kita terapkan sejak pandemi COVID-19. Salah satu contoh penerapannya adalah dengan bekerja atau belajar dari rumah. Pemerintah Indonesia sendiri juga telah mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah seperti acara kumpul keluarga, nongkrong bareng teman bahkan kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan kerumunan massa.
Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, dalam press-conference pada tanggal 16 Maret 2020, mengatakan bahwa social distancing dapat membantu mengurangi penyebaran dan memungkinkan perlindungan untuk sistem kesehatan. Sehingga seluruh warga dunia dihimbau untuk menjaga jarak sekitar 1.5 - 2 meter (6 kaki) dengan orang lain ketika berada di luar rumah.
Tetapi tidak sedikit dari kita yang mungkin masih keluar rumah untuk hal-hal yang tidak bersifat urgensi, bahkan tidak menerapkan physical distancing selama berada di luar. Dilansir dari Medcom,id, menurut Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19, Sonny Harry Harmadi, mengatakan bahwa anak muda dengan usia 19 sampai 30 tahun paling banyak terinfeksi virus corona. Hal ini dikarenakan rendahnya kepatuhan anak muda dalam menjalankan 3M (menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan). Tapi mengapa menjaga jarak aman perlu kita terapkan selama masa pandemi COVID-19?
1. Percikan air liur dapat terbang sejauh 8 meter.
Percikan air liur atau droplets milik penderita COVID-19 dapat menjadi medium penyebaran virus. Air liur yang jatuh di bibir, mata atau hidung orang lain dapat menyebabkan penularan secara langsung, dan air liur yang jatuh pada benda-benda sekitar juga beresiko penularan secara tidak langsung.
Berdasarkan metode hitungan sederhana milik William Wells, insinyur Harvard, ketika meneliti penyakit tuberculosis, percikan air liur dapat terbang sejauh hampir 1 meter. Tetapi percikan tersebut tidak lebih dari 2 meter, sebelum akhirnya jatuh ke tanah. Percikan tersebut juga dapat terbang sejauh 8 meter bila terdapat angin atau dikeluarkan melalui aktivitas yang disengaja, seperti ketika sedang beryanyi.
2. Masker saja tidak cukup!
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas masker oleh Duke University, hanya masker N95 tanpa katub saja yang 100% efektif dalam memberikan perlindungan terhadap droplets, tetapi masker tersebut, saat ini hanya diperuntukkan untuk tenaga kesehatan.
Masker bedah dan masker kain 3 lapis juga memiliki efektivitas yang besar, tetapi sayangnya partikel-partikel kecil masih berhasil menyembur keluar dari mulut. Hal ini membuktikan bahwa masker yang kita gunakan sehari-hari tidaklah cukup untuk menghentikan penyebaran virus, terlebih masker scuba dan duff yang hanya memiliki efektivitas sebesar 0-5%. Maka dari itu, menjaga jarak satu dengan yang lain dapat menjadi pilihan yang tepat untuk mengurangi penyebaran COVID-19.
3. Membantu memutuskan rantai penyebaran!
Physical distancing terbukti dapat membantu menurunkan penyebaran bahkan dapat memutuskan rantai penyebaran virus corona. Setiap orang yang terinfeksi virus tersebut diduga dapat menularkan kurang lebih dua hingga tiga orang, yang kemudian akan menularkan kepada lebih banyak orang lain, apabila mereka tetap beraktivitas seperti biasa dan tidak menerapkan physical distancing dengan orang lain. Sehingga tetap di rumah saja dan menjaga jarak aman dapat memutuskan rantai penyebaran virus corona.