Lihat ke Halaman Asli

JepretPotret

........ ........

Di Bawah Serangan Siber, Meretas Perpusnas?

Diperbarui: 20 Juli 2020   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Perpusnas.go.id


Tak terasa telah sebulan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di kawasan Gambir Jakarta Pusat, telah beroperasi lagi memasuki masa new normal. Tentu saja ada peristiwa yang terkadang bikin senyum dan geleng-geleng kepala.

Enam hari sebelum Perpusnas melakukan lockdown pada pertengahan bulan Maret 2020 lalu, terjadi peristiwa yang sempat tak disadari oleh banyak pengunjung. Sore itu diriku masih berada di Lantai 19 layanan multimedia. Sekitar pukul 17.18 tiba-tiba saja terasa kepalaku seperti pusing. Beberapa orang ada yang merasakan sama. Namun banyak pula yang tak merasakan apa-apa.

Ketika terjadi goyangan kedua, seluruh pengunjung Perpusnas baru menyadari adanya gempa bumi. Banyak sekali yang terburu-buru keluar ruangan, saling berebutan memasuki pintu lift maupun berlari menuruni tangga darurat.

Diriku sangat kagum dengan kokohnya bangunan Perpusnas, yang dapat beradaptasi dan berakselarasi mengikuti goyangan yang ditimbulkan gempa bumi. Diriku santai saja. Toh percuma saja, lha masih di Lantai 19. Seandainya gedung Perpusnas runtuh, lebih baik mati saat berada di Lantai 19. Iyalah, daripada mati mengenaskan di dalam lift maupun anak tangga pintu darurat. hehehe....

Nah Ini Dia...

Agak seru dan terasa ngeri-ngeri sedaap.

Sore itu 20 Februari 2020 selepas pukul 17.00, diriku tiba di Perpusnas. Kemudian menuju Lantai 19 untuk memanfaatkan layanan fasilitas multimedia.

Setelah cukup lama tak memperhatikan kabar dari sebuah korporasi, isenglah melakukan googling. Ternyata Oh ternyata, ada berita yang nyaris seragam dari berbagai media online yang menuliskan berita kebakaran berupa kepulan asap di sebuah lantai gedung pencakar langit. Kaget juga telat mengetahui peristiwa yang telah sebelas hari berlalu. Hmmm... Jika nomor lantai digabungkan penjumlahannya hingga mengerucut pada satu angka, maka terbentuklah sebuah angka yang dianggap sebuah kesialan dan menandakan kematian oleh masyarakat tertentu.

Tiba-tiba, Eng ing eng...

Diriku shock ketika melihat layar komputer yang tak seperti biasanya. Sangat jelas bahwa akun milik dari super admin Perpusnas tengah beraksi melihat satu per satu dari setiap akun member Perpusnas yang sedang login. Hmmm... Di bawah serangan siber, meretas Perpusnas? Mungkinkah ada kekuatan external yang dapat memasuki akun milik dari super admin Perpusnas?.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline