"Saat ini masih menjadi 2nd-tier supplier AHM. Target dalam tiga tahun ke depan, sudah dapat menjadi 1st-tier supplier AHM," ujar Wan Fauzi Toyib (Presiden Direktur PT Ganding Toolsindo) dengan mantap, di sela-sela acara Konvensi QCC YDBA pada 21/09/2018 lalu.
Baru beberapa bulan ini, PT Ganding Toolsindo telah menjadi bagian pemasok tingkat kedua (2nd-tier supplier) bagi PT. Astra Honda Motor (AHM). Suplai onderdil/suku cadang (spareparts) yang tak langsung dikirim ke pihak AHM, namun dikirim ke pihak pemasok tingkat pertama (1st-tier supplier) AHM, yakni PT. Exedy Manufacturing Indonesia.
Perbaikan berkelanjutan dalam manajemen usahanya, Wan Fauzi sangat optimis dalam tiga tahun lagi akan dapat menjadi pemasok tingkat pertama bagi AHM. Wah, wah, rupanya telah siap menjadi nomor satu dengan satu hati (one heart).
Selama tiga kali terakhir penyelenggaraan Konvensi Quality Control Circle(QCC) YDBA bagi Mitra UKMM-nya, para insan Ganding Toolsindo selalu dapat menjadi finalis dalam kontes ala budaya Kaizen tersebut. Torehan prestasi para insan Ganding Toolsindo, membuktikan adanya perbaikan budaya kerja secara konsisten di setiap lingkungan unit kerja. Ganding Toolsindo telah dinobatkan sebagai UMKM Mandiri oleh YDBA pada tahun 2007.
Ganding Toolsindo resmi menjadi anggota Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) pada tahun 2006.
Jajaran manajemen dan karyawan Ganding Toolsindo oleh Wan Fauzi diikutsertakan dalam berbagai macam program pelatihan pembinaan UMKM yang sangat kental dengan budaya Kaizen (continous improvement).
Program pelatihan itu antara lain basic mentality, PDCA, QCC, manajemen 5S/5R, K3L, CRP, TPM, LPS, PPIC, HRODP. Sementara Wan Fauzi sendiri telah mendapatkan semua pelatihan manajemen khas Astra tersebut selama berkarir di industri otomotif Grup Astra.
"Saya sempat meniti karir sebagai engineer di Grup Astra selama hampir 20 tahun," ujar Wan Fauzi, yang sempat berkarir sebagai engineer di beberapa industri otomotif seperti di Toyota Astra Motor (1980-1988), Astra Daihatsu Motor (1988-1996), Fuji Technica Indonesia (1996-2000).
Pria berusia 63 tahun yang kelahiran kota Palembang ini, telah lama ada keinginan untuk menjadi seorang pengusaha. Peluang itu justru datang dalam situasi krisis moneter 1998 yang tengah melanda tanah air. Ada teman dari Malaysia yang menawarkan pekerjaan untuk membuat dies. Dengan harga yang relatif bagus ini, dianggapnya sama saja mendapatkan dolar ketika rupiah tengah mengalami keterpurukan.
"Bisa mengembangkan diri dan dapat menerapkan ilmu yang didapat," ungkap Wan Fauzi, menjelaskan filosofi dalam mendirikan usaha.
Wan Fauzi mendirikan usaha manufaktur berskala kecil pada tahun 1998, dibawah nama perusahaan milik sang adik yang bernama PT. Sumatra Nikarya. Pengelolaan operasional usaha pun diserahkannya pada sang adik, karena dirinya yang masih sibuk berkarir pada pekerjaannya.
Awalnya perusahaan menyewa tempat usaha yang berlokasi dalam kawasan Perkampungan Industri Pulogadung Jakarta Timur. Di atas lahan 6x12 meter, usaha dimulai dengan 5 karyawan. Produk small dies langsung diekspor ke pelanggan pertamanya, yakni Autokeen Sdn Bhd di kawasan Syah Alam Malaysia.