Uang oh uang...
Seringkali menjadi kambing hitam dalam sebuah keluarga. Adakalanya seorang anak merajuk minta mainan teranyar pada orang tua [kan duit papa-mama banyak, gak ada habisnya]. Adakalanya seorang istri cekcok sama suami akibat dituding tak becus ngatur uang [ah, mas lupa ya jatah duitnya kan cuma segitu]. Adakalanya uang dijadikan alasan lembur maupun kerja keras sampai lupa pulang, bahkan tak pulang-pulang [ini cari uang demi kamu dan anak-anak]. Lagi-lagi uang!
Memenuhi kebutuhan permatahati dalam keluarga, memang sangat dibutuhkan yang namanya uang. Namun ada pemahaman finansial yang lebih fundamental, dibandingkan dengan uang dalam bentuk materi. PermataBank sebagai institusi keuangan, sangat menyadari tugas di pundaknya dalam memberikan pemahaman akan uang pada khalayak umum.
Dalam Konferensi #WealthWisdom2017 yang berlangsung pada 2-3 Agustus 2017 lalu di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, PermataBank turut menghadirkan edukasi keuangan melalui foto dan karya seni (art installation) di salah satu sudut ruangan.
"Kami menggandeng penggiat seni yang memiliki mobilitas tinggi di bidangnya, ingin membuat cara baru memaknai uang secara lebih mudah dan menyenangkan. Art Installation bertajuk #BicaraUang, akan meringkas bahasan tabu menjadi lebih ringan, serta memaknai kaya dan bahagia dengan perspektif berbeda," ujar Bianto Surodjo (Direktur Perbankan Ritel PermataBank) kepada awak media, sesaat sebelum dilakukan eksplorasi ke arena eksebisi.
Anton Ismael (Inisiator Kelas Pagi) mendampingi rekan media bersama Ratih Ibrahim yang juga menjadi pembicara bertema Wealthy Self Image, untuk berkesempatan berkeliling melakukan eksplorasi arena "#BicaraUang Photo Exhibition & Art Installation". Kolaborasi seni persembahan PermataBank bersama tujuh seniman, Kelas Pagi, Leica Store Indonesia, Emco Brix, Serrum dan DGRA Printing ini, harus didahului dengan perjalanan panjang melelahkan sekaligus menantang [lho, kok gitu ya].
Iyalah. Ternyata oh ternyata... Ketujuh orang seni tersebut adalah peserta kompetisi Photogrammer Hunt yang telah terseleksi dengan ketat lho sejak Februari 2017 lalu. Setelah itu diberikan pengajaran lebih lanjut dalam kelas workshop yang dimentori Anton Ismael & sahabat Kelas Pagi Jakarta [pantesan tetap terus semangat, untung aja gak ada Kelas Siang, Kelas Sore dan Kelas Malam]. Akhirnya karya-karya lantang mereka disajikan untuk memecahkan ketabuan ketika berbicara uang.
"Money Journey" karya Zulfikar Iqbal. Proyek Fotografi ini ingin menyampaikan pesan bagaimana pengalaman cara menghabiskan uang. Zulfik mengangkat kehidupan pribadi sembilan orang yang lintas profesi, jender, dan usia dari fase yang berbeda. Proses mengelola finansial setiap individu, memiliki skala prioritas yang berbeda. Foto dan berbagai dokumen dalam galeri gadget mereka, diolah oleh Zulfik menjadi sebuah buku dalam dompet. Termasuk juga display Kartu Identitas Profesi mereka dengan memanfaatkan media lightbox sebagai presentasinya.
"Affordance" Katya Muhammad Fadli Fitriyan.. Semua kemungkinan masih akan dapat terjadi, ketika kita mampu menghasilkan. Kekayaan sesungguhnya bukanlah yang terlihat secara fisik. Pendapatan materi yang kita dapat, bukanlah alat penyelesaian. Materi bukan cuma memenuhi kebutuhan penghuni rumah, namun dapat memberikan makna kehidupan penghuni rumah. Bukan untuk dikendarai, namun dinikmati sebagai sebuah perjalanan. Manusia akan terus melakukan pencarian makna kekayaan tersembunyi sepanjang hidupnya, bukan untuk memburu harta duniawi. Kita harus terus menggalinya dengan ucapan rasa bersyukur, dimana hal ini paling banyak yang sering dilupakan orang.
Barter Hasrat' karya Ana Mamul, mengingatkan jaman kala manusia belum mengenal yang namanya uang. Saat itu manusia menggunakan sistem barter ketika melakukan jual beli barang. Namun di zaman modern ini, masih ada juga sistem barter yang dilakukan dalam jual beli di pedalaman Indonesia. Tak ada pilihan di daerah yang tak terjangkau uang. Kebutuhan pokok hidup terpenuhi dari berbagai barter yang dilakukan. Lalu bagaimana dengan manusia modern perkotaan yang hidup dengan uang dan dikelilingi kemajuan teknologi?
Ketika berada di depan gerbang Barter Hasrat, nampak pemandangan seperti diatas ini [pasti ada yang merasa mau masuk kamar gelap fotografi, ada yang merasa mau ketemu mbah dukun, ada yang merasa mau masuk ke kamar-kamar...]. Ehtapi ternyata cuma ada berbagai barang pernik dan tiga layar televisi. Melalui kompilasi video dilayar, kita akan melihat kegiatan barter barang masyarakat modern di perkotaan besar. Ada yang rela menukar jam tangan, gadget, hingga kunci sepeda motornya [cuma imajinasi lho ya]. Ketika ditawarkan barter barang oleh Ana, akhirnya kutukarkan kartu namaku dengan tas suvenir.