Business Hour merupakan kegiatan berkumpulnya para pemilik bisnis dari komunitas BIG (Business Investment Group). Bertempat di The Hook Resto Jakarta Selatan pada 26 April 2017 lalu, diobrolkan bagaimana tren properti di tahun 2017.
Ari Kho (Praktisi Property & Aksesor Lembaga Sertifikasi Property) mengatakan bahwa target pertumbuhan perekonomian didukung dengan pengembangan sektor infrastruktur transportasi jalan raya. Perkiraan pertumbuhan ekonomi semester pertama sekitat 3%, dimana nantinya akan mencapai 5% hingga 5,8% pada semester kedua menurut data Bappenas. Pendorong pertumbuhan ekonomi terutama properti telah didukung suku bunga KPR perbankan yang telah signifikan rendah.
Tren properti tahun 2017 akan lebih banyak di wilayah pinggiran. Untuk pengembangan landed house akan dilakukan di wilayah yang lebih jauh dari wilayah pinggiran Jakarta. Dahulu wilayah Serpong yang diidentikkan dengan tempat 'jin buang anak', saat ini telah berkembang pesat dengan sentuhan pengembang properti seperti BSD, Alam Sutera, Paramount. Harga tanah sudah sangat tinggi berkisar antara sepuluh juta hingga dua puluh juta.
Siklus jam properti (property merupakan cara melihat keadaan pasar properti. Tahun 2012 yang dalam pertumbuhan pesat, telah mencapai posisi jam 10 hingga jam 12 pada tahun 2013. Tahun 2014 telah mendekati puncaknya (peak) pada jam 12 tanpa disadari banyak orang, sehingga mereka yang masih turut latah berburu properti maka hanya menikmati margin yang tak maksimal sebaik investor bermata jeli sebelumnya.
Sementara di Tahun 2015 hingga 2016 mengalami stagnan pada posisi jam satu hingga jam dua. Potensi di tahun 2017 ada dalam keadaan mulai takeoff kembali.
Dalam berinvestasi selalu terkait tiga unsur yaitu capital gain, yield dan apresiasi. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual kembali. Yield merupakan keuntungan yang didapat ketika properti disewakan. Nilai apresiasi merupakan pendayagunaan properti yang lebih maksimal. Contoh ketika membeli properti seharga satu milyar rupiah. Ketika nilai properti mencapai dua milyar rupiah, maka tanpa menjual dengan "menyekolahkannya" di bank sebagai jaminan. Dana segar ini dapat diputar kembali untuk berinvestasi properti maupun dalam berbagai instrument investasi lainnya.
Investasi properti dengan harga paling tinggi di Hongkong 2500 dolar per meter pesegi, ternyata masih memberikan yield yang lebih rendah di Indonesia yang harga propertinya masih sekitar 2000 dolar per meter persegi. Jika investasi properti Indonesia dapat memberikan yield 8,4%, maka properti di Hongkong hanya memberikan yield 2% saja.
Penurunan harga properti yang pernah terjadi di Singapura dan Amerika Serikat, justru tak pernah terjadi di Indonesia. Dalam melihat investasi properti yang prospektif haruslah melihat arus kegiatan manusia (apakah banyak yang masuk/tinggal atau yang pergi keluar), perhatikan ketersediaan akses transportasi & fasilitas umum, lihat kalangan mana saja yang tinggal, serta usahakan dalam kawasan yang berkembang (sunrise).
Kawasan sunrise dapat seperti kawasan modern yang direhabilitasi oleh pengembang menjadi kawasan baru seperti konsep CBD, kawasan baru stabil seperti Bekasi & Tangerang.
Kini banyak pengembang properti menawarkan konsep TOD (transit oriented development). Konsep TOD itu adalah mencampurkan (mixing) penggunaan akses kegiatan manusia dalam satu kawasan. Ingin bertempat tinggal tak jauh dari tempat bekerja, berbelanja dan menikmati hiburan, kemudahan bergerak menuju aktivitas dari satu tempat ke tempat lainnya dalam satu kawasan, merupakan tawaran menikmati kehidupan dari konsep TOD.
Salah satu pengembang yang telah siap dengan konsep TOD adalah Adhi Persada Properti. Hunian dari Adhi Persada Properti yang akan menempel di stasiun LRT (dibangun oleh Adhi Karya) akan dilengkapi fasilitas bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, perparkiran. Orang sudah mulai gerah akan membuang waktu bersama kemacetan, dapat mulai melirik properti berkonsep TOD.