Berbelanja telah merupakan kegiatan rutinitas masyarakat sejak diperkenalkan namanya pasar. Awalnya masyarakat berbelanja kebutuhan dengan melakukan transaksi saling barter (bertukar) barang. Seiring perkembangan zaman maka harga transaksi barter tersebut dilakukan dengan mata uang. Sehingga saat ini setiap negara berdaulat telah memiliki mata uang resmi sebagai alat transaksi pembayaran.
Namun penggunaan mata uang Rupiah saat ini mulai tidak mendapatkan apresiasi yang baik, terutama untuk pecahan rupiah bernominal kecil seperti uang logam (Rp 25,-), (Rp 50,-), (Rp 100,-), (Rp 500,-). Ada kerabat yang mengeluh sering dijumpai ketika hendak belanja sayur mayur, ada pedagang keliling yang secara tegas menolak pembayaran uang logam Rp 100,. Bahkan diri sendiri pernah mengalami ada kondektur bis kota yang menolak uang logam Rp 100,- dan Rp 500,- .
Justru keadaan sebaliknya justru saat berbelanja di minimarket modern, mereka dengan senang hati menerima pembayaran uang logam nominal kecil. Nah sekarang mari kita lihat penggunaan voucher belanja yang telah menjadi salah satu alat transaksi pembayaran. Voucher Belanja ini ada yang berbentuk lembaran kertas, kartu hingga kode digital berbentuk kombinasi karakter huruf dan angka. Saat ini umumnya voucher belanja pusat perbelanjaan dijadikan sebagai salah satu kado / souvenir / hadiah (gift voucher) dari sebuah institusi yang diberikan sebagai bentuk penghargaan pada pihak internal maupun eksternal seperti rekanan kerja maupun bisnis.
Setelàh lama tak berbelanja ke hipermarket menggunakan Voucher Belanja Carrefour, sejak 10 Februari 2017 berkesempatan untuk menggunakan voucher tersebut. Beberapa kali berbelanja di Carrefour Lebak Bulus, Permata Hijau, Pasar Kebayoran Lama, maka penggunaan dengan total belanjaan ada yang menyisakan sisa uang dalam voucher.
Entah kenapa pengalaman berbelanja yang berkesan justru terjadi pada Senin malam 20 Februari 2017 lalu berkesempatan menuju Carrefour Lebak Bulus Jakarta Selatan, dengan membawa dua buah voucher belanja Carrefour yang masing-masing tersisa Rp 700,- dan Rp 69.650,- . Tanpa menggunakan keranjang / troli belanja, segera bergerak mencari beberapa item seperti abon, biskuit kelapa, sarden kalengan, beberapa kemasan susu UHT.
Tiba di kasir akhirnya didapat hitungan total belanja adalah Rp. 69.250,- . Sisa uang dalam voucher diakumulasi oleh kasir sehingga masih bernilai Rp 1.100,-. Penggunaan dan penghargaan setiap nilai Rupiah oleh pihak Carrefour patut diapresiasi, mengingat hampir seluruh produk voucher belanja saat ini tidak melakukan penghitungan sisa nominal apabila kita berbelanja dibawah nominal voucher tersebut.
Menariknya lagi Voucher Belanja Carrefour tidak melakukan persyaratan yang memberatkan pelanggan. Kita pun dapat menggunakan voucher untuk mengisi pulsa elektrik seluler, barang elektronik, pakaian, sepatu, sepeda, perabotan rumah tangga, hingga tentunya kebutuhan pangan sehari-hari.
Inilah yang menjadi pembeda layanan, dimana adavoucher belanja lain yang menerapkan pembelanjaan minimal dan persyaratan tertentu item produk yang diperbolehkan dibeli. Maka berhati-hatilah berrbelanja menggunakan Voucher Belanja Carrefour, karena tidak akan kehilangan sisa uang dan masih dapat dipakai untuk berbelanja kembali.
Seandainya semuavoucher Belanja dapat menghargai nilai Rupiah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H