Lihat ke Halaman Asli

Siapakah yang Akan Bertahta di Gedung Putih?

Diperbarui: 11 Oktober 2016   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: www.cbsnews.com

Donald Trump dan Hilerry Clinton bukanlah calon presiden yang diidam-idamkan warga Amerika. Berbeda halnya ketika  Barrack obama menjadi calon presiden dari partai Demokrat delapan tahun silam, ia menjadi calon presiden yang diinginkan sebagian besar masyarakat Amerika. Barrack Obama yang berkulit hitam dengan retorika berbicaranya yang memukau diyakini mampu membwa perubahan besar bagi masyarakat Amerika kala itu yang mengalamai resesi dan pergolakan ekonomi. Langkah Obama pun mulus untuk bertahta di gedung putih selama dua priode.

Sementara Hilerry Clinton yang diusung partai demokrat dan Donald Trump yang diusung parti republik dianggap tidak memiliki karisma yang kuat untuk menarik perhatian warga Amerika dengan sopan. Kedua calon ini pun kerap berseteru, saling menyedutkan dan mencari-cari kesalahan untuk saling menjatuhkan. Donald trump memiliki sejarah yang panjang dalam melontarkan pernyataan-pernyataan yang kontraversial, sementara Hillerry Clinton dianggap tidak memiliki stamina dan kekuatan untuk memimpin bangsa yang sangat besar di dunia seperti Amerika. Kesalahan dan kegagalanya selama menjadi menteri luar negeri Amerika selalu dijadikan trump sebagai senjata untuk menyerang Hilerry.

Gaya bicara sarkastis sudah menjadi ciri khas seorang donald trump. Kasar, agresif dan keras kepala adalah tabiat seorang Donald Trump. Ia berulang kali menyerang Hilerry dan Presiden Barrack obama dengan tuduhan-tuduhan yang tak berdasar. Bahkan dengan tegas Donald menuduh Obama dan Hilerry dalang dibalik terbentuknya ISIS.

 Bullian pun sering dijadikan Donald Trump sebagai senjata pamungkas untuk menyerang Hilerry clinton. Bahkan dalam debat perdana calon presiden 28 september kemarin Donald Trump membulli habis Hilerry Clinton dengan menyebut istri mantan presiden Bill Clinton itu memiliki banyak pengalaman yang buruk selama menjabat sebagai menteri luar negeri. “ Kamu memang memiliki pengalaman, tapi kamu memiliki pengalaman yang buruk” Donald trump juga mendesak Hilerry Clinton untuk mempublikasikan email-email kontraversialnya selama menjabat selama menjadi menteri luar negeri.

Hasil survei atau polling Hilerry selalu unggul di berbagai negara bagian, clinton memimpin di negara-negara bagian terbesar di Amerika. Sementara Trump terpuruk dengan presentase survei tergelincir ke angka yang makin menyusut. Semua tuduahn Donald Trump dianggap tak berdasar dan tak sesuai dengan fakta. Orang-orang Amerika menuding Donald Trump seperti hidup dalam dunianya sendiri. Ia melontarkan berbagai tudingan dengan seenaknya dan selalu rasis. Pernyataan-pernyataan gilanya juga menjadi topik hangat diberbagai dunia. Mulai dari rencananya perihal umat muslim yang tidak bisa masuk ke Amerika, pembangunan tembok pemisah dengan perbatasan Amerika dengan Meksiko, sampai dengan kelancanganya menyebut Miss universe sebagai miss piggy dan miss housekipiing karena berat badanya terus bertambah. Donald Trump membuat dirinya sendiri semakin dibenci, menghujat umat islam, imigran, orang-orang hispenik atau pun orang-orang berkulit hitam dan masih banyak lagi pernyataan Trump yang menyakitkan.

Hillerry Clinton sebagai calon presiden pertama wanita di Amerika tidak memiliki magnet yang kuat untuk meraup perhatian dan dukungan. Hilerry clinton dianggap tidak akan bisa memberikan perubahan besar dan angin segar terhadap ekonomi Amerika yang tak kunjung membaik. Ia memang selalu menegaskan akan menurunkan pajak untuk pengusaha kelas menengah dan sebaliknya akan menaikan pajak untuk pengusaha kelas atas. Gagasan-gagasannya memang lebih logis dan spesifik dibandingkan Trump, tapi dari segi kepemimpinan Hilerry Clinton dianggap masih kurang tangguh untuk memberikan perubahan massif untuk Amerika dalam kurun waktu empat tahun. 

Tapi disisi lain Hilerry Clinton seperti mendapatkan bonus dari sikap Donald Trump yang agresif dan kerap menghina. Warga Amerika akan dengan gampangnya mendukung Hilerry Clinton karena dihadapkan pada salah satu calon presiden yang sangat buruk, bermulut besar dan pedas seperti Donald Trump. Jika Donald Trump tidak bisa menjaga mulutnya, tidak menutup kemungkinan Hilerry Clinton akan mendapatkan kemenangan dengan mudah.

 Sikap buruk Donald Trump secara implisit memberikan jalan mulus kepada Hilerry Clinton untuk bertahta di gedung putih. Secara otomatis Orang-orang Amerika yang tidak begitu menyukai Hilerry Clinton akan memilihnya dari pada harus menjatuhkan pilihan kepada Donald Trump yang tak pernah bicara sopan. Tidak menutup kemungkinan Hilerry Clinton menjadi presiden Amerika Serikat pertama yang kembali ke gedung putih dengan peran yang berbeda. Dari ibu negara menajadi kepala negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline