Pada era informasi tehnogi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan globalisasi ini perkembangan tehnologi yang semakin pesat akan mendorong terjadinya revolusi indutri 4.0 yang merubah pola kehidupan manusia.
Menurut pendapat Schwab dalam"The I ourt industri Revolustion", bahwa terdapat konsep revolusi industri antara; lain Revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan adanya mesin uap dan pembangunan rel kereta api sekitar abad ke 18, serta Revolusi industri 2.0 skitar abad ke-19 yang ditandai dengan mesin/energi listrik dan standarisasi industri, pada revulusi ini pada awalnya saat ini membajak sawah masih memakai hewan dan digantikan dengan adanya sistem otomatisasi komputer dan tehnologi informasi pada abad ke 20 kemudian sekarang ini menghadapai revolusi industri 4.0.
Sehingga pada revolusi banyak sesekali tantangan yang harus dihadapi terutamanya di perpustakaan.Perpustakaan adalah suatu sumber akan informasi dan pengetahuan untuk semua orang atau dapat dikatakan perpustakaan ialah gudang ilmu pengetahuan bangsa.Karena dalam perpustakaan terdapat sumber informasi terlengkap.
Namun dalam era revolusi in dustri 4.0 perpustakaan pun harus berubah midset tersebut, yaitu perpustakaan bukan hanya memberikan informasi yang lengkap saja namun perpustakaan juga harus menjadi pusat aktivitas yang dapat menjadikan perpustakaannya memiliki banyak kemampuan bukan hanya pintar dalam pengetahuannya namun dengan keterampilannya (soft skill) pun terasah.
Sebagai mana dikatakan Sekretaris Jendral Kemenreristekdikti (Kementrian Riset Tehnologi dan Pendidikan tinggi) bahwa perpustakaan harus bertranforamsi mengikuti perkembangan tehnologi agar dapat menjawab kebutuhan masyrakat serta beliau pun mengatakan perpustakaan kedepannya tidak hanya menjadi tempat berkumpul untuk membaca buku ataupun mencari informasi, namun perpustakaan dapat dapat menjadi warking space atau dapat juga dikatakan sebagai ruang kerja yang dapat memunculkan inovasi-inovasi baru, serta perpustakaan juga dapat menjadi suatu virtuan office ( ristekdikti.go.id ).
Dalam menghadapi revulusi industri 4.0 perpustakaan harus bisa mengikuti perubuhan zaman tersebut, harus bisa beradaftasi dan menikmati kemajuan seperti yang dikatakan john Selower (Wakil pinpinan Gereja Chiristian Science) dalam "High Tehc High Touch " beliau mngugkapkan bahwa"kita memang harus mencintai kemajuan, merasa gembira menjadi bagian dari kemajuan itu, dan tidak takut mengahadapinya karena mencintai kemajuan itulah akan muncul berbagai ketrampilan yang diperlukan".
Sehingga banyak lah perpustakaan-perpustakaan digital yang muncul.Untuk mempermudah para pemustaka dari sabang sampai maraukeh dalam mencari informasi yang dibutuhkan, untuk menunjang trasformasi informasi digital menuju era industri 4.0, bahwa perhatian dan kepedulian semua jenis perpustakaan sebagai pusat informasi di lingkungan masyrakat, sekolah, kelurahan, desa, membangun sebuah layanan perpustakaan sebagai tempat untuk aktivitas literasi pemustaka baik itu untuk menigkatkan kesejahtraan masyrakat, kalau itu sudah terpenuhi sumber daya manusia (SDM) akan lahir dengan sendirinya akan menjadi sejahtra dan unggul di bidang SDM dan cerdas dalam ilmu pengetahuan karna penguatan literasi membaca adalah modal awal dalam pendidikan.
Kemudian untuk mengujudkan yang dalam mengahadapi revolus jenis perpustakaan saya sebut diatas revolusi industri 4.0 diperlukanya seseorang yang mengelola perpustakaan yakni pustakawan.Pustakawan adalah seorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaaan dan pelayanan perpustakaan.
Dengan begitu pustakawan pun harus mampu memberikan layanan terbaik bagi pemustaka, salah satunya untuk melakukan pembangunan koleksi agar koleksi-koleksi perpustakaan tetap aktual dan mengikuti sesuai kebutuhan di masyrakat ( pilihan ) sehingga mampu membuat pemustaka merasa kebutuhan informasinya terpenuhi.Namun inilah menjadi tatanngan dan proflema dalam proses pengembangan koleksi perpustakaan digital yang dituntut dapat mengikuti tehnologi akibat tuntutan zaman yang tidak bisa di pungkiri
Pada hal untuk membuat pemustaka merasa nyaman dan informasi yang didapat di perpustakaan harus terpenuhi, sehingga perpustakaan ini termasuk dalam fungsi perpustakaan sebagai penunjang dalam pendidikan, hal ini juga dapat membantu dalam mensukseskan progaram SDgs yakni mengenai pendidikan.Apabila banyak generasi muda yang sering ke perpustakaan bahkan dapat menunjang materi pembelajaran dalam pendidikannya sehingga dapat mengahasilkan prestasi dan juga membuat cita-citanya terujud maka sukes lah pendidikan di Indonesia dan tidak kalah dengan negara -negara maju dengan adanya perpustakaan.
Melihat kondisi perpustakaan di Indonesia khususnya Perpustakaan Perguruan tinggi dan Dinas Perpustakaan Propinsi/ Kab/kota sudah mulai masuk pada dunia gital, contohnya Perpustakaan Nasional RI yang berpusat di jantung ibu kota jakarta yang mengembangkan koleksi menjadi digital salah satunya dengan produk membuat aplikasinya "iPUSNAS" yang mempermudah para pemustaka untuk mengakses kebutuhan informasi tanpa datang ke perpustaannya secara langsung, bahkan ada juga aplikasi Kemetrian Pertanian yaitu aplikasi "iTANi".Namun dengan adanya perpustakaan digital ini akan mendorong pemustaka dan untuk mempermudah mengakses informasi yang dibutuhkan serta lebih ekonomis baik itu dalam anggranya untuk membangun perpustakaan tujuan mencari informasi apa yang dibutuhkan oleh pemustaka.