Lihat ke Halaman Asli

Mencanting di Kampung Jatinegara Kaum, Jakarta Timur

Diperbarui: 2 Oktober 2024   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa yang pernah ke Mester? Siapa yang pernah ke Pasar Jatinegara? Siapa yang pernah ke Stasiun Jatinegara? Tentunya memori tentang Mester, Jatinegara atau Stasiun Jatinegara memiliki memori yang berbeda pada masing-masing orang....Mester atau Jatinegara menjadi bagian warisan terbangunnya fondasi Ibukota DKI Jakarta. Dimana Jakarta meluas ke wilayah mester dan memperluas wilayah propinsi DKI Jakarta. Secara administratif,  Jatinegara Kaum sendiri merupakan kelurahan yang berada dalam lingkungan Kecamatan Pulo Gadung.

Dalam kisahnya, Jatinegara Kaum menjadi tempat pengasingan yang ditumbuhi pohon-pohon jati. Di tempat inilah Pangeran Jayakarta membuka hutan bersama pengikut-pengikutnya untuk dijadikan sebagai tempat pemerintahan dalam pengasingannya. Selanjutnya nama Jati Negara diartikan sebagai "negara yang sejati" atau "pemerintahan yang sejati". Bila kita menyusuri Jatinegara kaum maka segera ketemu bangunan  Masjid Assalafiyah yang didalamnya terdapat makam Pangeran Jayakarta dan Masjid Jami Al-Ma'mur yang berseberangan dengan pasar Klender. 

Inspirasi Pohon Jati, Kaca Patri, Mesjid, Stasiun Jatinegara menjadi bagian motif yang dibuat oleh remaja di SMP Negeri Garuda. Sejak tahun 2022,  Team Dosen dari Universitas Negeri Jakarta bersama mahasiswa dengan jumlah 6 orang terus secara aktif memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi remaja kelas 7 dan 8 untuk mencanting dengan memberi inspirasi berdasarkan sejarah dan nilai keluarga budaya untuk mensosialisasikan motif khas Jatinegara Kaum seperti Pohon Jati, Kaca Patri, Mesjid, Stasiun, Kereta Api sebagai goresan  saat melukis di atas kain dan dicanting menjadi sehelas Batik. Hasilnya dijadikan motif Khas Jatinegara kaum menjadi tas Batik yang sesuai dengan usia remaja. 

Antusiasme remaja dalam menorehkan hasil tangan menjadi karya yang tidak hanya menyelami sejarah wilayahnya sendiri, mencintai Batik dan menumbuhkan sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Hasil karya ini bisa dikembangkan untuk menumbuhkan kreativitas dan semangat berwirausaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline