Lihat ke Halaman Asli

Mawar Sewarna Hujan

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13834492691986874806

untuk: Indonesia-ku

ibuk, aku bertamu pada dahan, yang di tiap jengkalnya penuh dengan duri, gemersik angin dan daun-daun tempat kupu-kupu berziarah.

tapi ibuk, akan ku ceritakan kepadamu tentang embun yang mengkristal di tiap sudut wajahnya, hingga senja mengganti jubah, ia meremang, memaksaku merenangi hawanya yang menggigil, meski tiap sore ku pandangi mentari tenggelam dalam kelopaknya

terkadang, ia lahir menjadi kuncup yang ranum, namun, aku tak pernah mampu mencium aromanya, ia hanya berpendar sewarna pagi, mengundang semut-semut merangkak pada tubuhnya saat rembulan menyemangka

ketika angin menggelar kelopaknya, rumput-rumput bernyanyi, gerimis menari,
meski kau tahu? tubuhnya hangus kerna getah luka,
ah, ibuk, mungkin aku sedikit memuja, tapi wajahnya selalu menggenang hingga muara, terlukis di tiap sudut mataku, mawar sewarna hujan, tempatku mencatat waktu.

Surabaya, 07. 10. 2013
< > u-r-h




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline