Lihat ke Halaman Asli

Gelisah Mencumbu Sunyi

Diperbarui: 5 Juli 2016   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelisah mencumbu sunyi
dalam dekap gerimis luka
waktu gigil berselimut kabut
subuh melayari perkampungan
langit melukis airmata
luruh

Bulan telah pula mengujung
sungai-sungai mengalir mata air madu  
menjadi kekal yang damai
wangi firdaus-Mu mengendus
langit menggambari hasrat
surga

Ketika kemarau karib menyelubungi
sesak memintal hati yang resah
juang gigih yang maha perih
sebab lapar nafsu mendahaga
terserak di tiap-tiap sudut
Masih adakah kabar langit
sementara kalbu tak pernah terbersit
terdengar telinga juga netra?

Hari-hari mengelupas
meninggalkan Ramadhan
dan Jannah tak pula terjamah

Imaji, 4 Juli 2016. 15:08




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline