Lihat ke Halaman Asli

Jeniffer Gracellia

TERVERIFIKASI

A lifelong learner

Lebih Pedas Omongan Tetangga atau Omongan Netizen?

Diperbarui: 3 Mei 2021   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar dari artikel "Perdagangan Perempuan di Balik Pengantin Pesanan "Amoy" di Kalimantan Barat" | Foto diambil dari Facebook/Kompasiana

Dua puluh tahunan dalam hidup saya sepertinya saya sudah cukup berpengalaman merasakan asam, pedas, manis, asin, dan pahitnya omongan tetangga. 

Bukan saja dari omongan tetangga sebelah rumah keluarga, namun juga terdapat omongan tetangga kamar kos, tetangga kamar asrama, tetangga meja sekolah, dan juga tetangga meja kerja. 

Namun dalam diary saya yang kedua di tahun 2021 ini, saya akan menuliskan pengalaman merasakan pedasnya omongan dari netizen. Pengalaman ini pun masih panas seperti ayam goreng yang baru keluar dari penggorengan. 

Saya juga menjadikan diri sendiri sebagai kelinci percobaan untuk membandingkan dan menjawab "lebih pedas mana, omongan tetangga atau omongan netizen?". 

18.000, 600, dan 669

Pada tanggal 24 April 2021, saya menyempatkan diri untuk menuliskan salah satu permasalahan sosial yang sudah lama ingin saya tuliskan. Artikel itu berjudul "Perdagangan Perempuan di Balik Pengantin Pesanan "Amoy" di Kalimantan Barat"

Masalah ini pun sangat dekat dengan saya, dimana terdapat anggota keluarga, teman masa kecil, dan tetangga saya yang menjadi korban dari perdagangan manusia ini. Selain itu, sebelum menulis saya pun sudah bertanya kepada puluhan perempuan akan stigma negatif dari panggilan amoy

Lewat tulisan itu pun saya berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa masalah yang sudah terjadi dari zaman kakek nenek saya ini sebenarnya masih ada hingga sekarang. Hal ini pun didukung dengan laporan dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Kepolisian Kalimantan Barat. 

Artikel ini kemudian menjadi Artikel Utama dan juga foto sampulnya diganti oleh admin menjadi foto yang mungkin dianggap lebih relevan dan juga menjelaskan permasalahan ini. 

Namun beberapa hari setelah artikel tersebut saya tayangkan, views mendadak naik. Hingga artikel ini ditulis, total views dari artikel tersebut adalah 28.892 views. Awalnya saya bingung dan berpikir, "wah siapa yang baik hati mengirimkan saya robot views?". 

Saya pun iseng mencari judul artikel di Facebook. Ternyata artikel saya banyak disukai, dikomentari, dan juga dibagikan oleh netizen. Ketika artikel ini ditulis, total like sebanyak 18.000 dengan total share sebanyak 669 dan total komentar sebanyak 600 (dapat dibaca disini).

Empat macam

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline