Tepat 56 tahun yang lalu, pada 13 April 1965, Presiden Korea Utara Kim Il-sung sedang menikmati koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor. Setangkai bunga anggrek berwarna merah muda mencuri perhatiannya. Mungkin ia pun tidak menyangka, bunga tersebut akan menjadi hadiah ulang tahunnya sekaligus bunga nasional negaranya.
Korea Utara adalah negara yang misterius, sunyi dan sekaligus membuat penasaran masyarakat internasional. Tidak heran, banyak turis yang rela merogoh kocek sekitar 40 juta rupiah untuk mengunjungi negara yang disebut Hermit Kingdom tersebut.
Hermit Kingdom, atau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia adalah Kerajaan Pertapa, adalah istilah yang diberikan ke negara, organisasi atau masyarakat yang mengasingkan diri dari seluruh dunia dengan sengaja.
Bukan hanya tur wisata yang ke Korea Utara yang laris manis, berbagai konten di media sosial yang menunjukkan kehidupan di Korea Utara juga menarik masyarakat internasional, termasuk Indonesia.
Di tengah sanksi dan isolasi internasional akibat pelanggaran HAM dan program rudal nuklirnya, Indonesia adalah satu dari 23 negara yang membuka kedutaan besar di Korea Utara dan termasuk kedalam daftar friendly nations. BBC World Service Poll pernah melakukan survei pada tahun 2013 yang menujukkan 42% penduduk Indonesia memandang Korea Utara secara positif.
Pemerintah Indonesia pun cukup ramah dengan Korea Utara dibuktikan dengan kerjasama budaya dan ekonomi diantara kedua negara sekarang. Keramahan ini banyak dipengaruhi oleh hubungan sejarah yang mesra antara salah satu Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, dengan Presiden Abadi Korea Utara Kim Il-sung.
Awal hubungan Indonesia dan Korea Utara
Hubungan Indonesia dengan Korea Utara dimulai dengan dibukanya Kantor Urusan Konsuler (perwakilan administrasi publik sebuah negara) pada tahun 30 Desember 1961 di Pyongyang, Korea Utara. Kantor tersebut kemudian diubah menjadi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) pada Februari 1964.
Soekarno juga pernah berkunjung ke Pyongyang pada 1-4 November 1964 yang kemudian disusul dengan perubahan KJRI menjadi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Membalas kunjungan diplomatik Soekarno, Kim Il-sung kemudian mengunjungi Indonesia pada 10-20 April 1965 sekaligus untuk mengikuti peringatan 10 tahun Konferensi Asia Afrika. Kunjungan inilah yang melahirkan Bunga Kimilsungia.
Hadiah ulang tahun
Di suatu siang yang panas di Bogor pada tanggal 13 April 1965, Soekarno mengajak Kim Il-sung untuk berjalan-jalan ke Kebun Raya Bogor. Mengenalkan keanekaragaman flora di Indonesia, ternyata Kim Il-sung tertarik dengan sebuah tanaman kultivar anggrek hibrida yang bernama Dendrobium Clara Bundt.