Lihat ke Halaman Asli

Jeniffer Gracellia

TERVERIFIKASI

A lifelong learner

Ketika Indonesia Menjadi "Pesawat Ulang-Alik" di Tengah Krisis Politik di Myanmar

Diperbarui: 20 Maret 2021   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo memimpin upacara HUT TNI ke-75 di Istana Negara Jakarta pada 5 November 2020 | F0to diambil dari Kompas

Keadaan Myanmar yang tidak kian membaik mulai menganggu masyarakat Internasional, termasuk Indonesia. Kabar terbaru dari Myanmar memberitakan bahwa masyarakat dari ibu kota Myanmar, Naypyidaw, mulai melarikan diri ke dalam perkampungan karena merasa nyawanya terancam. 

Dikutip dari Kompas (19/03/21), Presiden Indonesia Joko Widodo dalam pernyataan pers virtualnya menyampaikan duka cita beserta simpati kepada korban dan keluarga korban akibat pengunaan kekerasan di Myanmar. Ia juga menyatakan bahwa Indonesia mendesak agar pengunaan kekerasan segera dihentikan.  

Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan rencananya untuk melakukan pembicaraan dengan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah sebagai Ketua ASEAN untuk diselenggarakannya pertemuan tingkat tinggi ASEAN khusus untuk membahas krisis di Myanmar.

Dalam mewujudkan prinsip politik luar negeri bebas aktif, Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjalankan diplomasi ulang-alik dalam usaha mencari penyelesaian atas kudeta militer Myanmar yang memakan nyawa masyarakat sipil.

Ini bukanlah pertama kalinya Indonesia menerapkan diplomasi ulang-alik. Menurut sejarah, Indonesia pernah menerapkan gaya diplomasi ini dalam permasalahan Laut China Selatan (walaupun Indonesia juga termasuk kedalam pihak yang bermasalah), konflik Rohingya di Myanmar dan konflik perbatasan Kamboja-Thailand di tahun 2008.

Ilustrasi pesawat ulang-alik | Foto diambil dari Kompas

Pesawat ulang-alik

Apakah Anda pernah menjadi penegah antara kedua teman Anda yang sedang bertengkar dan tidak mau berbicara kepada satu sama lain? Sebagai teman yang baik mau tidak mau Anda harus menyampaikan pesan antara kedua teman Anda untuk mendapatkan suatu solusi.

"Mawar, Itu si Melati bilang kamu kemarin pinjam pennya ga kembaliin jadi dia marah" atau "Melati, si Mawar marah sama kamu karena pennya ga kamu kembaliin. Kalau kamu kembaliin pasti dia ga marah lagi". Kira-kira begitulah diplomasi ulang alik yang dilakukan oleh Tulip dalam menyelesaikan masalah pen yang hilang antara Mawar dan Melati.

Diplomasi ulang alik atau biasa dikenal dengan shuttle diplomacy adalah keterlibatan pihak luar dari permasalahan selaku penegah antara pihak-pihak yang berselisih. Ulang-alik sendiri diambil dari pesawat ulang alik yang digunakan untuk mengantar para antariksawan menuju tremosfer dan kembali lagi ke atmosfer ketika tugasnya sudah selesai.  

Salah satu karakteristik dari diplomasi ulang alik ini adalah dimana pihak luar, atau disebut juga dengan pihak ketiga, harus melakukan perjalanan bolak balik dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk menyampaikan berbagi proposal dan penolakannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline