Lihat ke Halaman Asli

Jeniffer Gracellia

TERVERIFIKASI

A lifelong learner

Rumah Marga Tjhia di Singkawang: Sejarah Leluhur Tionghoa Menjadi Cagar Budaya dan Museum Hidup

Diperbarui: 22 Maret 2022   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangunan Rumah Marga Tjhia yang dijadikan altar abu leluhur | Foto milik pribadi

Rumah Marga Tjhia merupakan salah satu bukti sejarah dari perjuangan leluhur masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa dalam turut membangun perekonomian dan kehidupan sosial negara Indonesia, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. 

Rumah ini menjadi cagar budaya Kota Singkawang, sekaligus menjadi sebuah Museum Hidup.

Rumah Marga Tjhia yang terletak di Kota Singkawang, Kalimantan Barat atau yang biasa disebut dengan Kota Seribu Kelenteng, berada tepat di Gang Mawar. 

Rumah yang menjadi saksi bisu perjuangan keturunan Tionghoa selama 119 tahun ini tersembunyi di balik ruko modern yang ramai dikunjungi oleh masyarakat Singkawang.

Sejarah Chia Siu Si

Sosok di balik Rumah Marga Tjhia ini adalah Xie Shou Shi (atau dalam dialek Hakka Singkawang disebut Chia Siu Si) yang merupakan seorang perantau muda dari Kota Xiamen, Fujian, China. 

Melarikan diri dari kemiskinan dan krisis pangan, Chia yang saat itu seorang petani muda mengarungi lautan mencari kehidupan baru dan terdampar di Semenanjung Malaya (yang sekarang adalah Malaysia).

Setelah mencoba mengadu nasib di sana, terjadi kerusuhan sehingga Chia kembali mengarungi lautan dan sampai di Singkawang yang saat itu masih di bawah kuasa Belanda. 

Singkawang memiliki tanah yang subur dikelilingi gunung yang menghasilkan mata air terbaik dengan keberadaan Sungai Singkawang di tengah-tengah kota. 

Salah satu rumah tempat tinggal keturunan Chia | Foto milik pribadi

Hanya bermodalkan harapan akan kehidupan yang lebih baik, Chia mulai menggarap lahan subur Singkawang yang saat itu masih sepi penduduknya. 

Hasil kerja keras Chia berbuah dengan usahanya yang mengubah lahan hutan menjadi kebun sayuran, kebun karet, kebun kelapa, kebun buah-buahan hingga kebun sayuran. Kebun-kebun ini memberikan kesuksesan kepada Chia sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Berseberangan langsung dengan Laut Natuna, Chia kemudian memanfaatkan lokasi Singkawang yang strategis dengan membangun sebuah armada khusus untuk mengangkut dan menjual hasil dari kebunnya untuk diekspor ke Malaysia dan Singapura. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline