Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Baik Itu Pilihan

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenernya ini cuma cerita yang umum terjadi, bahkan dialami sama semua orang.
Tapi kejadian ini berturut-turut yang mbuat saya berkesimpulan bahwa: MENJADI BAIK ADALAH SEBUAH PILIHAN.

Gak cukup sekedar perasaan empati dan simpati aja. Tapi juga kemampuan untuk mengalahkan ego.
JUST IN CASE:
~ Ketika sedang duduk manis di transJakarta sambil membaca majalah lifestyle edisi terbaru, naik dari halte seorang ibu paruh baya. Memang gak terlalu renta dan sepuh sih, tapi yang pasti dia orang yang lebih tua dari saya.
Sekedar berbagi kenyamanan saya yang sedang asyik membaca dengan ibu tersebut saja saya tidak mau.
Maka ketika itu jelas saya memilih untuk TIDAK MENJADI ORANG YANG BAIK.

Memang, takaran "BAIK" itu tidak ada standarisasi-nya. Tetapi, hal baik itu tak terdefinisi. Baik menurut saya, belum tentu baik menurut anda, pun sebaliknya.
*note: saya tidak membicarakan takaran pahala dibalik kebaikan yang dilakukan yah. Karna hanya Tuhan yang berHak memberi penilaian berupa pahala atas kebaikan umatnya :)*

Seandainya detik itu saya berbuat sebaliknya, dengan mengorbankan kenyamanan saya kepada ibu tersebut, mungkin saya nggak akan semurka ini ketika melihat kejadian seperti itu terjadi pada ibu saya.

Ibu saya bercerita dengan nada penuh peluh karna habis berdesakan di halte transit 'dukuh atas'. Dengan kantong belanjaan yang bergelantung ditangan kiri-kanannya, enggak serta-merta membuat seorang pemuda gagah yang sedang duduk sambil mendengarkan musik memberikan kursinya kepada Ibu saya. Hingga pemberhentian di halte Manggarai, pemuda itu tetap asyik dengan musiknya dan sesekali melafalkan lirik lagu sambil geleng-geleng kepala.

AAHH!!! Saya kesal!!
Saya benci mendengar cerita bahwa ibu saya diperlakukan seperti itu.

Mungkin keluhan seperti cerita diatas akan menjadi sama persis ketika saya tetap duduk asyik sambil membaca majalah didalam transJakarta yang penuh sesak, sementara didepan saya berdiri seorang ibu paruh baya.

Ya Tuhan! Astaghfirullah! Balasan tunai di dunia!

Memang, Berbuat baik memang sebuah pilihan.
Ketika memilih menjadi orang baik, pasti mungkin akan di ikuti oleh kebaikan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline