Lihat ke Halaman Asli

Makan Pizzamu Sendiri

Diperbarui: 14 Agustus 2015   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya seorang guru dan ya, saya mengerti manfaat teknologi dalam proses belajar-mengajar. Dalam beberapa kegiatan saya juga menggunakan bantuan internet untuk memudahkan aktivitas kok. Hanya saja dengan kemudahan tersebut, anak-anak muda yang saya temani jam belajarnya ini berubah menjadi anak-anak yang maunya cepat, tidak termotivasi untuk mencari tahu sendiri dan pinginnya orang lain yang 'bekerja' untuknya. Tentu saja ini menggelitik pikiran saya untuk mencari cara bagaimana agar anak-anak ini mau berusaha dan agar apa yang didapatnya itu menteap lama diingatannya.

Sering terjadi dalam kasus saya, anak menanyakan kata lampau atau arti sebuah kata dan inginnya saya memberikan jawab supaya mereka bisa cepat menyelesaikan tugasnya. Nah, masalahnya, biasanya murid yang sama akan menanyakan hal yang sama di lain waktu seolah tidak pernah mempelajarinya sebelumnya. Tentu sebagai orang yang ingin muridnya tambah pintar, saya tak rela ingatan mereka sebatas mengucap, "I forget," dan "I don't know" ketika ibu gurunya ini mengulang pelajaran untuk mengecek apakah mereka sudah mengerti apa belum materi tersebut.

Akhirnya setelah merenungkan cara efektif untuk menanggulangi hal ini selama beberapa hari,saya mendapat ide yang sampai saat ini sering berhasil.

Kelas saya berjalan dalam Bahasa Inggris. Karena ada juga anak-anak yang bersekolah di sekoah yang tidak berbahasa Inggris, maka adakalanya mereka terkendala pada kosakata. Pertanyaan yang sering mereka lontarkan adalah sebagai berikut, "Miss, what is the Past Participle of 'think'? 'Thought,' right?" (Menanyakan kata lampau sebuah kata kerja). Atau, "Miss, what is the meaning of ... (lalu menyebutkan sebuah kata)?"

Saya bukannya pelit atau tidak mau memberitahu jawabannya, tetapi mereka telah dibekali dengan skill menggunakan kamus dan pengetahuan tentang adanya daftar kata (bahkan apabila kata yang dicari tidak terdapat di daftar tersebut maka apa artinya). Sehingga saat mereka dengan entengnya menuntut jawaban,maka sebagai guru saya juga merasa berhak untuk menuntut mereka bertanggungjawab atas apa yang telah kami ajarkan. Saya ingin mereka mengerti bahwa pembelajaran tidak melulu kata-kata yang diucapkan guru, tetapi yang juga mereka lakukan dalam tindak-tanduk sehari-hari.

Akhirnya saya ingat cara Ibu saya dulu menghajar saya belajar Bahasa Inggris (sekalipun Ibu bukanlah guru Bahasa Inggris ataupun pakar pendidikan). Dulu ibu saya menyarankan agar setiap hari menghafalkan dua atau tiga set pola kata dalam susunan simple-past-past participle yang ada di salah satu bagian kamus. Saya dulu membaca bukan dari kamus tetapi dari buku cetak siswa dari sekolah.

Maka inilah yang terjadi di kelas saya pada suatu hari. (Karena kelas saya berbahasa Inggris, percakapan akan saya tulis dalam bahasa tersebut. Tenang, nanti saya terjemahkan. Hihihi. Biar berasa telenovela Amerika Latin).

Murid (M): "Miss, what is the Past Participle of 'think'? 'Thought,' right?"

Teacher (T): "Have you checked the dictionary?"

M: "Aaw..Miss, please!! I am too lazy to do it!"

T: "Really?? Then I am too lazy to tell you."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline