Lihat ke Halaman Asli

203 Hours Explore Sumbawa

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

oleh: jenggot untuk: umum & netters lengkap..!!! mungkin kata itu yang saia anggap sebagai representasi perjalanan tim "203 hours explore sumbawa" (total 9 hari perjalanan) sejak tanggal 11 sampai 20 mei 2012. meskipun saia tidak mengikuti seluruh rangkaian acara karena tanggal 19 mei harus kembali ke jakarta, tetapi saia turut merasakan juga bagaimana suasana emosional & suka duka tim selama perjalanan paling tidak sampai tanggal 19 mei itu. event ini awalnya tidak dikemas menjadi sebuah acara terbuka, karena sebenarnya saia memiliki agenda pribadi untuk kunjungan ke danau satonda (salt lake water) untuk menyelesaikan beberapa hal yang kebetulan bersinggungan dengan pekerjaan saia, sisanya saia anggap bonus perjalanan. tetapi daripada sendirian kesana dgn biaya yang cukup besar, akhirnya akhir taun 2011 lalu saia mengajak beberapa rekan untuk trip bareng ke sumbawa agar biaya lebih murah & sama2 mendapat kepuasan (project saia selesai & yang lain bisa turut berwisata di sumbawa). dengan bantuan om gendon,dgr (dan gerombolannya) sebagai orang yang expert & "fasih" kawasan lombok & sumbawa, akhirnya tim ekspedisi bisa dibentuk dengan jumlah yang tidak terlalu banyak (total 13 orang). skema transportasi, akomodasi, logistik dan hal2 teknis ekspedisi sembilan hari ini sudah jauh2 hari kami matangkan agar jadwal acara tidak terganggu oleh masalah2 teknis di lapangan. salah satu item yang sangat membantu kelancaran acara ini adalah digunakannya Isuzu elf-bus 15 seat AC, RS & with Air Suspension. perencanaan & survey jalur2 berbatu sumbawa yang dilakukan oleh tim pendahulu terbukti sangat membantu tim ekspedisi dalam melakukan pemilihan moda transportasi darat untuk melibas trek berbatu dompu - hodo - pekat - calabai - nangamiro. sampai disini bisa kita ambil hikmah bahwa survey lokasi merupakan salah satu kunci sukses sebuah ekspedisi ke tempat2 terpencil. sabtu, 12 mei 2012 perjalanan saia dimulai pada sabtu pagi, setelah take off dari bandara soekarno hatta menuju surabaya untuk transit sejenak. sebenarnya bisa saja saia gunakan direct flight jakarta - lombok, tetapi karena satu dan lain hal saia putuskan untuk transit terlebih dahulu di surabaya. tiba di bandara juanda selanjutnya silaturahmi dengan salah satu rekan di surabaya (dwee) di salah satu kedai kopi bandara. selanjutnya saia lanjutkan penerbangan menuju lombok. saia sedikit heran kenapa sby-lop menggunakan pesawat ATR72-500 (twin-turboproop), padahal terakhir sana menggunakan penerbangan pada jam yang sama masih dengan 737-500? entahlah, tapi saat itu saia langsung teringat sukhoi SSJ100 yang terkena musibah di gunung salak. benar saja, cuaca siang itu tidak terlalu baik & setelah denpasar menuju pulau lombok cuaca di ketinggian 15.000feet benar2 diselimuti kabut tebal. tidak seperti 737 series yang biasa berada di alt  +-30.000feet, ATR ini hanya bertahan di 15.000feet sehingga menjadi santapan awan2 yang bergerombol. tapi untunglah kapt.setiabudi sukses mendaratkan pesawat ini di BIL. jam makan siang sudah tiba & tidak lama setelah saia tiba di BIL, om gendon sudah setia berdiri di deretan penjemput. tidak susah mencari om gendon diantara kerumunan orang2 karena badannya yang mekar kanan kiri + depan. saia pun langsung diajak ke parkiran bandara & bergabung dengan citra & budi yang juga baru mendarat di BIL beberapa saat sebelum saia. lalu elf-bus yang sudah menunggu saia pun turut bergabung & seluruh tim ekspedisi sudah lengkap dan siap berangkat. perjalanan pun dimulai dengan elf-bus ini. om gendon ternyata harus mundur dari acara karena sang istri sudah mengalami mual2 karena diperkirakan sudah menjelang waktu kelahiran. emang badung bapak yang atu ini, anak udah tiga, bini hamil tua, masih aja keluyuran. tapi saia tidak heran karena sudah cukup mengenal baik kelakuan bapak yang atu ini. singkat cerita tim ekspedisi mampir di Rumah Makan Cahaya di Lombok Timur untuk makan siang dengan menu "nasi balap puyung" khas lombok timur. saia kira menu ini sederhana, tetapi karena daging yang digunakannya adalah ayam kampung asli sehingga rasa serat yang khas (gurih, kenyal) menjadikan nuansa di lidah lebih nikmat. ditambah bumbu rempah yang lebih spicy menciptakan sensasi tersendiri dan saia kira nasi balap puyung ini layak menjadi menu juara selain ayam taliwang tentunya. selesai makan siang perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan kayangan sebagai batas paling timur pulau lombok & pintu gerbang menuju sumbawa. menjelang matahari terbenam kami sudah tiba di pelataran pelabuhan kayangan. sebenarnya di depan kami sudah berjejer puluhan truk, bus & kendaraan pribadi lain yang mengantri untuk masuk kapal ferry, tetapi salah satu ciri khas indonesia adalah "selalu ada celah untuk bisa menyalip antrian". jika harus mengantri secara normal mungkin baru tengah malamnya kami bisa menyeberang. setelah lobi khas indonesianis (yah begitulah…) akhirnya rombongan kami bisa masuk kapal dengan mendahului antrian. tidak seperti kapal2 padangbai - lembar, di kayangan - pototano ini kapal2nya cukup terawat & bersih. dan yang lebih penting adalah tingkat keamanan pelabuhan jauh lebih baik dari padangbai ataupun lembar. saia tidak melihat preman2 pelabuhan tarik menarik penumpang ataupun calo2 tiket di muka dermaga. oleh karena itu sistem penyeberangan lombok - sumbawa saia nilai lebih baik & nyaman dari sistem penyeberangan sebelah baratnya. pukul 20:38wita kami merapat di dermaga pelabuhan pototano sumbawa dan langsung menuju kota sumbawa besar yang berjarak sekitar empat jam perjalanan. karena hari sudah malam, kami kesulitan mencari rumah makan yang masih buka. akhirnya di sekitar daerah alas (2 jam sebelum kota sumbawa) kami istirahat makan malam di warung makan lesehan. menu kali ini masih dengan menu lokal "sate kerbau" khas sumbawa. mencicipi kuliner berbahan dasar daging kerbau mengingatkan saia pada perjalanan selepas pendakian gunung muria beberapa waktu lalu. kebetulan juga kota kudus memiliki kuliner khas berbahan dasar daging kerbau. saia kira rasanya hampir sama sedikit manis & kenyal. setelah kenyang dengan menu sate kerbau, perjalanan kami lanjutkan. elf-bus yang kami gunakan mengalami defisit bahan bakar, karena di sumbawa cukup sulit mencari SPBU akhirnya baru selepas kota sumbawa besar kami berhasil mencapai SPBU. pagi dini hari itu kami gunakan juga untuk beristirahat sambil meluruskan otot2 kaki yang mulai kelelahan terlalu lama di dalam kendaraan. minggu, 13 mei 2012 menjelang subuh, kami berhasil mencapai perbatasan antara sumbawa & dompu (di sekitar teluk santong). suasana pagi ini kami gunakan untuk beristirahat di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan laut dan gugusan pulau liang, pulau ngali dan pulau rak. setelah langit mulai terang, perjalanan kami lanjutkan menuju ke arah dompu - kempo untuk singgah makan pagi di Rumah Makan Pangestu. perjalanan pagi ini diiringi oleh hujan yang cukup merata sepanjang perjalanan menuju kempo. jam setengah sembilan pagi kami tiba di RM Pangestu untuk makan pagi. hampir satu jam kami menunggu hidangan yang disiapkan di rumah makan ini karena ternyata rumah makan ini sebenarnya baru buka pada siang hari. setelah makan pagi, perjalanan darat yang sesungguhnya kami mulai…. selepas kempo menuju hodo, jalanan aspal berganti dengan batu. saia mulai merasakan jelas hamparan endapan piroklastik produk letusan tambora 1815 di sepanjang perjalanan ini. di sisi kanan jalan ditumbuhi tanaman khas tanah endapan piroklastik. air sungai yg kering di hulu gunung tambora mendadak melimpah menjelang bibir pantai. dan model ini cukup khas pada tekstur2 endapan piroklastik yang masih muda. dan kami pun akhirnya memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di sekitar hodo. rekan2 yang lain sibuk mengambil spot2 foto terbaik di sisi selat alas, saia cukup asik menikmati air tawar segar persis di bibir pantai. tidak salah lagi, letusan tambora 1815 benar2 merubah segalanya, bahkan sampai sejauh puluhan kilometer di baratdayanya. selepas hodo, perjalanan kami lanjutkan menuju daerah pekat. di sepanjang perjalanan ini kami disuguhi pemandangan sabana yang saia kira salah satu view terbaik dalam perjalanan panjang ini. landscape gunung doro canga yang terlihat merah karena non vegetasi (dahulunya adalah pulau vulkanik yang terpisah dari sumbawa) menambah lengkap nuansa sabana baratdaya sumbawa. sebaran batu apung dgn diameter 10 - 300cm berserakan sangat melimpah di sepanjang perjalanan hodo - pekat ini. saia yakin posisi sebaran batu apung ini tidak pernah berubah sejak pertama kali jatuh dari langit pada letusan paroksismal april 1815 dan mengubur secara langsung hampir 100ribu manusia yang ada di tiga peradaban tambora, pekat dan sanggar saat itu. saia pun meminta supir untuk berhenti di salah satu sisi sabana ini untuk langsung melakukan observasi batu apung yang berserakan tidak beraturan. sambil menikmati puluhan sapi liar yang merumput di padang sabana, saia memeriksa satu persatu batu2 apung ini. "hmmm…..ternyata sangat asam magma tambora pada letusan super 1815 ini pikirku". beberapa tahun lalu saia pernah menggenggam batu apung krakatau produk letusan 1883, tetapi ketika memegang batu apung tambora saia langsung merinding membayangkan batu apung diameter 200 - 300cm bisa tergeletak secara alami lebih dari 20km dari pusat letusan! dari pengamatan langsung saia disana saia kira lebih dari 100 km2 sisi baratdaya tambora ini memiliki jenis endapan yang sama. bibir pantai baratdaya tambora pun saia kira sudah jauh bergeser ribuan meter ke arah barat-baratdaya karena migrasi endapan letusan 1815 itu. gunung doro canga yang sebelum letusan 1815 adalah pulau vulkanik yang terpisah dari daratan sumbawa pun akhirnya menyatu dengan daratan sumbawa pasca letusan 1815. pemodelan integral doro canga ini saia kira bisa menjadi analogi yang cukup logis untuk menjawab proses integrasi gunung muria dengan pulau jawa (seperti yg saia uraikan pada paper saia tentang gunung muria). berapa dalam endapan tambora sisi baratdaya-selatan? saia blm pernah mengukurnya. tetapi dari uraian pak sumantri (juru kunci tambora yang juga orang kepercayaan pak haris PPGA gunung tambora) menyatakan kedalaman endapan sisi baratdaya tambora berkisar 38-45 meter. itulah sebab sulit sekali menemukan peradaban yang terkubur di sisi baratdaya-selatan karena dalamnya endapan material letusan 1815 di sisi ini. selesai observasi batu apung tambora, perjalanan kami lanjutkan ke daerah pekat karena waktu makan siang sudah tiba. satu jam kemudian kami tiba di pekat dan singgah di salah satu warung makan (RM Ilham). sambil menunggu antrian makan prasmanan, saia memesan kopi di kedai itu. tidak disangka ternyata saia mendapat kesempatan mencicipi kopi dompu yang teksturnya lembut, berwarna hitam pekat & rasanya cukup tebal. mungkin deskripsi saia masih kurang lengkap, tapi intinya kopi dompu sangat lembut di bibir, lidah & sangat cocok untuk coffee time sore hari. selesai makan siang kami pun langsung membeli kopi dompu disana untuk bekal dalam perjalanan kami beberapa hari kedepan. pemilihan moda angkutan elf-bus dgn teknologi air-suspension terbukti membuat perjalanan kami sangat nyaman. jalanan rusak berbatu yang cukup parah tidak membuat badan kami kesakitan. meski jalanan kurang baik, tetapi saia masih bisa tidur cukup nyenyak dalam perjalanan pekat - calabai ini. sore hari kami tiba di calabai dan langsung menuju nangamiro sebagai titik penjemputan kapal untuk selanjutnya menyebrang ke pulau satonda. sempat melewati pasar kedindi sebelum masuk nangamiro, tapi karena logistik kami sudah lengkap maka perjalanan dilanjutkan tanpa reload logistik lagi. tiba di bibir pantai nangamiro kami disambut pak abdulrahman sebagai guide yang akan membantu segala kebutuhan kami untuk beberapa hari kedepan di pulau satonda. pak abdulrahman ini dahulunya adalah penjaga pulau satonda, namun karena idealismenya yang cukup kuat akhirnya beliau meninggalkan pekerjaan tersebut dan memilih menjadi nelayan (memang orang baik itu tidak mungkin betah dalam dunia birokrasi, :D). hampir satu jam kami di bibir pantai menunggu kapal penjemput, akhirnya kapal pun datang dan kami menyeberang bertepatan dengan air pasang laut tiba. jumlah logisitk kami yang hampir 400kg + 17 orang di kapal saat itu sebenarnya cukup beresiko, tetapi pak abdulrahman adalah seorang jurumudi perahu yang cukup handal. meskipun ombak cukup tinggi karena air pasang & angin cukup kencang tapi kecakapan membawa perahu melewati ceruk2 antar gelombang membuat saia terkagum2 saat itu. kebetulan saia berada di bagian depan & dgn cukup jelas memperhatikan manuver2 pak abdulrahman mengemudikan kapalnya. hebat! kami pun tiba dengan selamat di pulau satonda tidak lama setelah langit gelap. hampir pukul delapan malam ketika camp area tim ekspedisi sumbawa selesai didirikan dan hidangan makan malam selesai di masak oleh tim dapur yang dikepalai oleh ibu abdulrahman (istri ke-4 beliau). rasanya kali ini saia tidak perlu mendeskripsikan lagi bagaimana nikmatnya makan di pulau terpencil setelah lelah dalam perjalanan darat selama lebih dari 18 jam dan menembus ombak besar ketika air pasang. singkat cerita setelah makan malam, suasana cerah dgn jutaan bintang di langit satonda kami gunakan untuk evaluasi kegiatan dan berbagi cerita dalam suasana keakraban seluruh anggota tim & keluarga pak abdulrahman. menjelang malam satu persatu anggota tim mulai masuk tenda dan tidur kelelahan. tengah malam itu tersisa saia, imet dan budi yang belum tertidur karena masih asik melakukan komparasi kopi aceh vs kopi dompu. sampai hampir gelas ketiga saia putuskan kalau kopi dompu lebih cocok untuk malam itu. lewat tengah malam saia pun berencana berangkat ke kerucut timur puncak gunungapi satonda untuk observasi awal. niat saia pun disambut oleh dua rekan (imet & budi) dan akhirnya kami bertiga berangkat ke puncak timur satonda untuk sekedar survey awal karena keesokan harinya akan kami eksplor habis2an kerucut puncak & danau satonda ini. 14 Mei 2012 pagi hari di pulau satonda…..hmmmm rasanya juga gak perlu saia deskripsikan secara lengkap bagaimana rasanya :D singkatnya, aktivitas pagi ini diawali dengan hunting sunrise, makan pagi dan snorkeling. jam sepuluh pagi seluruh tim berkumpul di dermaga dan kami diajak pak abdulrahman untuk mengelilingi pulau satonda. bagi saia cukup surprise karena saia tidak berpikir akan mengitari pulau ini dan merasakan tiga jenis ombak di tiga perairan yg berbeda. setelah hampir mengelilingi 2/3 bagian pulau satonda, pak abdulrahman membawa kami menuju salah satu spot snorkeling dan mempersilahkan kami bermain dan menikmati pemandangan bawah air. saia yang tidak terlalu suka dengan air pun akhirnya loncat dari kapal dan ikut serta menikmati pemandangan bawah air. kebetulan salah satu rekan (citra) membawa kamera bawah air, sehingga dokumentasi bawah air tim menjadi lengkap. satu jam kemudian acara main air selesai dan kami kembali ke camp utama di sekitar dermaga pulau. selepas makan siang perjalanan utama dimulai, seluruh anggota tim + pak abdulrahman berangkat menuju danau satonda yang letaknya berada di tengah pulau. jalan setapak yang tersusun rapi kemudian berganti dgn jalan tanah hutan hingga ke kawasan puncak timur kerucut gunungapi satonda. di puncak timur yang memiliki vegetasi alang2 inilah spot terbaik untuk mengabadikan view danau satonda. saia putuskan untuk mengeksplore seluruh kawasan puncak timur kerucut gunungapi satonda dengan beberapa rekan. sedangkan beberapa anggota tim yang lain tidak turut serta. jalur rintisan yang saia buat menuju sisi puncak utara kerucut gunungapi satonda penuh dengan semak berduri. memang tidak terlalu terutup tetapi getah2 pohon yang mengenai pakaian ternyata menjadi musibah di kemudian hari karena ternyata getahnya sangat sulit hilang! lebih dari dua jam saia mengeksplore kawasan puncak sisi timur & utara gunungapi satonda disusul kemudian beberapa rekan yang ingin membuat foto2 dari sudut yang berbeda. lelah di puncak satonda, kami pun turun ke danau dan selanjutnya mengeksplor ekosistem danau satonda. yang pertama saia lakukan adalah mencicipi air danau satonda dan…..asin sekali! salinitas air danau ini sangat tinggi jauh lebih tinggi dari air laut sekalipun. tentunya menjadikan ekosisitem danau ini sangat ekstrem & tidak mungkin menjadi tempat hidup yang nyaman bagi mahluk laut pada umumnya. tapi karena rasa lapar mendera, saia urungkan niat mengeksplor danau siang ini dan lebih memilih kembali ke camp untuk makan. sore harinya setelah perut kenyang, saia kembali ke danau satonda untuk mengeksplor danau asin ini. struktur terumbu yang terdiri dari beberapa layer (disusun oleh fosil bakteri & ganggang) mulai saia temukan di sisi barat danau. meskipun danau ini baru berumur kuarter tetapi menjadi satu2nya miniatur danau purba berumur prakambrium di indonesia karena secara kimiawi memiliki kesamaan komposisi dengan lautan purba pada sekitar 4,5 Gya - 280Mya tahun yang lalu. (4,5 Gya = 4.500.000.000 tahun yang lalu). fantastis! kehidupan mahluk hidup di danau satonda sangat jarang. danau ini seperti tidak memiliki kehidupan karena memang air danau yang sangat ekstrem untuk kehidupan. tetapi sebaliknya di pantai2 sekeliling pulau satonda, ribuan spesies hidup bersama bersama2 koral2 yang sangat indah. sangat kontras kehidupan antara di danau dan di laut, padahal keduanya berada dalam satu kompleks hanya dipisah oleh sedikit daratan sisi selatan pulau saja. danau satonda benar2 sebuah ekosistem purba dengan kimia air yang sangat ekstrem. saia kira dibutuhkan mahluk hidup dengan evolusi ratusan juta tahun untuk siap hidup di danau ini. setelah puas mengeksplor dan sedikit mengambil sample ekosistem danau purba ini saia kembali ke camp. sore hari adalah waktu yang pas untuk melihat ribuan kelelawar yang menghuni sisi timur pulau satonda ini. dengan diantar pak abdulrahman kami berjalan menyusuri pasir putih halus menuju pantai timur pulau satonda. pintu masuk ke hutan kelelawar tidak mudah ditemukan, bahkan jika tanpa guide maka saia kira cukup sulit untuk menemukannya. di perjalanan menuju hutan kelelawar saia berpapasan dengan babi hutan penghuni hutan timur pulau satonda ini. meski hanya sekilas, tetapi saia jelas melihat postur yang gemuk, hitam berbulu lebat dan berlari cukup kencang di semak2. kawanan monyet ekor panjang pun setia bergelantungan di ranting2 pohon dalam perjalanan menuju hutan kelelawar ini. "ah sempurna sekali pulau ini pikirku". beginilah model ekosistem alami yang sangat terjaga. semua berjalan sesuai hukum alam tanpa ada campur tangan manusia didalamnya. malam kedua di camp ini acara tambah meriah dengan hidangan ayam bakar & ikan bakar. menu2 spesial yang semakin spesial karena disantap di pulau terpencil di tengah lautan membuat selera makan saia naik dua kali lipat dari biasanya :D selesai makan malam seluruh anggota tim berkumpul dan melakukan evaluasi kegiatan, selesai curhat bersama, acara yang seharusnya akan meriah harus ditunda karena hujan yang tiba2 turun. camp area yang terdiri dari empat tenda dome, satu bivouac terpal dan dua gazebo sebagian besar basah. tapi untunglah semua bisa tidur dengan nyenyak meskipun seingat saia hujan baru reda menjelang pagi harinya. 15 Mei 2012 pagi hari suasana cukup berantakan setelah didera hujan hampir semalaman, tapi karena pagi ini acara sudah selesai maka tidak butuh waktu lama semua peralatan & logistik sudah di packing & diangkut ke kapal untuk menyebrang kembali ke daratan sumbawa. setelah sarapan pagi tim ekspedisi menyebrang kembali ke daratan sumbawa. elf-bus yang setia mendampingi kami selama 9 hari ekspedisi pun sudah bersiap di tepi pantai. perjalanan selanjutnya hari ini adalah menuju pos 1 doro canga untuk regroup dengan rekan2 Jeep Tambora dan Tambora Trail Comunity. sempat singgah sebentar di pasar kedindi untuk belanja logistik tambahan, kami langsung menuju ke doro canga. persinggahan kedua kami hari ini adalah di pekat (warung yang sama ketika keberangkatan) untuk mengambil pesanan madu sumbawa, kopi dompu yang kami pesan beberapa hari lalu. karena waktu sudah siang maka kami paksakan untuk makan siang di pekat ini karena setelah pekat tidak ada lagi warung makan. lewat tengah hari kami tiba di pos 1 doro canga dan disambut oleh rekan2 jeep tambora dan TTC yang sudah cukup lama menanti kami siang itu. setelah semua logistik dipindahkan ke jeep, kami pun memulai pendakian gunung tambora dengan menggunakan dua buah jeep langsung menuju pos 3 doropeti. kebetulan salah satu jeep yang kami gunakan adalah jeep yang berjasa mengantar alm wamen ESDM ketika mendaki tambora april lalu dan jeep coklat ini juga yang berjasa membawa jasad alm turun ke pos 1 ketika musibah terjadi di atas sana. masih hangat memang tragedi itu, mas andi yang juga sopir almarhum masih hafal secara detail bagaimana detik per detik cerita sebenarnya tragedi itu. kebetulan saia mendapat cerita lengkap dari mas andi sebagai supir pada saat tragedi terjadi dan dari pak sumantri yang pada saat tragedi terjadi adalah guide almarhum. ingatan pak sumantri masih sangat baik dan cerita versi asli tragedi april lalu itu bsia saia peroleh langsung dari orang2 yang menjadi saksi hidup saat kejadian. tapi cerita itu tidak saia share disini karena dongeng ini bukan untuk menceritakan kisah tragis tragedi awal april lalu itu. lain waktu lain kesempatan mungkin bisa saia share dalam obrolan off-air (warkop). perjalanan mendaki gunung dengan jeep seperti terlihat mudah, faktanya laju jeep hanya bisa 5 - 10km/jam karena medan tanjakan dan alur kontur gunung yang tidak mudah untuk dilalui. ditambah beban logistik dan penumpang maka perjalanan menuju pos 3 doropeti jauh lebih menegangkan dari offroad biasa yang tidak membawa beban berat & sarat penumpang. sulit saia ungkapkan dengan kata2 bagaimana sensasi mendaki gunung dengan jeep dari 30 mdpl menuju ke sekitar 1650 mdpl. butuh waktu hampir enam jam penjelajahan sampai akhirnya salah satu jeep harus menyerah di 50 meter sebelum pos 3 doropeti karena masalah mesin (mungkin overheat). menjelang sunset di sekitar pos 3 doropeti tim ekspedisi harus berjalan kaki ke camp area, tapi karena tidak terlalu jauh kurang dari satu jam semua anggota tim sudah berkumpul di pos 3 doropeti. kami beruntung karena dalam perjalanan menuju pos 3 doropeti ini rekan2 dari tambora trail community dengan tujuh motor trail modifikasi mengawal perjalanan dua jeep sejak dari awal hingga pos 3 doropeti, sehingga ketika jeep mengalami masalah mesin, rekan2 TTC turut membantu membawa sebagian logistik pendakian menuju camp area. tiga komunitas bersatu dalam satu event dengan misi yang sama saia kira sangat fantastis dan saia mengalami & merasakan percampuran tiga model petualang ini (offroader, trail & pendaki) dlm perjalanan menuju pos 3 doropeti dan rasanya sangat indah bisa bersama dalam satu team disana. setelah mendirikan camp di pos 3 doropeti dan makan malam bersama dengan rekan2 TTC & jeep tambora suasana malam cerah di lereng baratdaya tambora ini kami gunakan untuk menikmati sajian bintang di langit malam + penampakan galaksi bimasakti yang segaris dengan arah puncak tambora sisi baratdaya. api unggun yang menyala semalaman cukup membantu menghangatkan sebagian anggota tim ekspedisi. suhu di pos 3 doropeti ini masih aman, saia kira sekitar 15 - 17 derajat. tetapi hembusan angin yang kadang2 cukup kencang ini yang membuat tubuh memerlukan jaket untuk menahan dinginnya angin lereng tambora. dalam briefing yang dipimpin langsung oleh juru kunci tambora (pak sumantri) malam itu disepakati jika summit attack akan dimulai pukul 04:00wita. setelah briefing selesai sebagian besar langsung beristirahat untuk memulihkan kondisi fisik. 16 Mei 2012 pukul tiga dini hari saia sudah terbangun dan membuat kopi dompu di depan perapian. setengah jam lamanya saia sendirian menikmati langit tambora ditemani lagu "tiga titik hitam" (alm ivan scumbag) sebelum akhirnya satu persatu anggota tim bangun dan mempersiapkan pendakian puncak. dipimpim oleh pak sumantri, tepat pukul empat pagi seluruh anggota tim mulai bergerak menuju puncak tambora. tidak butuh waktu lama karena dua jam setelah perjalanan dari pos 3 doropeti rombongan depan sudah berada di bibir kaldera raksasa tambora. seperti biasa, saia dan pak dadi adalah spesialis tim belakang sehingga kami telat lebih dari satu jam dari rombongan terdepan ketika mencapai puncak tambora. pagi hari di puncak tambora benar2 indah. entahlah, saia juga sulit mendeskripsikannya. diameter kaldera raksasa sejauh 6,8 km membentang di depan saia pagi itu. bagaimana dahsyatnya volume letusan tambora sebanyak 180 km3 dimuntahkan dalam satu periode letusan paroksismal bisa saia saksikan sisa2nya pagi itu. sebagai perbandingan, letusan krakatau 1883 yang terkenal itu hanya memuntahkan material letusan 16 km3 saja (+- 9% dari kekuatan letusan tambora). dan letusan merapi 2010 lalu yang meluluhlantakkan lereng selatan-baratdaya sleman & magelang "hanya" memuntahkan 140 juta meter kubik (0,14 km3) saja. jadi merapi harus meletus sepuluh kali lebih kuat dari letusan 2010 lalu hanya untuk mencapai 1% kekuatan letusan tambora 1815..!!!! begitulah deskripsi bagaimana dahsyatnya letusan tambora yang juga menjadi letusan terbesar dalam sejarah manusia (VEI: 7). dan berada di bibir kaldera tambora membuat saia benar2 merasakan bagaimana kedahsyatan letusan gunungapi setinggi 4200 meter yang hancur lebur dalam satu periode letusan yang kemudian hanya menyisakan tubuh & kaki gunungapinya yang setinggi 2800 meter saja! setelah satu jam berada di puncak tambora kami turun kembali ke camp area di pos 3 doropeti. perjalanan turun kami gunakan untuk mengunjungi titik terakhir almarhum wamen esdm di sekitar tebing batu 50 meter dibawah puncak. sempat saia berpikir "ah sayang sekali tinggal 50 meter saja". tapi itulah jalan Tuhan, semua berjalan sesuai kehendak-Nya. tiba di camp pos 3 doropeti disambut dengan hidangan makan pagi. salah satu kenikmatan turun gunung adalah mendapati makanan ketika rasa lapar tiba. setelah beristirahat beberapa saat, seluruh anggota tim turun kembali ke titik penjemputan jeep (sekitar 50 meter di bawah pos 3 doropeti). salah satu jeep kami mengalami masalah dengan mesinnya, satu jeep yang lain terjebak di lumpur di sisi kiri jalur pendakian. akhirnya kami tertahan sekitar satu jam. setelah semua selesai lewat tengah hari kami semua turun kembali ke pos 1 doro canga. sampai di pos 2 jeep coklat kami benar2 menyerah dan tidak mampu melanjutkan perjalanan. selanjutnya jeep hijau menjadi pahlawan dengan mengangkut seluruh anggota tim di sisa perjalanan dari pos 2 menuju pos 1 doro canga. sore hari semua rombongan tiba di guesthouse doro canga untuk beristirahat semalam sebelum perjalanan selanjutnya menuju gunung rinjani di lombok. sebagian anggota tim langsung tertidur, tetapi saia dan beberapa rekan yang lain memilih berkeliling menuju desa terpencil di sekitar guesthouse untuk sekedar menikmati suasana pedesaan malam doro canga sambil mencari kudapan. sangat jarang rumah di desa doro canga ini tapi kami beruntung mendapati satu rumah penduduk asli yang kebetulan juga menjual beberapa makanan & jajanan. sambil menikmati hidangan kopi tambora kami bertukar cerita tentang alam tambora. banyak cerita2 berharga yang saia dapat dari penduduk lokal berkaitan dengan folklore, toponimi dan sejarah peradaban tiga kerajaan yang terpendam pada letusan tambora 1815 dengan dugaan posisi situs2 istana yang terpendamnya. akan terlalu panjang jika saia uraikan disini. tapi pelajaran berharga lain yang saia dapat adalah teknik membedakan madu asli & pola panen madu berdasar bulan kalender per tahun. hmm…saia kira ini juga menjadi ilmu gratis yang tidak kalah berharga untuk jadi acuan di kemudian hari. 17 Mei 2012 pagi hari sekitar pukul enam semua sudah siap dan perjalanan terakhir menuju lombok dimulai. masih dengan elf-bus yang setia menemani kami selama ekspedisi kami mulai perjalanan menuju dompu. waktu makan siang tiba ketika kami berada di sisi pantai satu jam setelah kempo. rumah makan pinggir pantai ini kami gunakan untuk makan siang. karena RM ini adalah rumah makan umum sehingga baik harga dan rasanya tidak terlalu khas. selepas makan siang perjalanan dilanjutkan menuju dompu - manggalewa hingga sore harinya kami tiba di sumbawa besar dan kembali memanjakan perut dengan hidangan khas sumbawa. selepas sumbawa besar menuju alas dan pototano saia kira tidak ada yang spesial, sebagian besar anggota tim tidur kekenyangan menu ikang singang, ikan sepat, plecing kangkung & temen2nya di rumah makan tadi. malam menjelang dan kami tiba di pelabuhan penyeberangan pototano. dengan trik yang sama seperti ketika keberangkatan kami langsung masuk kapal di dermaga 1. dua jam perjalanan laut kami gunakan untuk menikmati selat alas dan pukul sembilan malam kami sudah berada di daratan lombok. setelah mampir di anjungan tunai mandiri untuk mengambil uang cash perjalanan berakhir di homestay sapit dengan disambut oleh kambing guling & makan prasmanan. sayang kondisi fisik sebagian besar anggota tim sudah lelah dalam perjalanan darat hampir 17 jam, sehingga hidangan kambing guling tidak lagi menjadi sebuah kemewahan. kemewahan malam itu adalah kasur empuk & bantal tentunya. sebagian besar anggota tim langsung masuk kamar masing2 dan istirahat di homestay pada kamis malam itu. untuk trip terakhir ke rinjani saia tidak turut serta, disamping karena saia sudah beberapa kali kesana saia harus kembali ke jakarta pada sabtu siangnya. akhirnya dini hari itu saia berangkat ke kota mataram dengan elf-bus yang sudah kami carter selama acara. tiba di mataram saia langsung ke Unram untuk sekedar silaturahmi dengan rekan2 disana. tapi karena sudah pukul dua dini hari akhirnya saia diantar oleh pak andri ke mess ESDM kota mataram untuk beristirahat disana. jumat pagi ketika saia masih terlelap, tiga orang (dion, danny & prisilia) sudah menggedor kamar mess dan menculik saia secara paksa untuk kembali ke Unram. tapi karena saia ingin ke tanjung aan untuk dokumentasi uplift submarine volcano akhirnya saia diantar danny bersama prisilia dan dion. memang belum rejekinya saia mengunjungi tanjung aan, di perjalanan ke selatan rombongan kami dicegat aparat TNI dan diminta kembali ke mataram karena sedang ada kerusuhan antar suku di jalan raya menuju tanjung aan. jumat sore ruangan science club unram cukup meriah dengan kumpulnya para senior. dan jumat malam pun saia bergabung bersama dalam keceriaan khas mataram. pagi hari jam empat saia berangkat menuju bandara internasional lombok. tiba di bandara lombok hampir jam setengah enam pagi & saia buru2 check-in untuk seat favorit saia 30A karena agenda terakhir saia adalah dokumentasi landscape gunung2 jawa bali. sukses mendapat seat 30A akhirnya pukul tujuh pagi pesawat garuda GA 431 take off dengan mulus. tidak ada yang khas pada penerbangan kali ini, hanya kebetulan saia menggunakan pesawat garuda dengan livery klasik warna merah (tidak biru putih seperti livery standar GA). sepuluh menit pertama saia langsung disuguhi landscape gunung agung dengan lautan awan di sisi karangasem yang cukup indah. pramugari bernama cinda (mirip gizel lho, swearrr..!!) menyapa saia dan menawarkan makan pagi & minuman segar sebagai bagian dari paket perjalanan GA. tapi tidak saia hiraukan makanan ini & selanjutnya kembali fokus untuk landscape kompleks gunung tapal kuda merapi-ijen-raung krn jaraknya cukup berdekatan dengan gunung agung...akhirnya bisa saia dikumentasikan kompleks gunung itu. meskipun pesawat berada pada alt 38.000feet, tapi karena cuaca cukup cerah sehingga kamera saia mampu menjangkau beberapa view landscape gunung2 jawa. sesuai durasi penerbangan yang tertera di LCD kabin pukul 07:55wib pesawat B737-800NG yang dipiloti kapt.jose rizal mendarat dengan mulus di bandara soekarno-hatta dan selesai sudah perjalanan saia yang cukup melelahkan ini. sebenarnya sabtu pagi ini jadwal saia adalah menuju ke jogja untuk silaturahmi dengan temen2 oanc di acara gathnas jogja, tapi karena saia tidak mendapatkan tiket untuk kembali ke jkt pada 20/5 akhirnya saia batal untuk hadir di acara yang sebenarnya cukup prestisius itu. ah sayang sekali….. salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline