Lihat ke Halaman Asli

Mikro Nasionalisme Menuju Nasionalisme (dari Sragen untuk Indonesia)

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sragen sebuah kota kecil yang terletak di sebelah timur kota solo dan sebagian wilayahnya menjadi batas yang memisahkan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur. Barangkali belum banyak orang tahu atau bahkan masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Akan tetapi sebenarnya Sragen sudah mendunia lewat situs bersejarahnya yaitu Sangiran, yang dikenal sebagai warisan dunia karena disana terdapat museum fosil manusia purba yang ditemukan di sekitaran museum tersebut. Terletak di sragen bagian barat atau lebih tepatnya di desa kalijambe.

Baru - baru ini nama Sragen mulai dikenal masyarakat di Indonesia karena sragen satu-satunya daerah di Indonesia yang menjadi pelopor dalam menanggulangi kemiskinan oleh badan yang disebut UPTPK (Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Kemiskinan) Kab Sragen. Dan kini bahkan UPTPK ini dijadikan replika dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia oleh Pemerintah melalui TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan).

Bahkan tidak hanya itu Kab Sragen adalah sebuah Kabupaten/Kota yang sering langganan menerima penghargaan adipura maupun adipura kencana dari Presiden RI sebagai Kab/Kota Terbersih di Indonesia. Dan mungkin masih banyak prestasi-prestasi lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sragen adalah kota dimana saya dilahirkan hingga mempunyai kebanggaan menjadi warga sragen dan membuat saya mencintainya. Karena Sragen adalah bagian dari Indonesia sudah sepantasnya sayaikut menjaga dan melestarikan aset budaya dan tradisi di dalamnya. Karena kita tahu saat ini Indonesia sedang mengalami krisis Nasionalisme, juga banyak sekali budaya-budaya di Indonesia saat ini luntur oleh budaya bangsa luar, padahal Indonesia dikenal akan keberagaman Budayanya. Kenapa masih ada banyak yang tidak bangga menjadi Bangsa Indonesia?
Pertanyaan itulah yang sering mengganggu hati dan fikiran saya untuk segera mencari jawaban
nya.

Sedikit jawaban itu muncul setelah saya mulai jauh dari Sragen, Yaitu timbul sebuah kerinduan kepada kota ini setelah melihat banyak keberagaman yang saya temui di kota lain. Banyak sekali kawan-kawan saya yang tetap menjaga tradisi mereka dari cara berbicara dan dalam bersikap menunjukkan ciri khas kedaerahannya. Oleh karena itu saya tersadar pentingnya menjaga tradisi daerah yang akhir-akhir ini mulai pudar dimakan jaman, dari situlah timbul pemikiran “bukankah bila semua orang yang berbeda daerah itu saling mencintai daerahnya masing-masing sama saja telah berperan menjaga Indonesia?” Nah dimulai dari sinilah saya ingin mengangkat nama Kota Sragen sebagai tonggak pertama saya mencintai Indonesia dan mencintai budaya-budayanya.

Dengan mewujudkan kecintaan saya kepada Sragen maka dengan menjaga aset budaya dan tradisi kedaerahannya dari bagian terkecil yaitu menunjukkan ciri khas dan karakter daerah melalui sikap dan perilakunya maka dengan begitu secara otomatis kita telah turut serta Menjaga dan melestarikan Budaya Indonesia. Karena pada dasarnya yang paling dekat dalam menjaga aset daerahnya adalah putra asli daerah dan bukan putra daerah lain. Oleh Karena Itu jika semua orang Indonesia mencintai daerahnya masing - masing dan turut menjaga ciri khas daerahnya baik budaya maupun tradisi maka kita telah ikut serta dalam mencintai Indonesia. Karena dalam Indonesia itu Adalah Bhineka yang berarti bermacam-macam. Yang menjadi satu, Menjadi Indonesia. Jadi saya tarik kesimpulan untuk Terlahirnya sebuah Nasionalisme kepada bangsanya maka kita tanamkan dulu Mikro Nasionalisme dengan mencintai daerahnya masing-masing sebagai pemantik api nasionalisme barulah kita mencintai negara kita yang terdiri dari beraneka ragam suku, agama,dan budaya.


SRAGEN

Sumbering Rasmi Ambangun Gegayuhan Endahing Nagari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline