Lihat ke Halaman Asli

Teror Saat Berjejalan di Bus Rakyat

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Bude Binda

Kemarin saya pulang dari Purwakerta  selepas Isya sekitar pukul 19.30. Untunglah masih ada bus Maju Makmur jurusan Purwakerto Semarang. Saat masuk ke bus, penumpang sudah memenuhi kursi bus. Untung masih ada dua tempat duduk untuk saya dan temanku Bu Tat.

Nah, begitu pantat mau kuletakkan di kursi di tengah dua penumpang tercium bau busuk yang menyengat. Saya pun angkat pantat tak jadi duduk. "Lho Bu, sudah duduk di situ saja!" "Nggak lah Bu, sesak". Sebenarnya alasan utamaku tak jadi bau busuk yang menyerang dengan membabi buta. Aku pun duduk  di kursi yang ada di seberang kursi tadi. Kursi ini untuk dua orang, sudah ada perempuan menggendong anaknya yang masih kecil. Namun ternyata bau ini masih dengan ganas menyerang saraf penciumanku.

Alhasil aku pun tanya ke Bu Tat, "Bu, ada minyak angin?" "Adanya dragon menthol". "Ya nggak apa-apa". Lumayan juga minyak gosok jadul ini dapat menyumbat bau yang sangat tak asyik itu. Kalau minyak gosok kulepas dari hidung, ganti sapu tangan merah jambu bersulam bunga merah marun yang kupakai untuk menutup hidung.

Rupanya serangan bau ini sudah mulai meneror penumpang lain, yang sibuk kasak-kusuk dan juga kondektur bus. "Ayo siapa yang bawa ikan? Ngaku saja!", begitu teriak kondektur bus. "Ayo ngaku saja Ti", perempuan gemuk yang tadi  tempat duduk sebelahnya akan kutempati tak jadi berkata pada perempuan kurus menggendong anak kecil yang ada di sebelahku. "Saya Pak, ini ada di kardus bawah". "Wah, sampeyan tak punya perasaan dari tadi tak mau ngaku bawa ikan". "Lha kan tak ada yang nanya". "Ya kalau banyak yang bilang bau ya ngaku lah, kan bisa dipindah ke bagasi".  Ramailah penumpang lain mengomentari pembawa ikan yang sumber bau busuk yang bikin kami mabuk oleh bau. "Kok bisa bawa ikan kok nggak di bagasi!". "Mestinya letakkan di belakang", sambar yang lain. "Dari tadi bau busuk bikin perut mau muntah".

Setelah reda tentang ikan bus  mulai berjalan namun berhenti di mulut terminal. "Ayo Bapak Ibu yang mau ke WC!". "Ngapain ke WC , kalau mau pipis sudah dari tadi. Kan ngetemnya sudah hampir satu jam", gerutu salah satu penumpang. Masuk pula pengamen yang menyapa "Selamat sore para penumpang". "Buat apa selamat sore, kami maunya bus berangkat tahu!"  Waduh benar-benar ramai.

Tak lama masuk lagi pengamen cilik yang nyanyi-nyanyi tak jelas. Dia kemudian  ke depan dan mulai minta uang, aku tak mau memberi. "Ayo Bu  minta uangnya". "Nggak mau kamu tidak sopan tadi nabrak kaki saya tanpa permisi", jawabku. Di belakangku si pengamen dapat bentakan "Minta, minta apa he!" "Ya biasa Om, minta apa" "Ayo bilang minta apa!" "Minta uang". "Nah begitu, bilang minta uang. Cari uang itu susah  tahu!".

Datang lagi penjual donat yang dengan fasihnya menawarkan donatnya. Saat diletakkan di pangkuanku, kotak donat kumasukkan lagi ke tas plastiknya karena aku tak berminat dan pangkuanku penuh dengan tas, sapu tangan, telepon genggam. Eh si penjual marah-marah, "Najis ya Bu, makanan saya najis!" "Jangan tersinggung dong Mas".

Untunglah akhirnya bus berangkat juga, walau berjalan pelan-pelan merayap, melintasi jalanan Purwakerta arah Sokaraja. Bus Maju Makmur memang terkenal lelet, busnya sudah tua. Penumpang yang berjejal menambah pengap dan ketaknyamanan.

Aku sendiri menikmati saja  angkutan rakyat ini. Mau apa lagi. Justru dengan merasakan naik angkutan rakyat ini aku dapat tahan banting, naik angkutan ecek-ecek  bisa,  naik mobil pribadi juga biasa. Yah begitulah kehidupan, kehidupan rakyat yang nyata.

Entah apakah anggota DPR, pejabat pejabat pemerintah, elit politik pernah merasakan  angkutan rakyat yang tak nyaman, bau busuk, berjejal-jejal dengan penumpang yang bisa memuntahkan emosi dengan berbagai ekspresi.

Sabtu, 6 Oktober 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline