Oleh Bude Binda
Dengar ikan impor, garam impor padahal kita negara bahari alias negara yang dikelilingi laut rasanya sedih dan miris. Bingung mengapa para pengambil kebijakan nun di atas sana tidak perhatian dan mau beritikad baik (political will) pada nelayan dan petani garam. Demikian juga impor kentang saat petani kentang panen hingga harga kentang jatuh. Yang terbaru impor wortel....Kalau wortel yang dijajakan di super market mewah di kota-kota besar sih maklum, pembelinya kalangan terbatas nah ini wortel impor juga ada di pasar tradisional Banjarnegara yang kelasnya kabupaten.....
Bahkan kemarin saat saya sedang menyapu halaman, tukang sayur lewat. Saya pun berhenti menyapu, memanggil tukang sayur karena mau belanja bahan sup. Waktu tanya wortel ditunjukkan wortel yang besar, mulus, warnyanya jingga kemerahan. Saya pun curiga "Mas ini wortel impor ya?". "Iya, Bu". Atas nama kepedulian pada petani sayuran saya memilih wortel yang kecil dengan warna jingga pucat namun jelas produk petani dalam negeri.
Jika selama ini wortel impor hanya ada di swalayan kota besar, mengapa sekarang sudah sampai di penjual sayur kampung? Apakah tidak menyebabkan harga wortel petani jatuh? Di mana kepedulian yang berwenang kepada petani?
Mengapa petani tidak diberdayakan supaya hasil pertaniannya bagus dan berkualitas? Alih-alih memberdayakan petani mengapa jalan pintas serba impor? Kentang, wortel, ikan, garam.......semua impor?
Beribu pertanyaan menanti jawaban dari Yang Mulia Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, Menteri Kelautan. Yang Mulia anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang semoga mau bersibuk-sibuk mengurusi kesejahteraan petani dan nelayan bukannya sibuk mengurus toilet yang harganya 2 milyar......Angka 2 milyar cukup untuk memberdayakan petani sekecamatan, asal tidak dikorupsi!
BUDE BINDA
Banjarnegara, Jumat13 Januari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H