Pantai Timbulsloko di Desa Timbulsloko, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, merupakan salah satu kawasan pesisir yang menghadapi permasalahan lingkungan serius.Desa Timbulsloko merupakan desa pesisir yang memiliki garis pantai sepanjang 4,5 km. Topografi wilayah desa ini adalah datar dan elevasi rendah antara 0,3-2,84 meter di atas permukaan laut.
Sementara itu, kondisi atau karakteristik pantai yang ada di desa itu terdiri dari pantai berpasir dan pantai berlumpur yang terbentuk oleh proses erosi gelombang, pengendapan sedimen, serta material organik.
Lebih jauh lagi, jenis tanah yang ada di desa tersebut adalah lempung lanauan pasiran yang memiliki nilai permeabilitas sebesar 4,268 x 10 m/hari.
Nilai permeabilitas tersebut tergolong rendah dan mengakibatkan genangan rob berlangsung lama setiap harinya, yaitu sekitar 4-6 jam per hari. Dalam hal geologi, Desa Timbulsloko terdiri dari struktur alluvium.
Struktur alluvium merupakan bentukan tanah yang tersusun oleh endapan lumpur sungai di dataran rendah. Sedangkan dalam hal geomorfologi, Desa Timbulsloko tersusun oleh bentuk lahan marin dan fluvial sebagaimana wilayah di sepanjang kepesisiran Demak lainnya.
Endapan lumpur oleh sungai tersebut tidak terlepas dari keberadaan 19 sungai yang mengalir di Kecamatan Sayung atau khususnya sekitar 5 sungai yang mengaliri Desa Timbulsloko.
Air laut di Desa Timbulsloko juga menjadi asin akibat adanya intrusi air laut. Sedangkan kualitas air tanah di sana, secara kimia kurang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai sumber air minum meskipun secara fisik masih layak.
Pantai Timbulsloko telah menjadi sorotan nasional akibat permasalahan abrasi dan intrusi air laut yang semakin parah.
Selama beberapa dekade terakhir, daerah ini mengalami kerusakan ekosistem pesisir yang parah Pantai Timbulsloko merupakan salah satu kawasan pesisir yang mengalami permasalahan lingkungan yang kompleks, termasuk abrasi, penurunan muka tanah (land subsidence), banjir rob, dan dampak perubahan iklim.
Abrasi telah merusak kawasan daratan yang sebelumnya produktif, sementara banjir rob yang terjadi secara berkala telah mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Kondisi ini telah menyebabkan sebagian besar wilayah desa terendam air.
Tidak hanya mengancam ekosistem pesisir, masalah ini juga mengganggu kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang bergantung pada sektor perikanan dan pertanian.