Bandung, 22 Januari 2011
Sabtu malam saya merasa bosan dan penat di kosan. Memang malam itu sedikit berbeda karena kosan sepi, ga ada adik, ga bisa nonton TV, dan uang terakhir satu bulan terpaksa habis buat beli celana panjang (terpaksa karena yang lama udah pada sobek2).
Maka saya putuskan pergi jalan-jalan, tujuannya ga tau, biar kata hati yang nunjukin. Setelah mandi rada lama, keramas, dan pake sedikit deodoran, saya liat baju yang masih bersih di lemari. Tinggal satu kaos lengan panjang yang sobek di belakangnya (gara2 saya marah2 waktu Indonesia dikalahain Malaysia di piala AFF kemaren).
Saya putuskan ga bawa dompet karena percuma, ada uang 2000-an 3 lembar di meja saya bawa, terus saya beli minuman soda. Dan kebetulan masih ada rokok, saya bawa juga.
Saya pun keluar kosan, motor ga saya pake, selain males kena macet, bensin juga harus diirit.Saya jalan dengan gaya centeng saya yang terkenal, kaki mengarah ke sukajadi, entah kenapa mau ke MALL P (salah satu mal terkenal di Bandung).
Sampe MALL P, saya nyalain rokok yang ke dua (yang pertama habis dijalan). Saya liat hedonisme yang meraja rela disana, termasuk kesenjangan sosial. Sampe ke kolam MALL P (yang akhirnya jadi teater), saya liat anak2 pake baju gombrong ala hip hop mulai break dance, tukar menukar gerakan dengan temannya, penonton melihat dengan kagum, ada juga yang tetep asik dengan pasangannya, kelompok anak muda yang tukeran minum bir dari kaleng yang sama (saya ga minum dan ga suka minum), dan golongan etnik minoritas yang asik dengan obrolannya sendiri. Kerinduan yang lama terpecahkan, dulu waktu TPB (tahun pertama di kampus), saya dan satu temen saya sering kesini, ngobrol masalah sosial dan filsafat, dan menamai teater ini: teater kesenjangan sosial. Dimana segala macem orang ada, jenis pakaian beda2, hiburan pribadinya beda2 (dari mulai BB, HP biasa, pacar disebelahnya, rokok, dan bir murah sampe yang mahal)
Puas melepas kerinduan, saya berjalan2 melewati kafe2 di MALL P. Seperti biasa, dengan gaya jalan centeng. Di satu kafe saya melihat satu wanita yang memperhatikan saya, saya salah, sekelompok wanita. Dan saya yakin bukan sebentar, karena setelah saya menoleh kembali ke arah jalan saya, rasa geli di tengkuk masih ada. Mereka memperhatikan saya sampai saya tak terlihat. Saya pikir: mungkin mereka heran liat saya, baju dekil, sendal jepit, rambut culun, berani2nya ke MALL P. Tempat dimana mayoritas laki2 berpakaian rapi dan wangi, dan perempuannya pake baju sangat mini (dan lebih wangi lagi). Orang kayak saya kelaut aja deh! (mungkin gitu pikir mereka). Saya cuek aja, sampe saya sadar kajadian yang sama terjadi di setiap kafe yang saya lewati.
Satpam pun demikian, dari sekian banyak satpam MALL P yang saya lewati, hampir semuanya langsung mengangkat handy talkie-nya dan mulai berkordinasi. Berjaga-jaga klo saya bakal nyopet atau jual narkoba. Untuk menghilangkan kecurigaan mereka, salah satu satpam saya datengin dan nanya dimana toko buku G (padahal saya ga niat kesana).
Tetep aja saya sampe di toko buku G, tempat itu selalu jadi surga saya. langsung aja saya ke bagian buku sosial-politik-ekonomi-dan filsafat. baca2 sekilas buku apa aja yang kebuka dari plastiknya tanpa ngeliat judulnya, sekilas aja dan setelah saya sadar saya udah baca sekitar 7-8 buku yang mecem2, tentang CIA di Indonesia, pelurusan sejarah Indonesia, pembangunan PLTU asahan, ekonminya bill clinton, sekilas sejarah cina, buku motivasinya Robert T. Kiyosaki, biografi Amien Rais, dll. Cuma baca sekilas, tapi banyak ilmu yang saya dapet, dan saya puas.
Kemudian saya menyalakan rokok yang ketiga dan beranjak pulang, dan malam yang singkat ini saya memperoleh kebahagian karena: Tuhan masih memberikan semuanya ke saya: ilmu, kesenangan, perhatian orang (walau karena saya dekil), kerinduan yang terpuaskan, hikmah kehidupan, kebebasan dari penat, dan tubuh yang sehat (karena jalan kaki cukup jauh), kesemuanya tanpa saya harus mengeluarkan uang SEPESER PUN! (kecuali minuman soda yang saya beli karena ngidam)
Hal yang patut disyukuri sementara banyak orang membayar mahal hingga miliaran rupiah untuk mendapatkan ilmu, kebahagiaan, dan kesehatan. Atau merusak diri dengan kesenangan semu dan hedonisme sesaat. dan saya pulang dengan senyum yang mengembang diwajah saya.