Lihat ke Halaman Asli

Kris Budiharjo

Pegiat Jemparingan Mataraman gaya Keraton dan gaya Pakualaman Jogja

Generasi Muda & Jemparingan Mataram

Diperbarui: 26 Januari 2024   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.jemparingan.com/Kris

Jemparingan Mataram. Berawal dari pesan Whatsapp berisi perkenalan-diri & pertanyaan kesediaan saya untuk menjadi narasumber tugas-akhir kuliah desain komunikasi visual-nya di UNS, membawa kami lebih-jauh ke ndalem Tamanan, kediaman KRT. H. Jatiningrat, SH atau yang lebih dikenal dengan sebutan : Romo Tirun.

BACA : Jemparingan Mataram atau jemparingan-Mataraman ? 

Ini bukan kali-pertama saya menjadi narasumber tentang jemparingan. Namun ada pengalaman menarik sekitar 3 tahun silam saat pertama-kali belajar jemparingan gaya Kraton, di Kagungan Dalem Bangsal Kemandhungan : SEMUA abdi-dalem, juga penggladhi yang saya tanya tentang jemparingan, memiliki jawaban yang seragam : "Mas Kris nyuwun-wucal (bertanya) ke Kangjeng Jatiningrat saja"

Jadi, kali kemarin mBak Nita ini memerlukan narasumber untuk melengkapi Tugas-Akhir kuliahnya, saya tawarkan juga untuk nyuwun-wucal langsung ke Kangjeng Jatiningrat.  
.

# NDALEM TAMANAN, kraton Yogyakarta :

Jemparingan, atau permainan panahan-tradisional saat ini mulai booming (juga) di kalangan anak-muda. Kebanyakan yang diketahui masyarakat adalah jemparingan-Mataraman Modern, atau jemparingan busur-miring.

Di SosMed bahkan di Google bertebaran 'pengajaran' yang menyebut : jemparingan berasal dari kraton Yogyakarta. Padahal jemparingan-modern BUKAN berasal dari dalam kraton.

Kediaman KRT. Jatiningrat ini berada di kompleks Kraton-Kilen, dan hanya berbatas tembok dengan Bangsal TAMANAN. Di bangsal Tamanan inilah Sri Sultan Hamengku Buwono ke-1 mendirikan sekolah bagi putra-putri Sultan dan keluarga pejabat-tinggi istana, dimana salah-satu mata pelajarannya adalah memanah / jemparingan.

Sekolah ini dinamakan Sekolah TAMANAN, didirikan tahun 1757 M.

Sumber: jemparingan.com/Kris

Jemparingan ASLI karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dilakukan dalam posisi duduk bersila, memegang busur secara horisontal, dan mengincar sasaran BUKAN dengan dilihat menggunakan indra mata melainkan dengan melatih ketajaman mata-hati (olah roso).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline