Lihat ke Halaman Asli

Kris Budiharjo

Pegiat Jemparingan Mataraman gaya Keraton dan gaya Pakualaman Jogja

Jemparingan Mataram dan Jegulan Apa Bedanya?

Diperbarui: 27 Januari 2023   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

photo by. Kris Budiharjo - JEMPARINGAN.COM

Jemparingan Mataram gaya lama (busur horisontal) & Jegulan dipertandingkan di HUT ke 67 Kabupaten  Kulon Progo, hari Minggu kemarin - 23 Oktober 2022. 

Jemparingan Mataram atau jemparingan Mataraman gaya Kraton, atau ada juga yang memanggilnya : 'jemparingan keraton' MULAI marak digemari masyarakat Yogyakarta baik tua maupun muda.

Permainan panahan-tradisional yang berasal dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini sudah diajarkan sejak awal berdirinya kraton Jogja (1755 M), dan menjadi salahsatu mata pelajaran di Sekolah TAMANAN - sekolah yang didirikan Sri Sultan Hamengku Buwono ke-1 untuk sentana (kaum kerabat raja / bangsawan) & pejabat tinggi istana Yogyakarta.

Jemparingan keraton memiliki pakem / aturan-baku, seperti :
- stance / posisi memanah badan agak menyerong atau tidak menghadap langsung ke sasaran panah (wong-wongan / lesan)

- duduk bersila : baik putra maupun putri, dengan posisi kaki-kanan di depan.

- tidak diperkenankan memanah ngedhe / ngidal.

- mengincar sasaran  BUKAN dengan dilihat mata (di inceng), melainkan dengan 'olah roso' / instinctive archery 

- dll

Foto by : Kris Budiharjo - Jemparingan.com

Di Surakarta, Klaten, dan sekitarnya juga ada jemparingan Mataraman dengan cara memanah / memegang busur secara horisontal, tapi BEDANYA penjemparing memanah DENGAN DIINCAR dengan dilihat MATA (bandingkan gaya ke-2 pemanah di atas). Ada yang menyebutnya : jegulan, jethotan, dll.

Bagaimana CARAnya bermain jegulan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline