Lihat ke Halaman Asli

The Darkest Day in 19th Century - Black Monday (1987): Krisis Black Monday dalam Kacamata Sistem Moneter Internasional

Diperbarui: 29 Maret 2024   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GFM - Global Financial Market Review

  • KRISIS "BLACK MONDAY"

Black Monday adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kejatuhan pasar saham global pada hari Senin, 19 Oktober 1987. Kejadian ini dikenal dengan sebutan "Black Monday" karena saat itu terjadi penurunan harga saham yang sangat dramatis, terutama terjadi pada Dow Jones Industrial Average yang turun sebanyak 508 poin. Penurunan ini mencapai 22,6%, yang merupakan penurunan terbesar dalam sejarah indeks Dow Jones dalam satu hari.

Dampak dari Black Monday dirasakan di seluruh dunia dan mengguncang tatanan keuangan global. Kerugian yang diakibatkan oleh kejadian ini diperkirakan mencapai 1,71 triliun USD (Dollar AS). Besarnya kerugian ekonomi ini menimbulkan kekhawatiran di pasar-pasar keuangan, serta memicu perhatian yang luas terhadap stabilitas dan ketahanan sistem keuangan.

Setelah Black Monday, banyak regulator, ekonom, dan lembaga keuangan melakukan evaluasi dan reformasi yang intensif. Mereka ingin memahami penyebab utama kejatuhan pasar saham tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Langkah-langkah ini termasuk meningkatkan cara kita mengelola resiko, memperbaiki cara kita mengawasi pasar, dan bekerja sama lebih baik antara lembaga-lembaga keuangan internasional untuk mengurangi resiko yang bisa mengganggu sistem keuangan.

Black Monday mengingatkan kita bahwa pasar keuangan global bisa sangat fluktuatif dan terhubung erat satu sama lain. Kejadian ini sangat penting dalam sejarah ekonomi karena membantu membentuk aturan baru untuk mengatur keuangan dan cara kita mengelola resiko di masa depan.

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KRISIS "BLACK MONDAY"

gettyimages - honglouwawa

Beberapa hal menyebabkan krisis Black Monday pada 19 Oktober 1987. Salah satunya adalah defisit perdagangan dan anggaran yang terus menerus di Amerika Serikat saat itu. Defisit ini membuat banyak orang khawatir tentang ekonomi AS dan membuat investor merasa tidak yakin tentang masa depan kebijakan ekonomi negara itu.

Selain itu, kenaikan suku bunga juga memainkan peran penting sebelum kejatuhan itu terjadi. Federal Reserve, yang merupakan bank sentral Amerika, meningkatkan suku bunga untuk mengendalikan harga barang dan jasa yang naik terlalu cepat. Namun, ini juga membuat biaya pinjaman lebih mahal bagi bisnis dan orang-orang yang ingin meminjam uang, yang akhirnya mempengaruhi keputusan investasi dan suasana pasar.

Selain dua faktor itu, penurunan nilai dolar Amerika juga membuat para investor khawatir. Dolar yang lebih lemah bisa menunjukkan masalah ekonomi seperti ketidakseimbangan perdagangan dan berkurangnya daya beli. Ini mengurangi kepercayaan pada ekonomi AS dan mata uangnya.

Pada bulan Februari 1987, negara-negara industri terkemuka melakukan upaya bersama untuk mengatasi masalah ekonomi dengan menandatangani Kesepakatan Louvre. Tujuan kesepakatan ini adalah untuk bekerja sama dalam kebijakan moneter guna stabilisasi pasar keuangan internasional dan memulihkan kepercayaan. Namun, kekhawatiran segera muncul tentang seberapa efektif dan berkelanjutan kesepakatan tersebut, yang kemudian berdampak pada keraguan di kalangan investor dan pelaku pasar.

Gabungan dari berbagai faktor ini menciptakan ketidakpastian besar di pasar keuangan, yang pada akhirnya berujung pada kejatuhan Black Monday. Kejadian ini menjadi pengingat tentang betapa kompleksnya interaksi antara kebijakan ekonomi, dinamika pasar, dan psikologi investor. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memahami kompleksitas tersebut dalam mengelola stabilitas keuangan global.

  • DAMPAK DAN RESPONS DARI KRISIS "BLACK MONDAY"
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline