Jika mengikuti Leg 1 Final AFF Indonesia vs Thailand, ada hal yang membuat pendukung indonesia bergoyang ria meskipun Indonesia pada akhirnya mengakui keunggulaan Thailand empat gol tanpa balas melalui 2 gol Chanatip Songkrasin, 1 gol Supachok Sarachat dan 1 gol lagi dari Bordin Phala.
Hal yang membuat pendukung Indonesia berjoget ria adalah diputarnya lagu Kopi Dangdut, lagu yang populer pada era 90an ini sukses menyita perhatian di Singapore National Stadium, lagu tersebtu diputar pada saat half-break pertandingan tersebut dan berhenti disaat dimulainya menit ke 46 saat masuknya Egy Maulana dan Elkan Baggott.
Sejarah Kopi Dangdut
Mengutip Kompas.com, Kopi Dangdut merupakan lagu yang berasal dari Fahmi Shahab yang terinspirasi dari lagu asal Venezuela berjudul Moliendo Cafe, dia pun akhirnya mengubah liriknya menjadi bahasa Indonesia setelah berkenalan dan mendengarkan lagu tersebut dari temannya asal Jepang yang membeli lisensi lagu tersebut. Setelah digubah liriknya menjadi bahasa Indonesia, Fahmi pun mengubah tempo lagunya lebih cepat dari lagu dangdut pada umumnya. Lagu tersebut pada akhirnya menjadi fenomenal dan menjadi lagu 'wajib hapal' bagi sebagian masyarakat Indonesia hingga saat ini.
Ketenaran lagu Indonesia di luar negeri
Di kawasan Asia tenggara sendiri, lagu-lagu dari musisi Indonesia sudah 'merajai' kawasan regional ini bahkan sudah lama. Sudah sering kita mendengar penyanyi dan band Indonesia menang di ajang penghargaaan kawasan Asia tenggara , manggung di luar negeri (masih kawasan Asia Tenggara), dan bahkan Raisa,Syahrini dan Afgan pernah membuat konser tunggal di Singapura , tepatnya di Esplanade Dome yang terletak di jantung negara tersebut. Saya pun pernah dengar sendiri sebuah toko di mall Malaysia menyetel lagu milik Radja dan Wali, keduanya merupakan band asal Indonesia.
Menurut hemat saya sebagai penikmat musik dan juga pemerhati sosial (amatir hehe.....), populernya lagu-lagu asal Indonesia selain musikalitas yang memang beda dengan lagu asal negara tersebut, lagu-lagu Indonesia lebih mudah dicerna oleh sebagian masyarakat kawasan Asia tenggara yang mayoritas Melayu dan nadanya lebih catchy dibandingkan lagu-lagu kawasan Asia Tenggara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H