Gambaran kehidupan yang ideal bagi diri saya sendiri adalah mapan terlebih dulu lalu punya pacar yang juga bisa memapankan dirinya sendiri, menikah dan tentu tak lama setelah itu punya anak. Indah bukan?
Dan hidup memang terasa indah ketika akhirnya saya menikah dengan laki-laki yang menurut saya datang di waktu yang tepat sambil menikmati dengan senang hati segala gejolak kehidupan pernikahan kami. Semua terasa seperti baru kemarin, walau sesekali saya merasa ada yang kurang karena kami masih berdua saja.
Tapi hal itu kadang terlupakan sampai tiba-tiba hadir suatu masa di mana kami berdua menyadari teman-teman yang menikah setelah kami satu per satu sudah punya anak. Ternyata kami memang sudah dua tahun menikah. Bagi sebagian orang, menikah dua tahun dan belum memiliki anak itu lumrah saja.
Namun ternyata bagi kebanyakan orang dan berdasarkah hasil googling, usia pernikahan di atas satu tahun dan belum dikaruniai momongan itu bukan hal yang biasa saja. Pasangan yang sudah lebih dari satu tahun menikah dan belum memiliki anak dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Dengan keraguan yang lebih besar daripada keyakinan, kami memutuskan untuk mulai memeriksakan diri ke dokter. Namun sebelumya saya dan suami sama-sama saling berjanji untuk menguatkan dan mendukung apabila memang salah satu dari kami ternyata bermasalah. Tidak boleh saling menyalahkan.
Akhirnya dengan modal bertanya pada beberapa teman, kami pergi ke sebuah rumah sakit di Tegal -- kota tempat tinggal kami , yang memang direkomendasikan oleh banyak orang untuk program hamil. Sampai di sana, ternyata yang diperiksa oleh dokter hanya saya. Setelah ditanya berapa lama pernikahan, siklus menstruasi, riwayat kehamilan dan lain-lain, dokter kemudian melakukan USG transvaginal. Dari hasil tersebut saya dinyatakan baik-baik saja.
Namun dokter kemudian memberikan rujukan agar suami juga diperiksa oleh androlog. Androlog ini praktek di rumah sakit yang sama tapi hanya seminggu sekali. Kemudian dokter yang memeriksa kami menganjurkan kami untuk mulai program hamil alami yaitu dengan obat, vitamin dan terlebih dulu rahim saya ditiup supaya pasti benar tidak ada yang menghalangi jalan pertemuan sperma dan sel telur di rahim saya nanti.
Sesuai jadwal teratur yang ditentukan oleh dokter, kami pun memulai promil secara alami yaitu dengan obat, memantau masa subur dengan alat tes kesuburan yang bentuknya seperti testpack dan cara penggunaannya pun sama. Bedanya jika muncul garis dua itu bukan berarti kamu hamil melainkan kamu hanya sedang dalam masa subur.
Suami saya pun diberi obat oleh androlog agar kualitas spermanya baik dan jumlahnya cukup untuk pembuahan. Kami juga disarankan untuk melakukan hubungan suami istri di waktu-waktu yang telah ditentukan dokter. Program ini membuatku dan suami selalu banyak berharap setiap harinya.
Moodku pun selalu labil dan tiapkali tiba waktunya datang bulan lalu aku mendapatkan haid, aku selalu menangis. Belum lagi di tanggal-tanggal kami dijadwalkan berhubungan intim namun gagal karena salah satu atau keduanya kelelahan dengan aktivitas harian, ketiduran, terburu-buru harus masuk kantor dan masih banyak lagi.
Setelah tiga siklus program hamil alami kami lakukan dan belum membuahkan hasil, dokter menyarankan agar kami melakukan inseminasi buatan. Inseminasi buatan ini adalah usaha pembuahan yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat pembesar sel telur kepada perempuan agar sel telurnya mencapai ukuran yang besar seuai standar yang dibutuhkan atau lebih.