Lihat ke Halaman Asli

Rut Sri Wahyuningsih

Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Marah

Diperbarui: 4 Mei 2022   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekspresi Marah | Foto: geneseesun.com

Marah seringkali menjadi sarana untuk perasaan meluap, tanda tak puas, ingin menjelaskan sesuatu, ingin orang melihat kebenaran, ingin diakui kemampuannya dan lain sebagainya. 

Intinya ia keluar dari gharizah baqa' atau naluri mempertahankan diri yang memang diciptakan Allah sebagai bekal manusia bertahan hidup di dunia. Sama seperti hewan, bedanya manusia diberi akal, sehingga dengan pemahaman yang benar bisa mengatur marah pada tempatnya. 

Mengapa marah harus diatur? Dan ada tempat-tempat agar marah itu " berguna"? Faktanya, meskipun kini teknologi canggih dalam menyampaikan berita apapun, bila marah disalurkan melalui media sosial, semisal WhatsApp, tak selalu berujung positif. Masalahnya, cara baca seseorang berbeda, dalam satu kalimat pemenggalan kata yang dibaca pun tak sama, sehingga seringkali menimbulkan kesalahpahaman dan masalah malah beranak Pinak menjadi masalah baru. 

Tabbayun itu perlu, sehingga marah pun bisa tersalurkan dengan benar. Berita tak sekadar dibaca dan ditelan mentah-mentah, apalagi sekarang adalah era dimana persoalan pribadi, keluarga, mertua, artis, perusahaan, partai dan lain-lain malah dijadikan konten. 

Jika dirubah dalam bentuk sinetron maka skenarionya akan beribu-ribu seri. Semakin ibu-ibu terpicu untuk emosi, semakin rating sebuah stasiun TV meningkat, dan semakin pula pendapatan melimpah ruah. Sebab mengundang iklan lebih banyak dengan durasi lebih panjang. 

Tak luput keluarga, dengan latar belakang masing-masing yang tak seindah negeri dongeng. Masing-masing dibesarkan oleh lingkungan yang berbeda karena keadaan. Begitu rentan perpecahan, hal remeh remeh bisa menjadi besar. Salah sedikit marahnya membabi buta, bahkan berujung debat kusir atau malah menyerang individu. 

Ternyata, sering marah, akan membuat tubuh merasakan perubahan yang tidak sehat dan bisa menyebabkan beberapa penyakit dan komplikasi di antaranya hipertensi, depresi, kecemasan, insomnia, tukak lambung, hingga diabetes.

Bagaimana marah dalam pandangan Islam? Allah SWT berfirman dalam Quran surat QS. Ali Imran ayat 133-134 yang artinya: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Sedang Rasulullah Saw bersabda,"Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah." (HR Bukhari dan Muslim).

Bukan berarti marah dalam Islam tidak boleh, sebab dalam marah, meskipun jika terlalu sering menimbulkan banyak efek negatif, namun tetap ada positifnya, diantaranya keseimbangan hormon dan psikis. Sebab marah salah satu cara untuk melepaskan stres, sehingga sesudahnya menimbulkan rasa rilex dan tenang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline